Tidak jauh dari sana terjadi perang meriam air. Beberapa kapal perang TNI AL dan China rusak. Sejumlah kapal nelayan porak poranda. Beberapa nelayan mungkin tewas tenggelam akibat tawuran di laut atau ditabrak sesasama kapal perang atau patroli atau pengawal.
Di udara terjadi pencegatan di atas angkasa ADIZ Tiongkok, pesawat Indonesia diminta turun melapor ke otoritas penerbangan China.
Di arena diplomatik pemerintah China akan mendikte Indonesia dengan berbagai cara. Terjadi gangguan hubungan kerjasama ekonomi, perdagangan dan bilateral lainnya.
Ekspor dari China tersendat. Bantuan dibekukan dan pembayaran utang minta disegerakan pelunasannya. Berbagai perjanjian yang menguntungkan pihak China minta disegerakan.
Potensi itu bisa terjadi karena faktanya Indonesia sangat bergantung pada China melebihi bergantung pada barat dan mungkin negara lainnya. Klaim ini dapat dilihat pada tabel perbandingan perdagangan barang AS-China dan Indonesia disajikan The United State Study Centre Universitas Sydney pada 2015, sbb :
Meskipun data di atas hingga 2013, namun trend perdagangangan setelah itu tidak jauh meleset dari sana. Indonesia tetap bergantung besar pada China.
Tidak jelas, berapa lama Jenderal Andika Perkasa akan "membesut" TNI. Setahunkah, dua atau tiga tahun. Seberapa lama pun itu terjadi "Pekerjaan Rumah" Panglima TNI yang baru terkait menghadapi China di tengah rivalitas China - AS semakin runcing yaitu :
- Kerjasama bidang militer dengan China seadanya saja
- Melaksanakan operasi anti migran dan TKA ilegal secara sistematis
- Mengawal teritorial dengan dukungan alutsista modern, tidak terlambat
- Menindak tegas (bukan perang) menghadapi provokasi militer China
- Meningkatkan kualitas SDM TNI sesuai target MEF tahap III.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H