Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pasukan SAA Terjebak "Tipuan" Pasukan Pemberontak di Fron Daraa

30 Juli 2021   09:19 Diperbarui: 30 Juli 2021   17:08 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tenang di luar tapi membara di dalam, itulah kesan "rekonsiliasi" yang terjadi di provinsi Daraa khususnya di ibukota Daraa. Tampaknya begitulah yang dialami pasukan pemerintah Suriah (SAA) dan aliansinya. 

Demo kecil anti pemerintah pernah terjadi di sana pada 6 Maret 2011, dipicu oleh kematian seorang remaja laki-laki saat diinterogasi polisi bersama 13 remaja lainnya.

Setelah itu, huru-hara melawan pemerintah pecah di Damaskus pada 11 Maret 2011. Peristiwa ini dicatat sebagai tonggak pertama perang sipil Suriah. 

Namun demonstrasi di Daraa tercatat sebagai pemicu sentimen anti pemerintah pertama yang menjadi perang paling rumit di jaman modern hingga kini.

Meskipun pemerintah Suriah dan sekutunya telah banyak mengalami kemajuan di berbagai arena pertempuran namun persoalan di Daraa sangat berbeda, jauh dari kesan damai.

Berbeda dengan kota atau provinsi lain yang direbut kembali oleh pasukan Suriah (SAA) menghadirkan ketenangan sebaliknya Daraa kini mulai memperlihatkan api yang lebih membara.

Setelah menghancurkan sisa-sisa kantong ISIS di sudut kota Daraa pada 2016 pasukan SAA kemudian menumpas pasukan pemberotak Suriah (FSA) pada 2017.

Setelah menguasai tiga distrik utama di provinsi Daraa dan ibu kota Daraa (atas kesepakatan SAA-FSA) pasukan pemerintah memindahkan pasukan pemberontak yang tidak ingin menyerah ke kawasan Idlib bersama keluarga mereka.

Ribuan pemberontak Suriah dari berbagai milisi seperti Tahrir al-Sham, Jaish-al Islam, Ahrar-al Sham bahkan ISIS dipindahkan secara terpisah menggunakan puluhan bus warna hijau ke kawasan Idlib, sisa basis pemberontakan yang kini dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dukungan Turki.

Jadi pasukan pemberontak yang tinggal (saat itu) di provinsi Daraa dan 3 distrik utamanya adalah mantan pasukan pemberontak yang sejatinya  "menerima" rekonsialiasi dengan pemerintah Suriah.

Rekonsiliasi yang rapuh di wilayah tersebut dicapai pada 2018 lalu setelah pasukan pemerintah Suriah merebut sepenuhnya ibukota Daraa pada 31 Juli 2018.

Pada 2019 pemerintah merekrut sejumlah pasukan pemberontak yang memenuhi syarat untuk sama-sama menjaga perdamaian di sana yang disebut "Joint Military Security in Daraa."

Namun belakangan terjadi kecurigaan semacam penghianatan karena hampir setiap hari selalu terjadi pembunuhan terhadap pasukan dan milisi pro pemerintah Suriah.

Laporan intelijen menyimpulkan sejumlah milisi mantan kombatan FSA yang bekerja dalam Daraa Military Security justru bekerja untuk Daraa Military Council (DMC), sayap militer FSA yang berkuasa penuh di front Daraa (fron selatan).

Menyikapi hal tersebut sejak Juni 2021 lalu intelijen dan pasukan Suriah mulai melakukan "pembersihan" terhadap mantan kombatan yang bertugas ganda. Sejumlah 90 pentolan dimasukkan didaftar buruan pasukan Suriah dan milisi pendukungnya.

Ibu kota Provinsi Dara itu kini kembali membara setelah dihantui rentetan penembakan dan pembunuhan misterius sangat panjang

Kota Daraa sendiri sesungguhnya terbagi dalam dua bagian kekuatan. Bagian utara didominasi SAA dan pendukungnya, sedangkan kota Daraa bagian selatan didominasi pendukung pemberontak yang dipimpin kelompok

Kemudian antara kawasan kota Daraa bagian selatan (Al-Balad) yang dikuasai pemberontak dipisahkan lagi oleh koridor selebar 6 km menuju ke kota Umm al-Mayathen kantong pasukan pemberontak lainnya.

Begitu juga dari kawasan Daraa al-Balad ke a- Yadudah di pisahkan koridor lebih dari 5 km.

Jadi kesannya kawasan Daraa al-Balad ini seperti terkepung oleh pasukan Suriah karena di sisi lainnya adalah kawasan yang didominasi pasukan SAA dan pendukungnya.

Disamping itu perburuan terhadap 70 target pentolan FSA di Daraa sangat meresahkan. Sementara itu aktifitas mobilitas warga di al-Balad ke distrik lainnya menjadi terasa sangat menganggu perekonomian warga.

Protes pun meningkat seiring dengan terjadinya peningkatan pembunuhan diantara ke dua belah pihak. Pasukan pemerintah menjawabnya dengan penambahan kekuatan signifikan.

Sejak 23 Juni 2021 lalu penambahan pasukan SAA didatangkan ke sisi utara kota Daraa menyebabkan sejumlah penghuni diantara Daraa bagian utara dan selatan bergegas mengungsi ke tempat lebih aman.

Sebulan setelah itu, pada Sabtu 24 Juli 2021 telah dicapai "kesepakatan" berbahaya untuk pemerintah di sana.

Perwakilan pemberontak dipimpin oleh Mustafa al-Masalma, mantan kolonel angkatan udara Suriah yang menjadi kini menjadi kepala Daraa Military Council di front selatan.

Pihak SAA yang diwakili oleh Husam Louqa, kepala Direktorat Intelijen Umum Suriah menyetujui banyak permintaan pemberontak.

Pertemuan itu disaksikan kepala Cabang Keamanan Militer Louay al-Ali, perwira Polisi Militer Rusia dan perwakilan Komando Brigade Kedelapan dukungan Korps Kelima Rusia.

Hasil negosiasi adalah : 

  • Pembukaan semua barikade jalan menuju Daraa al-Balad khususnya dari al-Mahattat menuju ke at-Tayyibah. Kemudian yang menghubungkan al-Balad ke al-Yadudah.
  • Kawasan al-Mahattat ke at-Tayyibah diawasi faksi lokal
  • Perjanjian tersebut dilaksanakan mulai hari Minggu (25/7/2021) dengan imbalan penyerahan 60 pucuk senjata berat
  • Pemulihan 90 warga Daraa al-Balad yang dicari oleh pemerintah.
  • Pos-pos militer akan didirikan ditempat yang ditinggalkan SAA dan warga lingkungan setempat yang melindungi pos-pos itu
  • Warga mengontrol komite lokal Keamanan Militer di al-Mahattat
  • Perlucutan senjata kelompok yang berafiliasi dengan cabang FSA, seperti kelompok al-Kassem, yang menggunakan senjata mereka untuk tujuan pribadi
  • Penarikan semua bala bantuan militer di sekitar Daraa al-Balad dan mengembalikan kehidupan seperti semula sebelum pengepungan pada 24 Juni 2021.

Seiring pelaksanaan implementasi kesepakatan tersebut, pasukan pemerintah Suriah dan milisinya sedang dalam proses penarikan dari pos-pos yang dimaksud. 

Namun, baru sehari terlaksana terjadi profokasi dan serangan terhadap pasukan pemerintah di berbagai posisi yang ditinggalkan.

Seorang remaja akhirnya ditembak pasukan SAA dan tewas pada Kamis 29 Juli 2020. Setelah acara pemakaman remaja tersebut meledaklah perlawanan pasukan pemberontak front selatan seperti yang terlihat sekarang ini.

Kini gerak mundur pasukan pemerintah dimanfaatkan sebagai peluang untuk menyerang pasukan SAA.

Menurut informasi terkini dari sumber ini setidaknya telah ada 25 korban jiwa di pihak pemerintah. Sementara itu 70 pasukan pemerintah ditangkap FSA di pos Kahil, at-Tayyibah dan seratusan di berbagai pos di kota lainnya sekitar Daraa.

Sejumlah senjata berat dan kendaraan tempur bahkan sebuah tank telah jatuh ke tangan pasukan pemberontak FSA fron selatan.

Sementara itu, pintu perbatasan Jordania "Nasib Border" berjarak 13 km dari kota Daraa telah dikuasai pasukan pemberontak dipimpin Popular Resistance Fighter.

Menyadari telah menjadi korban muslihat FSA petinggi SAA dan Rusia mulai mengambil tindakan. Beberapa jam lalu saat artikel ini dibuat telah diberlakukan jam malam di sejumlah distrik provinsi Daraa.

Angkatan udara Suriah didukung pesawat tempur Rusia mulai membalas. Sementara itu serangan artileri dengan misil elephant telah merusak sejumlah gedung dan perumahan warga dan menewaskan seorang komandan FSA, Moaz al-Zoubi bersama 2 pengawalnya di Tafaz. 

Pertempuran pun kini mulai marak dan terbuka di tengah-tengah kebingungan dan jatuhnya moral pasukan dan milisi pro pemerintah apalagi pada pasukan yang telah ditangkap FSA.

Pelajaran apa yang dapat dipetik dari sini?

Sangat banyak, tapi intinya perjanjian menjadi hambar.

Jadi jangan remehkan musuh anda. Mereka tetap berusaha dengan cara apapun termasuk terlalu banyak syarat permintaan. Dari sana musuh akan mengambil keuntungan saat Anda sedang bingung memahami isi permintaan dalam perjanjian.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun