Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Jika Polisi Tidak Dibutuhkan dalam Sebuah Negara, Apa Akan Terjadi?

3 November 2021   03:34 Diperbarui: 3 November 2021   03:41 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi hukum/ pengadilan rimba. Sumber : vanguardngr.com

Di dunia ini ada beberapa negara koloni, negara berdaulat dan kerajaan tanpa angkatan bersenjata (Tentara). Diantaranya : Andora, Costa Rica, Dominica, Island, Kosovo, Liechtenstein, Monaco, Solomon Island dan lain-lain.

Tetapi tidak ada satu pun di planet ini negara tanpa Polisi, sekalipun penjaranya nyaris kosong melompong akibat pelaku kejahatan kriminal di negara tersebut nyaris sepi seperti di Belanda.

Artinya, Polisi tetap diperlukan dan sangat diperlukan di manapun di atas bumi ini. Bukan saja menangkap pelaku kejahatan atau pelanggar hukum atau menganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, Polisi juga harus mampu mencegah terjadinya gangguan atau pelanggaran disebutkan di atas.

Bayangkan jika Polisi tidak ada. Kemungkinan paling kasat mata akan terjadi adalah :

  • Negara dikuasai preman
  • Warga menerapkan pengadilan jalanan atau hukum rimba
  • Hukum dan aturan tidak berjalan. Jika berjalan pun seadanya menurut tafsiran kondisional
  • Penguasa menjadi liar, dan lain-lain

Intinya adalah akan terjadi kacau balau. Hidup di jaman modern dengan cara-cara primitif.

Kerajaan yang menerapkan hukum menurut agama pun memerlukan polisi meskipun nama saja atau sebutannya saja berbeda.

Maka ketika timbul "sorotan" terhadap kinerja Polisi BUKAN berarti masyarakat tidak Polisi.

Sorotan warga, pemerhati sosial atau wakil rakyat termasuk anggota dewan dan media massa terhadap lembaga Polisi adalah hal yang wajar, ulah segelintir oknum dari pangkat terendah sampai pangkat tertinggi.

Runtuhnya citra polisi diakibatkan  oleh ulah oknum. Artinya masih lebih banyak polisi santun dan idealis dengan sumpah dan janji anggota Polisi pernah mereka ucapkan.

Salah satu petikan sumpah Polisi adalah : Akan senantiasa mengutamakan Kepentingan MASYARAKAT, Bangsa dan Negara dari pada kepentingan SAYA SENDIRI, Seseorang atau Golongan.

Saat ini Polisi sedang dalam sorotan tajam akibat beberapa oknumnya "terjerat" dalam tindak tanduk yang kontra produktif dengan sumpah dan janji yang pernah ikrarkan ketika dilantik menjadi anggota Polisi.

Kompas.com mencatat 10 kasus yang jadi sorotan publik hanya dalam bulan Oktober saja, yaitu :

  1. Kapolres Nunukan aniaya anggotanya
  2. Polisi di Lombok bunuh temannya
  3. Kapolsek Parigi diduga perkosa anak tersangka
  4. Polisi Tangerang banting mahasiswa
  5. Kapolres Luwu Utara dan anak buahnya aniaya buronan saat ditangkap
  6. Pihak Polres Luwu Timur diduga abaikan laporan pemerkosaan 3 anak perempuan
  7. Seorang oknum Polisi di Maumere aniaya warga di Sikka, NTT
  8. Polisi di Mojekerto terlibat pesta Narkoba
  9. Polisi dan ASN berkomplot rampok mobil mahasiswa
  10. Oknum Polisi pacaran dalam mobil patroli

Belum termasuk 2 (dua) peristiwa dalam kasus preman vs pedagang di Sumatera Utara. 

Belum juga ditambah kasus terkini oknum Polisi Lalu Lintas Bandara Soekarno Hatta "memalak" 1 karung bawang putih pada sopir truk pengangkut di Tangerang.

Bandingkan dengan totalitas Polisi di seluruh Indonesia dalam berbagai kesatuan yang berkomitmen menjadi polisi santun dan menjaga sumpah dan janjinya.

Pasti masih banyak Polisi di sekitar anda, keluarga anda, kenalan dan tetangga Anda yang santun, profesional, modern dan terpercaya (Promoter). 

Prosentase mereka pastilah lebih banyak dibandingkan oknum-oknum yang menyia-nyiakan profesi mereka seabgai seorang Polisi.

Bayangkan, tim buru sergap anti bandit (Buser) atau tim apapun namanya sejenis itu sedang mengungkap kejahatan .Mereka menyusuri lorong demi lorong di malam hari, gelap dan hujan. 

Apa jadinya jika Polisi tidak melakukan tindakan tersebut secara sistematis dan berkelanjutan? 

Tidak perlu lama-lama berpikir. Pastilah negara ini mejadi negara rimba. berlaku hukum preman dan negara pastilah dikuasai orang-orang bermental premanisme, bar-bar dan primitif. Pemenang di berbagai arena bukan siapa yang benar tapi siapa yang berani dan mungkin siapa yang paling nekat.

Betul, ada pepatah mengatakan "gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga." Gegara segelintir oknum liar, lembaga itupun ikut-ikutan tercoreng.

Kritikan dan lunturnya kepercayaan menandakan masyarakat senantiasa merindukan Polisi yang mampu memberi perlindungan keamanan pada warga, patuh pada UUD 1945, mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadi.

Masyarakat memerlukan kehadiran Polisi dalam memberantas aneka kejahatan kriminal dan pelanggaran hukum serta mencegah pelanggaran hukum.

Warga merindukan Polisi Lalu Lintas (Polantas) hadir di persimpangan jalan mengatur alur lalu lintas, memperkenalkan aturan dan rambu-rambu. Mengurai kemacetan dan menertibkan pelanggar lalu lintas dalam berbagai jenis dan tingkatan.

Warga memerlukan layanan Polisi dengan teknologi tinggi agar praktis, cepat dan transparan dalam membuat SIM, pelanggaran lalu lintas, program hologram, tanda nomor kendaraan dan lain-lain.

Namun yang tidak kalah penting warga juga memerlukan Polisi hadir dimanapun menjaga ketertiban, keamanan dan memberi layanan publik secara simultan di berbagai sudut jalan dan persimpangan hingga ke pinggir jalan kota.

Secara keseluruhan Polisi musti berbenah. Suka tidak suka dengan kritik, Polisi wajib utamakan pelayanan masyarakat.

Polisi juga manusia. Motivasi dan komitmen bisa turun naik seperti tegangan listrik. Di kala semangat mulai luntur, tanggung jawab kepada warga mulai kendur maka upayakan menghayati satu demi satu butir sumpah dan janji.  

Menghayati sumpah dan janji mungkin dapat mencegah dari pikiran yang aneh-aneh. Sebaliknya, mungkin juga dapat menjaga semangat agar tetap menjadi Polisi sejati.

Banyak orang menyindir dan skeptis, katanya kini susah menemukan Polisi sejati, kecuali Polisi tidur.

Faktanya sesuai penjelasan di atas masih banyak Polisi yang sejati. Jika tidak demikian pastilah negara ini telah berlaku hukum   atau pengadilan rimba, pengadilan jalanan dan sejenis itu.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun