Situasi tak sedap ini bikin "Bibi" peras otak menjalin koalisi (tapi gagal) dengan beberapa partai oposisi guna melanggengkan jabatannya sekaligus menghindari upaya penuntutan korupsi dan perpecahan partai sayap kanan di dominasi Yahudi. Sumber: Aljazera.
Untuk meningkatkan popularitasnya "program klasik" pun berulang kembali, sasarannya adalah Palestina atau Hezbollah (Iran) sekali-sekali dengan Suriah. Dengan isu perang, anti teror atau ancaman kedaulatan teritorialnya kekuatan militer Israel beraksi melibas musuhnya terutama paling mudah terhadap Palestina.
Jika perang terjadi berarti warga Israel akan berlindung di balik pemerintah berkuasa termasuk berlindung pada militer yang diatur oleh pemerintah berkuasa dan inilah yang diharapkan di balik strategi klasik para pemimpin negara zionis Israel.
Dengan demikian hampir dapat dipastikan Israel tidak akan pernah memusnahkan Palestina secara langsung maupun tidak langsung. Inilah strategi mengapa konflik Palestina berulang-ulang dan terus berulang setiap menjelang pemilu atau menaikkan pamor pemimpinnya.
Mereka justru memelihara isu Palestina dan juga Hezbollah, Iran guna menjadi komditas politik yang dituangkan dalam program klasik oleh para pemimpin negara tersebut.
Komoditas itu diolah agar memiliki nilai tambah, setidaknya menambah waktu para pemimpin Isarel yang haus berkuasa.
Jika dahulu dikemas murni di balik ratapan Palestina, kini sudah berubah, musti dikemas dibalik potensi serangan roket, dron peluncur granat dan pembom bunuh diri Palestina.
abanggeutanyo.-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H