Terasa lebih membingungkan dunia karena jumlah orang terpapar covid-19 di China sangat sedikit. Meskipun tidak diharapkan jumlah kematian akibat covid-19 hanya 4.636 orang saja, sedikit di atas korban jiwa di Irlandia (4.941) atau hampir setara dengan Armenia (4.416), Slovakia (4.366), tak jauh beda dengan Ethiopia (4.127) per hari ini (28/5/2021).
AS dan aliansi "The Five Eyes Intelligence" kembali berusaha mengoprek-oprek kecurigaan tentang China. Hasilnya menemukan fakta baru meskipun tidak dapat dirinci lebih akurat kapan terjadi dan berapa jumlahnya.
Fakta itu adalah telah terjadi "insiden" pada Nopember 2019 di salah satu laboratorium di Wuhan yaitu WIV sebulan sebelum pemerintah China mengumumkan adanya penyakit dengan ciri-ciri aneh yang kita sebut sekarang ciri-ciri terinfeksi Covid-19 terpapar pada sejumlah pekerja laboratorium.
Pada Juni 2020 Yan Li-Meng seorang ahli virolog asal Hong Kong yang melarikan diri ke AS mengatakan kepada intelijen bahwa ia tahu persis pemerintah China telah berbohong tentang asal muasal virus corona karena sebulan sebelum pemerintah China melaporkan temuan penyakit itu telah ada 40 orang terkena penyakit tersebut.
Sebuah laporan intelijen "Five Eyes" (sejak 1955) terdiri dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru dan Inggris mengklaim telah memperoleh informasi akurat tentang asal-muasal virus Corona di China.
Dalam laporan setebal 15 halaman yang ringkasannya dimuat di media Australian Daily Telegraph pada edisi 4 Mei 2020 lalu memberi kesimpulan sangat menyudutkan pemerintah China.
"China dengan sengaja menyembunyikan atau menghancurkan bukti wabah virus corona, menyebabkan hilangnya nyawa manusia disekitarnya," tulis pernyataan terebut sebagaimana dilansir dari sumber di atas.
AS dan barat kini lebih bersemangat mongprek-oprek skandal kebocoran virus Corona dari Wuhan meskipun Peter Ben Embarek (ahli virolog WHO) pada 9 Februari 2021 lalu memberi kesimpulan tidak ada bukti kebocoran di laboratorium Wuhan.
Salah satu negara paling mendukung AS dalam menekan China terkait skandal asal muasal virus corona adalah Australia yang sedang "berjuang" menjadi penguasa Samudera Pasifik selatan tempat dimana hampir 10 juta orang berada.
Terdiri dari 14 pulau dan terebar pada sejumlah negara dan koloni dari Papua Nugini sampai ke Federasi Micronesia di bagian utara dan Cook Island di bagian timur Samudera Pasifik, mereka tidak saja membutuhkan uang, kebutuhan pokok tapi juga pembangunan jalan, jembatan, fasilitas publik dan lain-lain.
Tentu saja itu adalah daftar investasi sangat menarik pada 10 juta populasi atau hampir menyamai total seluruh penduduk Swedia sehingga terlalu naif bagi Australia jika "didahului" China yang berada nun jauh ribuan mil di sana dalam perlombaan menguasai samudera Pasifik selatan.