Ahli biologi dari Universitas Indonesia itu sedianya akan melakukan uji DNA di luar angkasa bersamaan dengan peluncuran satelit Plapa B-3.
NASA memilih Pratiwi bersama astronot pengganti Taufik Akbar pada Nopember 1985. Keduanya juga telah mengikuti pelatihan 5 bulan intensif dan sangat ketat di pusat peluncuran Florida.
Ketika sedang mengikuti pelatihan, pada 28 Januari 1986 roket pengangkut pesawat ulang alik Challengger untuk program STS-51-L baru saja diluncurkan 73 detik dari pusat peluncuran Florida meledak pada ketinggian 29 km meledak di atas lautan atlantik.
Tujuh astronot termasuk dua astronot wanita (Judith. A Resnik dan Christa McAuliffe) hancur berkeping tak ditemukan untuk selamanya.
Akibat insiden tersebut NASA menghentikan selama 3 tahun seluruh program luar angkasa mereka sehingga terimbas pada misi STS-61-H yang akan membawa Pratiwi ke luar angkasa sejauh 400 km di atas permukaan bumi, melebihi apa yang akan dicapai Funk sekarang bersama New Shepard.
Cita-cita Pratiwi menjadi astronot Indonesia dan Asia pertama telah tertunda lebih tiga dekade hingga saat ini ketika Pratiwi berusia 69 tahun.
Mengacu pada pencapaian Funk pada usianya 83 tahun kita berharap semoga juga terjadi keajaiban pada ibu Pratiwi Pujilestari Sudarmono atau bisa juga untuk Taufik Akbar.
Meskipun bukan bepergian untuk misi penelitian lagi tapi akan memenuhi impian yang belum tersalurkan sejak 35 tahun lalu.
Siapa tahu Jeff Bezos (Blue Origin) atau Richard Branson (Virgin Galactic) atau Elon Musk (SpaceX) terinspirasi untuk memberi salah satu kursi di pesawat atau kapsul mereka untuk "tamu kehormatan" yang juga telah mencurahkan hidup mereka untuk ruang angkasa tapi belum kesampaian hingga saat ini.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H