Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kemenhan Pesan Lagi Kapal Tua Class Maestrale, OMG!

11 Juni 2021   17:30 Diperbarui: 14 Juni 2021   10:48 4131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mempunyai tambahan 8 Kapal Perang (KRI) kelas Frigat tentu sangat membanggakan, selain tampak makin serius mewujudkan Rencana Strategis (Renstra-3) MEF juga membuat TNI makin kuat dan intensif menjaga terorital dari Sabang sampai Mauroke atau dari Miangas sampai Tidore.

Kabar baik terkini dari Kompas.com, Kementerian Pertahanan (Kemnhan) RI memesan 8 kapal perang frigat (mungkin) membuktikan pemerintah (Kemenhan) benar-benar serius mewujudkan rencana strategisnya di balik tudingan program ambisius bahkan berbau koruptif di tengah pandemi dan ekonomi sedang pincang.

Di sisi lain modernisasi alutsista Pertahanan TNI juga telah lama dinantikan. Setiap timbul kejadian malapetaka menimpa anggota TNI selalu yang jadi "kambing hitam" adalah alutsista atau peralatan tua jika tak pantas disebut "bangkotan."

Sasaran kritikan juga mengarah pada anggota DPR RI dinilai kurang perduli dengan modernisasi peralatan tempur TNI. 

Pada akhirnya semua kritikan bermuara pada pemerintah dianggap mementingkan proyek yang lebih bersakala prioritas tinggi pada masyarakat ketimbang membeli alat perang ditengah kondisi TIDAK ADA potensi perang terbuka dengan tetangga manapun.

Pemesanan 6 unit Frigat baru kelas FREMM patut diacungi jempol, tapi pemesanan 2 unit frigat kelas Maestrale tampaknya kurang bijaksana jika tak pantas disebut tidak peka, meskipun dengan alasan efisiensi.

Perlu diketahui AL Italia sampai saat ini memiliki tak kurang 181 kapal dalam berbagai tipe dan jenis. Satu diantara tipe itu frigat kelas Maestrale.

Firgat yang masih aktif saat ini ada 4 unit dari 8 kelas Maestrale yang sudah "melaut" lagi sejak 1981-1982. Jadi ada 4 unit sudah pensiun. 

Ke empat yang sudah "pensiun" (decommissioned) adalah Maestrale F 570, pensiun pada 15 Desember 2015 karena faktor usia :34 tahun. Selain itu yang sudah pensiun adalah Aliseo (F 574), Aliseo Torpedo Boat dan Alpine F 580. sumber : Ini

Kapal Frigat anti kapal selam bernomor lambung F 570 ini adalah kapal frigat pertama kelas Maestrale yang dibuat pada 8 Maret 1978 di galangan kapal Riva Trigoso, Genoa Italia, sebuah galangan kapal terhebat di Eropa pada jaman Perdana Menteri Giulio Andreotti berkuasa (1976 - 1979).

Ke empat kelas Maestrale yang masih aktif adalah Grecale nomor lambung F 571, Libeccio (F 572), Espero (F 576) dan Zefiro (F 577). 

Sisa (4 unit) kelas Maestrale yang masih aktif ini juga akan dipensiunkan pada 2025 karena Angkatan Laut Italia akan melengkapinya dengan  kelas Frigat multiprphose lebih anyer dan keren yakni kelas FREMM (Fregata Europea Multi-Missione), termasuk 6 unit yang akan diterima TNI AL sebagaimana disebutkan di atas.

Jadi pada 2025 nanti AL Italia tidak akan mempekerjakan lagi kelas Maestrale karena faktor usia.

The first and second Bergamini FREMM during sea tests. Photo: orizzontesn.it via navalanalyses.com
The first and second Bergamini FREMM during sea tests. Photo: orizzontesn.it via navalanalyses.com
Kebiasaan negara produsen alutsista Eropa menjual barang bekas pakai (peralatan tempur) mereka ke negara berkembang. Setelah "dibedakin," didandani atau direkondisi dijual dengan harga menggiurkan dengan janji alih teknologi (ToT) atau iming-iming kemampuan spektakuler si "tua-tua keladi'"

Padahal kapal tua itu seperti manusia (orang tua) juga, meskipun masih bersemangat tinggi tapi otot, kecepatan, akurasi dan tenaga sudah tidak mendukung lagi meskipun bekerja di bawah kapasitasnya (di bawah srtandard).

Jadi jika Departemen Pertahanan memilih kapal tua-tua keladi itu untuk melengkapi Alutsista TNI AL sepenuhnya terserah pada Pejabat Pemegang Anggaran (PPA), Kuasa Pengguna Anggara (KPA) serta barisan amat panjang tim atau panitia yang pastinya telah mengetahui kemampuan dan risiko sebuah kapal bekas (tua) meskipun telah direkondisi.

Sebaliknya kita sangat mendukung upaya membeli kapal baru frigate kelas FREMM seperti juga dipesan AS pada Italia (pada 2020) yang juga dimiliki Prancis, Maroko  dan Mesir.

Apapun alasannya anggaran sebesar 1.760 triliun sangat cukup, berlimpah ruah untuk membeli kapal perang fregat baru meski tidak sekelas frigat kelas FREMM untuk AS dengan harga pembuatan 795 juta USD. Sumber : Ini.

Di akhir artikel ini penulis teringat pada sebuah kata bijak. Bukan dari alkitab manapun tapi dari seorang jagoan Kungfu tempo dulu, Bruce Lee namanya. Katanya : 

“Mistakes are always forgivable, if one has the courage to admit them.” — Bruce Lee.  (Kesalahan selalu dapat dimaafkan jika seseorang memiliki keberanian untuk mengakuinya.)

Sebelum peristiwa naas menimpa KRI Nanggala-402 pada 21 April 2021 lalu ada kisah kapal perang bekas Jerman timur KRI Teluk Jakarta-541  (ketika itu usianya 42 tahun) tenggelam di perairan  Masalembo pada 14 Juli 2020. 

Sebelumnya KRI Teluk Peleng-535 tiba-tiba tenggelam sendiri pada 18/11/2013 saat sandar di Tanjung Priok (ketika itu usianya 35 tahun.

Semoga itu tidak terulang lagi, tapi JIKA itu terjadi adakah yang berani tampil ke depan seperti Bruce Lee katakan di atas?

Bisa saja artikel ini dianggap setengah matang atau tidak menguasai masalah dan sejenis itu karena tentu saja yang lebih berkompetenlah lebih tahu duduk masalah dan latar belakangnya.

Kita semua berharap apapun yang ditempuh Departemen Pertahanan demi mewujudkan Renstra-3 MEF sebagaimana pernah penuliskan di sini semoga dapat berjalan lancar dan menghadirkan postur TNI yang ideal.

Pengalaman "kesalahan" masa lalu dihantui masalah dari alutsista "tua-tua keladi" harus jadi pelajaran, tidak bijaksana jika (sengaja) dilupakan begitu saja.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun