Indonesia pertama kali berpartisipasi dalam Olimpiade musim panas adalah pada Olimpiade 1952 Helsinki, di Finlandia
Dalam hal apapun kesan pertama jarang pernah hilang dari ingatan. Begitu halnya kesan pertama mengikuti olimpiade tentu sangat berkesan sampai kini.
Sebelum berangkat ke Finlandia, 3 orang atlet dan ofisial team diundang Presiden Soekarno ke Istana Negara pada 10 Juni 1952.
Soekarno memberikan sedikit suntikan moral. Seperti api olimpiade yang tak pernah mati, Soekarno membakar semangat mereka agar tak pernah padam berjuang mengharumkan bangsa meraih medali.
Di tempat lain nun jauh di sana, api olimpiade dibawa oleh 1.416 orang secara estafet selama 20 hari sepanjang 3.365 km dari sumbernya di kawsan Olympia Yunani akhirnya tiba di stadion, tepat saat pembukaan.
Pada saat pembukaan, tiga atlet Indonesia larut dalam bara api semangat 4.925 atlet dari 17 cabang olah raga dari 69 negara dalam olimpiade yang digelar dari 19 Juli hingga 3 Agustus 1952 di stadion Olimpic di kota Helsinki.
Atlet legendaris asal Finlandia, Paavo Johanes Nurmi donobatkan sebagai pembawa obor terakhir dan menyulutkan api di kaldron stadion, sekaligus menandai pembukaan yang dihadiri oleh 70.435 penonton di dalam stadion.
Meskipun disebut olimpiade "musim panas" tapi suhu udara rata-rata 15 derajat celsius ketika itu sangat terasa dingin untuk ukuran atlet Indonesia dan negara-negara tropis.
Tapi bukan perbedaan cuaca dan suhu tersebut jadi masalah untuk atlet Indonesia.
Habib Suharko atlet renang 200 m ketika itu memang langsung tersisih dalam babak penyisihan. Tapi Soedarmojo atlet lompat tinggi bisa masuk dalam 20 besar lompat tinggi putra. Satu atlet lagi Thio Ging Wie dapat masuk 8 besar angkat besi kelas ringan dunia.
Lumayan... Itulah catatan kecil kesan pertama Indonesia di dalam kancah Olimpiade.