Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bendera Putih dalam Covid-19, Idealnya Seperti Apa?

20 Juli 2021   18:59 Diperbarui: 21 Juli 2021   07:48 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bendera putih. Kiri, di Malaysia. Sumber :  malaysiakini.com. Tengah, di Belgia : blogspot.com. Kanan di Garut : detik.com

Sesungguhnya penggunaan bendera putih selama pandemi Covid-19 pertama sekali terjadi di Belgia pada Maret 2020. Di atas gedung Istana Belgia terpasang bendera putih yang memberi pesan rakyat Belgia memberi apresiasi dan dukungan pada tenaga medis untuk berperang melawan covid-19 dan memberi perlindungan pada Belgia.

Meskipun hampir sedikit beda dengan makna yang terkandung dalam simbol bendera putih dalam perjanjian Den Haag namun tetap terselip kesamaan yakni pernyataan menyerah, lemah dan tak berdaya menghadapi musuh, dalam hal ini"musuh tidak nampak" yakni bala tentara virus Corona (SARS Cov-2).

Kini kondisi yang sama dihadapi oleh seluruh dunia tanpa kecuali rakyat  Indonesia yang kini telah dilanda ganasnya virus corona.

Pemerintah telah berusaha sekuat tenaga mengerahkan kemampuannya mengalahkan serangan musuh tak kelihatan itu, kadang-kadang dinilai kontroversial oleh sebagian warga yangbergantung dari pendapatan harian.

Seiring perkembangan waktu, sang musuh bukan saja belum dapat dikalahkan malah menciptakan satuan "pasukan" khusus baru dalam 11 varian baru lebih trengginas.

Pemerintah dan seluruh petugas berkompeten menyikapinya sangat reaktif termasuk menerapkan PSBB lalu PPKM dari jenis biasa menjadi PPKM darurat hingga PPKM darurat lanjutan.

Akibatnya semakin semakin menjadi-jadi. Awalnya kelompok masyarakat yang mengandalkan penghasilan harian paling merasa dampaknya kini merambah pada pengusaha yang menghidupi banyak karyawan di dalamnya.

Awalnya hanya warga ekonomi bawah merasa tidak beruntung, mereka cuma bisa memelas melihat dampak buruk ganasnya virus Corona. 

Namun kini  kelompok perusahaan swasta yang tidak ada kesempatan menangguk keuntungan dari pandemi covid-19 juga "buntung." Cadangan modal terakhir sedianya untuk memulai usaha baru telah terpakai untuk menutupi aneka biaya.

Kini mulai muncul bendera putih seperti dilakukan asosiasi Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesua (PHRI) di Garut dua hari yang lalu.

Sementara itu asosiasi pengusaha ritel (non kebutuhan pokok) dan usaha lainnya masih sebatas mengucapkan kiasan pasang "bendera putih" akibat tak kuat lagi menahan gempuran biaya ditengah tidak ada atau minimnya pemasukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun