Peristiwa hilangnya predikat seorang first lady atau ibu negara akibat suami mereka kalah hasil pemilu atau dilengserkan bahkan dikudeta banyak terjadi di mana-mana di jaman modern ini. Tapi lengsernya ibu negara akibat suami mereka tewas dalam pembunuhan sangat sedikit yang mengalaminya.
Dalam 4 dekade terkahir (sejak 1980) beberapa ibu negara (istri Presiden atau kepala negara) yang mengalami hilangnya hak atau status sebagai first lady karena suami mereka tewas dianiaya adalah :
- Victoria A. David, istri Presiden Liberia ke 20 (William Tolbert, dibunuh pada 23 April 1980)
- Jehan Safwat Raouf, istri Presiden Mesir ke 3 (Anwar Sadat)
- Khaleda Zia, istri Presiden Bangladesh ke 7 (Ziaur Rahman)
- Athege Shediqi, istri Presiden Iran ke 2 (Mohammad-Ali Rajai)
- Manam Sankara, istri Presiden Burkina Faso ke 1 (Thomas Sankara)
- Nayla Moawad, istri Presiden Lebanon ke 9 (Rene Moawad)
- Nancy Bhon Doe, istri Presiden Liberia ke 21 (Samuel Doe)
- Fatiha Boudiaf, istri Presiden Aljazair ke 4 (Mohammed Boudiaf)
- Hema Premadasa, istri Presiden Bangladesh ke 3 (Ranasinge Premadasa)
- Laurence Ndadaye, istri Presiden Burundi ke 4 (Melchior Ndadaye)
- Agathe Habyarimama, istri Presiden Rwanda ke 2 (Juvenal Habyarimama)
- Sifa Mahanya, istri Presiden RD Congo ke 3 (Laurent-Dessile Kabila)
- Safia el-Brazai, istri ke 2 Presiden Republik Libia (M. Ghadafi)
- Amani Musa Hilal, istri ke 4 Presiden Chad ke 6 (Idriss Deby)
- Terkini adalah Martine Moise, istri Presiden Haiti Jovenel Moise, dibunuh pada 7 Juli 2021
Perasaan kehilangan suami dialami oleh Martine dengan yang dialami sejumlah ibu negara disebutkan di atas pada umumnya mirip atau sama: sedih, kecewa, terkejut, merasa kehilangan dan hilangnya status sebagai ibu negara.
Pada dasarnya perasaan tak sedap di atas juga sama dirasakan oleh ibu-ibu atau wanita pada umumnya yang kehilangan suami, bedanya ibu-ibu negara di atas kehilangan hak atau status sebagai ibu negara atau first lady.
Bukan kehilangan status sebagai ibu negara yang jadi perhatian, tapi proses pemaksaan dan kekerasan yang terkandung di dalam penghilangan secara paksa itu dan nyaris merenggut jiwa ibu negara sendiri seperti dialami Martine bisa lebih jadi perhatian .
Lima hari setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Miami, kondisi janda Jovenel Moise sudah membaik. Dia kini mulai memberikan informasi tentang bagaimana kisah horor itu terjadi dan siapa saja musuh-musuh suaminya.
Ini adalah awal dari sebuah permulaan investigasi. Dari Martine nanti mungkin akan ditemukan siapa tokoh politik bahkan militer terlibat dalam dalam persekongkolan pembunuhan Presiden Haiti yang kebetulan dijabat suaminya.
Martine telah memberi keterangan penting kepada pihak penyidik di Amerika Serikat meskipun belum dapat dipublikasikan pada umum. Ini sebabnya kenapa Martine segera "dilarikan" langsung ke rumah sakit AS untuk mendapatkan perawatan beberapa jam setelah peristiwa.
Pernyataan pertamanya bersifat umum itu disampaikan dalam sebuah rekaman suara berbahasa Prancis yang diunggah ke dalam akun twitternya tadi malam (11/7/2021) di @MartineMoise berdurasi kurang 2 menit.
Meski informasi bersifat umum dan dangkal rekaman itu memberi arah pada kita atau siapa pun yang bertanya-tanya tentang bagaimana proses pembunuhan itu terjadi di rumah Martine. Selebihnya mungkin termask juga alasan di balik pembunuhan tersebut.
"Saya masih hidup tapi saya kehilangan suami, mereka membunuhnya dalam sekejab," katanya memulai percakapan rekaman suara aslinya.