Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

1.760 Triliun Itu Bisa Beli Senjata dan Sistem Apa Saja?

9 Juni 2021   00:33 Diperbarui: 12 Agustus 2021   10:46 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut informasi Statista.com edisi 8 Juni 2021, sejak 2016 hingga 2020 sebanyak 10 negara pengekspor senjata paling menguasai pangsa pasar penjualan senjata global adalah AS menguasai 37% penjualan senjata dunia, diikuiti masing-masing Rusia (20%), Perancis (8,2%), Jerman (5,5%), China (5,2%), Inggris (3,3%), Spanyol (3,2%), Israel (3%) dan  Korsel (2,7%).

Jika sebuah negara membutuhkan persenjataan dengan alasan peremajaan alutsista, memperkuat posisi rejim pemerintah, melawan terorisme dan pertikaian dengan negara lain biasanya membeli senjata pada negara-negara disebutkan di atas selama tidak terjadi larangan.

Selain 10 negara utama di atas beberapa negara lain produsen senjata hebat adalah Italia, Turki, India, Ukraina, Brazili dan negara-negara Balkan.

Sistem kerjasama yang rumit melibatkan pemerintah, kontraktor, perusahaan industri dan kadang-kadang perantara di negara masing-masing sering mengakibatkan pembelian senjata antar negara menjadi ladang bisnis paling koruptif di sejumlah negara.

Di dalam negeri Pejabat Pengguna Anggaran (Menteri Pertahanan) membentuk rangkaian tim yang panjang dalam organisasi pengadaan. Di sana terlibat : Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat pembuat komitmen, Tim Evaluasi Pengadaan, Tim Evaluasi SpekTek dan Tim Perumus kontrak.

Kuasa pengguna Anggaran posisinya sangat strategis, diberi wewenang luas oleh Kemenhan utuk menandatangani perjanjian dengan kontraktor di luar negeri dan musti terlebih dahulu mendapat pengesahan notaris di negara asal barang alutsista. 

Jelas sekali pengadaan alutsista antar negara adalah proses yang panjang dan itu belum termasuk tim Inspeksi dan Tim penerima hasil pekerjaan di dalam negeri membuat rangkaian proses menjadi lebih panjang karena musti menganut pada prinsip :  Transparan dalam mengelola Anggaran, Efektif, Efisien, Menjamin Kerahasiaan, Bersaing,  Tidak Diskriminatif dan Akuntabel.

Terlepas dari prinsip-prinsip itu telah terlaksana atau belum selama ini, Kementerian Pertahanan kini sedang berjuang meloloskan anggaran pembelian alutsista ambisius senilai 1.760 triliun rupiah guna mewjudkan renstra tahap III MEF yang akan berakhir pada 2024 nanti.

Terpancing dengan pertanyaan Connie Rakahundi Bakrie, pengamat militer yang kritis menyikapi rencana ambisius dengan pertanyaan "anggran sebesar itu buat beli apa?" penulis berusaha mengulik-ngulik harga peralatan tempur apa saja yang dapat diperoleh dengan dana sebesar 1.760 triliun tersebut.

Dengan beberapa catatan khusus (batasan) kita jadi tahu apakah dana sebesar itu terlalu besar atau memang pas atau malah kurang. Batasan-batasan sebagai kerangka berpikir artikel ini adalah sebagai berikut :

  • Terlepas dari larangan atau embargo senjata dengan alasan apapun dari negara barat pada Indonesia
  • Terlepas dari cara pembayaraan atau sumber dananya dari mana
  • Terlepas dari dugaan permainan politik di balik pengadaan alutsista 1.760 triliun
  • Mengacu pada Analisa Ringkas Cepat (ARC) yang dikeluarkan Sekjen DPR RI pada 2020
  • Secara kuantitatif (unit) mengacu pada target MEF III. Misalnya KRI musti ada 182 unit, lalu dicari jenis kapal perang korvet, frigat, LDS dengan harga tertinggi lalu dikalikan unit dalam target MEF III (begitu seterusnya untuk  kategori lainnya).

Screenshot dari Sekjen DPR RI. dok pribadi
Screenshot dari Sekjen DPR RI. dok pribadi
  • Mengambil sampel harga tertinggi untuk jenis persenjataan yang disebutkan dalam ARC tersebut untuk mengetahui apakah anggaran sebesar 1.760 triliun bisa langsung habis dengan "memborong" persenjataan dalam target MEF III
  • Harga berdasarkan nilai yang dijual dalam penjualan online dan harga kontrak sejumlah negara yang didapatkan dari aneka situs pertahanan dan persenjataan dan informasi estimasi biaya produksinya di laman wikipedia.
  • Anggapan dana sebesar 1.760 triliun disetujui dan digunakan seluruhnya untuk pembelian alutsista tanpa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Dari batasan tersebut yang daftar alutsista dapat dibeli dengan dana sebesar itu antara lain adalah :

dokumen pribadi
dokumen pribadi
dokumen pribadi
dokumen pribadi
Total anggaran yang diperlukan adalah 1.272 triliun rupiah. Dengan rencana pembelian yang sangat ambisius ternyata hampir tak sanggup menghabiskan dana sebesar itu guna mewujudkan target MEF tahap III. 

Masih tersisa dana 500 triiun rupiah itu dapat dialokasi untuk kementerian Pertahanan untuk kegiatan Riset and Development (ekspektasi 10%), Mendukung program industri dalam negeri (20%), Proyek Mabes TNI dan perawatan (20%), Pembelian amunisi, peluru dan Roket (25%), Penyimpangan harga (defiasi) dan 20% dan asuransi pengiriman (5%?). 

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Semua angka-angka (harga) disebutkan di atas tentu saja BUKAN angka realistis tetapi (sekali lagi) sengaja ditampilkan angka tertinggi di sini guna melihat bagaimana dana sebesar itu dapat meng-cover kebutuhan standard TNI secara optimal.

Jika dana 1.760 triliun itu dibagi untuk 3 tahun (2021 - 2024) maka setiap tahun memerlukan dana sebesar 587 triliun rupiah. Dengan kurs saat ini (14.225 rupiah) kira-kira setara dengan 41,2 miliar USD.

Rekor 41  miliar USD tersebut berada di bawah anggaran pertahanan 2021 Korsel (45 miliar USD), Jepang (49 m), Perancis (52 m), Jerman (53 m ), Arab Saudi (57 m) dan 5 negara lain di atas angka tersebut.

Jika itu terealisir bisa jadi Indonesia menjadi sosok yang diperhitungkan kembali dalam kekuatan militer meskipun hal yang paling penting adalah para abdi negara dapat melaksanakan tugas bela dan kawal negara dengan nyaman, tenang dan tidak jadi korban akibat menggunakan alutsista butut jika tak pantas disebut "bangkotan."

Alutsista modern memang bukan jaminan terhindar dari kecelakaan atau musibah, namun setidaknya kita telah berusaha mencegahnya dengan menggunakan peralatan yang bagus, layak dan dapat membantu mencapai tujuan kawal teritorial negara yang sudah puluhan tahun "menjerit" minta diperbaiki sistem pertahanannya.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun