Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Basmi "Tikusnya" Jika Tak Ingin Garuda Indonesia Tamat Riwayatnya

25 Oktober 2021   15:30 Diperbarui: 26 Oktober 2021   23:55 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan pemasukan 4 maskapai dari 2018- 2020. Sumber :id.quora.com

Apa yang harus dilakukan jika tikus-tikus telah "menguasai" sebuah lumbung padi. Lumbung padinya yang dimusnahkan ataukah cukup mencari solusi bagaimana mengusir tikus dari sana?

Demikian juga halnya dengan maskapai penerbangan milik negara PT. Garuda Indonesia Persero (Tbk). Kehancuran yang menimpa salah satu BUMN tersebut tak lepas dari pengaruh negatif pihak-pihak yang telah memanfaatkan Garuda Indonesia (GI) selama ini.

Apakah GI harus "dimusnahkan" ataukah "tikus-tikus yang telah membuat GI menderita dari jaman dulu hingga kini yang harus diusir dari sana?

Dari berbagai generasi pergantian rezim pemerintahan, tikus-tikus telah memberi pengaruh negatif pada GI dengan cara mengeksploitasi GI sedemikian rupa.

Tikus-tikus telah membangun jaringan kuat dan mengakar di dalam dan di luar rumah GI.

Di dalam rumah GI, tikus-tikus telah membentuk lingkungan dan budaya yang justru kontradiktif dengan konsep profesional meskipun GI menyandang moto, semboyan dan filosofi membahana kelas dunia.

Di luar rumah rumah GI, para pejabat pembuat kebijakan tampak kebingungan, ambigu. Satu sisi menginginkan tikus-tikus lenyap dari sana namun di sisi lain ada pejabat yang kesannya melindungi tikus-tikus dimusnahkan dari GI.

Tikus-tikus dari jaman dahulu hingga kini telah membuat GI mendapat pengaruh negatif. Kondisi carut marut, kerugian, mal praktek, arogansi dan korupsi dan masalah moral sering menjadi berita di negeri ini, namun kondisi kali ini sangat berbahaya karena selain GI menderita kerugian juga menanggung hutang sebesar 70 triliun rupiah.

Nyaris tidak ada seorang pun mampu mengusir tikus terutama dari dalam rumah GI. Sebesar apapun kaliber Komisaris, setangguh apapun reputasi direktur utama (Dirut), sehebat apapun moto atau semboyannya GI adalah maskapai yang rentan akibat persoalan kronis turun temurun.

Sejumlah persoalan kronis turun temurun menimpa GI selama ini antara lain adalah :

  • GI tak luput dari permaianan sapi perah para penguasa politik setiap kali pergantian rezim pemerintah
  • Sejumlah anak perusahaan bahkan "cucu" GI banyak yang numpang mejeng namun kurang produktif menyokong induknya (GI)
  • Terlibat praktek-praktek curang dari hal-hal kecil hingga masalah besar. Dari urusan pembelian pesawat, perawatan pesawat, penentuan suplier, anak-anak perusahaan hingga apapun bisa dijadikan obyek bisnis di bagian tertentu.

Dengan kondisi seperti di atas pantaskah GI dimusnahkan?

Jawabannya TIDAK, karena persoalan menghadapi tikus-tikus yang telah mengakar dan membudaya di dalam dan di luar rumah GI adalah persoalan berani atau tidak mengusir tikus dari sana.

Keberanian itu bukan saja pada niat tapi strategi dan dalam praktek. Jika para pejabat berkompeten, Komut, Dirut, Dewan Direksi dan kepala-kepala bagian, seksi hingga pengawas benar-benar membudidayakan konsep mengusir tikus dari GI, tampaknya penyakitnya bakal sembuh.

Dengan demikian GI selayaknya dipertahankan. Tidak dimusnahakan apalagi menggantinya dengan cara menunjukkan maskapai lain sebagai pengganti BUMN bidang pesawat komersial milik negara.

Menunjuk atau mengganti GI kepada perusahaan lain sama saja memindahkan budaya kerja tikus-tikus dari GI ke maskapai lain, itu artinya kita akan melihat penyakit yang sama bakal hadir di sana, sebut saja misalnya Pelita Air Service (PAS).

PAS kini terlihat sehat wal afiat. Apakah akan tetap prima jika nanti menjadi BUMN? Harapannya seperti itu, tapi jika tikus-tikus di luar rumah PAS mulai memberi pengaruh negatif cepat atau lambat tikus-tikus lain akan masuk ke dalam  rumah PAS, lalu mereka akan bercokol di sana membentuk budaya baru seperti terjadi di GI.

Sejatinya adalah GI harus divaksin habis-habisan, mengeluarkan GI dari pengaruh tikus-tikus. GI musti di re-starting dari awal temasuk merestrurisasi hutang-hutangnya kepada kreditur. 

Tidak akan ada tempat bernegosiasi di luar sistem di sana ketika GI sudah sehat kembali.

Persoalan sakitnya dunia maskapai hampir terjadi pada seluruh maskapai seluruh dunia akibat pengaruh negatif pandemi Covid-19. Namun beberapa maskapai masih dapat memangkas biaya.

Perbandingan pemasukan 4 maskapai dari 2018- 2020. Sumber :id.quora.com
Perbandingan pemasukan 4 maskapai dari 2018- 2020. Sumber :id.quora.com

Namun yang membedakannya sangat jelas dengan maskapai lain adalah sakitnya GI telah terjadi sangat lama, jauh sebelum masa pandemi covid-19.

Jika pada akhirnya GI terpaksa dimusnahkan juga bukan hal yang tabu, tapi sejarah perjalanannya yang panjang mungkin akan berakhir secara dramatis.

Salah satu peristiwa yang masih teringat sampai kini adalah cikal bakal lahirnya GI. Sebuah pesawat Dakota DC-3 diberi nama "Seulawah 001" akhirnya terwujud setelah warga Aceh ikut andil patungan.

Pada 16 Juni 1948 di Hotel Seulawan (Banda Aceh) Presiden Soekarno menggugah warga Aceh di sana untuk membantu sebuah pesawat untuk pemerintah RI. Tercetuslah semangat patungan sejak saat itu hingga menghasilkan 20 kg emas beberapa bulan kemudian.

Tapi kini GI sedang sakit parah. Ibarat persoalan penyakit, para dokter spesialis telah mendiagnosa sakitnya, sebabnya dan penanganan secara medis.

Penyebabnya karena pengaruh tikus-tikus, bukan karena karena nama tidak mujur dan iklim dunia usaha akibat covid-19. 

Membasmi "tikus-tikus" dari GI akan lebih bijaksana daripada membumi hanguskan badan usahanya. 

Untuk itu perlu keberanian tidak saja dalam bentuk niat tapi dalam praktek nyata, dalam taktik dan strategi.

Semoga Garuda Indonesia masih dapat diselamatkan. Masih banyak SDM tangguh dan loyal untuk menghadirkan GI yang sejati di sana, tapi (mereka) tak bisa berbuat banyak karena kalah kuat dalam segala jaringan.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun