Beberapa jam sebelum gencatan senjata berlaku Benyamin Netanyahu mengancam akan terus meningkatkan serangan "sampai tujuannya tercapai : untuk memulihkan ketenangan dan kemanan," ujar bibi berapi-api pada media.
Namun akhirnya Presiden AS, Joe Biden menelpon Benyamin Netanyahu menyampaikan agar menerima gencatan senjata yang disampaikan mediator PBB, Tor Wennesland yang duluan berunding dengan Ismail Haniyeh pemimpin Hamas di Qatar beberapa jam sebelumnya, sehingga gencatan senjata pun berlaku sejak pukul 02.00 waktu setempat Jumat 21/5/2021 tadi malam.
Israel menerima gencatan senjata bisa jadi guna menghindari jatuh korban dan kehancuran dipihak Palestina dalam skala lebih dahsyat dan besar. Selain itu juga mempertimbangkan kepanikan dan korban jiwa dan material di pihak Israel perlu dihindari agar tidak semakin meluas.
Di balik keputusan itu, perlawanan "hujan roket" Hamas diperagakan sayap militer Izz ad-Din al-Qassam brigade di dukung milisi dari kelompok al-Aqsa martyr brigade, milisi PFLP, jihadis Palestina (PIJ) dan lain-lain di kawasan jalur Gaza dan brigade Al-Quds di tepi barat tampaknya sangat dahsyat, di luar perkiraan Israel.
intelijen Israel pernah mengatakan Hamas hanya punya 5.000 hingga 6.000-an roket sebagaimana dilansir dari Yerussalem Post edisi 12 Mei 2021 lalu.
NYTimes menulis pengamatan Michael Amstrong seorang profesor opeations reserach dan persenjataan dari universitas Brock, Kanada mengakui memperoleh informasi dari militer Israel menyebutkan bahwa Palestina (Hamas, jihadis dan lain-lain) mempunyak 30 ribuan roket aneka tipe.
Faktanya menurut sumber terkini dari BBC, sejak 10 Mei hingga sebelum gencatan senjata berlaku Hamas telah menembakkan 4.300 roket (di luar mortar) ke berbagai posisi Israel.
Pihak militer Israel mengakui bahwa serangan roket terkini adalah yang terdahsyat pernah terjadi sejak 2001 pertama sekali HAMAS menggunakan serangan roket terhadap Israel. Dalam kurun waktu 11 hari saja kelompok perlawanan Palestina telah melontarkan 4.300 roket (di luar mortar).
Namun yang mengejutkan Israel bukan saja jumlah roket Palestina yang banyak tapi intensitas peluncuran, arah peluncurannya yang sulit diprediksi dan biaya intersep roket bisa bikin "kantong" sekelas Israel yang kaya raya sedikit agak bokek.
Intensitas peluncuran dalam 11 hari konflik sebanyak 4.300 roket artinya rata-rata jumlah roket yang diluncurkan sebanyak 391 roket dalam sehari. Angka ini jauh lebih masif daripada aksi roket Palestina pernah ada sejak digunakan pertama pada 30 Januari 2001.
Ketika itu sebuah rumah orang Yahudi di Netzarim dihantam sebuah mortar yang dilepaskan milisi Palestina di Jalur Gaza. Sepanjang tahun 2001 itu tak kurang 100-an aneka jenis roket dilepaskan oleh militan Palestina terhadap obyek Israel dan penduduk Yahudi
Masih menurut sumber NYT di atas, dalam serangan roket hari terakhir (20 Mei 2021) sebelum gencatan senjata terjadi, jumlah roket yang ditembakkan milisi Palestina dari Gaza mencapai 470 buah dalam 24 jam, melonjak trastis sekali dibanding eskalasi tertinggi pada konflik 2012 (312 roket dalam 24 jam) dan konflik 2014 (192 roket dalam 24 jam).
Pada saat pertempuran memalukan Israel di perbatasan Lebanon pada 2006, jumlah roket yang ditembakkan Hezbollah mencapai 4.500 roket dalam 19 hari pertempuran, artinya rata-rata sebanyak 236 roket dalam 24 jam atau sehari.
Sementara itu pada konflik 2019 sebanyak 570 roket dilontarkan dari Gaza ke arah Israel dalam waktu 3 hari, atau 190 roket dalam waktu 24 jam atau sehari, sangat sedikit dibanding jumlah serangan roket dalam konflik Palestina - Israel 2021.
Arah peluncuran juga terjadi peningkatan pesat. Pada konflik terkini sebanyak 17% roket diarahkan ke kota Tel Aviv yang mendapat "kawalan" skala prioritas tinggi sistem pertahanan Iron Dome Israel. Padahal pada 2012 hanya 1% dan pada 2014 hanya 8% roket diarahkan ke Tel Aviv.
Dalam serangan roket Palestina 2021 mulai intensif menggunakan roket jarak menengah yang menjangkau Tel Aviv dan Yerussalem. Beberapa jenis roket memiliki trajectory (lintasan) aneh, sesuatu yang benar-benar di luar perkiraan militer Israel.
Selain itu, Israel juga mengalami kesulitan menemukan lokasi peluncuran roket, hal ini dapat dilihat pada data masa lalu (2007). Sebanyak 30% lokasi peluncuran roket tidak diketahui dari mana dan oleh kelompok mana.
Israel memang berhasil menghancurkan 1000 target Palestina (Hamas) diantaranya lorong dan terowongan penyelundupan senjata dan beberapa gudang senjata tetapi sangat sulit menemukan lokasi peluncuran roket yang berpindah-pindah dengan mobilitas amat cepat.
Kini dalam konflik 2021 Israel mengakui kesulitan tersebut. Tidak terdeteksi masuknya roket Palestina akibat tanda peringatan tidak aktif adalah bukti sulitnya memprediksi arah serangan roket-roket "abal-abal" industri rumah terbuat dari bahan bubuk pupuk tanaman oleh sistem Iron Dome yang gahar itu.
Dil uar semua itu jarang diketahui adalah biaya pencegahan serangan udara oleh sistem Iron Dome ternyata sangat mahal. Mengutip informasi dari AA.com biaya sebuah roket jarak pendek al-Qassam hanya US $300 hingga US$500 atau sekitar 4,5 juta hingga 7,5 juta tergantung akurasi dan teknologinya.
Berdasarkan analisa Tal Inbar seorang mantan pimpinan Fisher Institute's Space Research Centre, mengatakan biaya sebuah roket penyergap dalam sistem Iron Dome antara $50.000 hingga $100.000.
Mungkin angka itu terlalu spektakuler. Sudah berbaik hati kita anggap 10% nya saja atau $5000 - $10.000 sebuah. Mari berhitung sendiri berapa total biaya untuk "sukses" menjatuhkan 90% total roket yang dilepaskan Hamas dan kawan-kawannya. Sebut saja 90% x 4300 roket lalu kalikan harga sebuah rudal intersep paling murah 75 juta rupiah.
Ondeh mandeehhh..., ternyata besar juga biaya Israel untuk menyergap roket "abal-abal" yang dilepaskan Hamas dan aliansinya.
Hamas punya aneka tipe roket yaitu : Mortar, Qassam, Al-Quds, Katyusha, Grad, Fajar 3 -5 menurut jangkauan dan tingkatan teknologi tergantung pada jarak, akurasi dan kecepatan reload.
Semakin jauh jangkauan, cepat reload dan akurat harganya semakin mahal tapi tetap sangat murah dibanding MANPAD atau ATGM yang juga mulai digunakan beberapa hari sebelum gencatan senjata.
Hamas yang secara geografis terisolir dari dunia luar darat, laut dan udara diblokade oleh Israel tapi mampu membuat dan menyiapkan roket dalam jumlah sangat berlimpah, darimanakah mereka mendapatkannya?
Roket jarak pendek (hingga 10 km) dikenal dengan al-Qassam, mempunyai lintasan tidak beraturan sehingga sulit dicegah penangkalnya. Tetapi hulu ledaknya tidak terlalu signifikan. Roket ini dibuat massal seperti rumah-rumah industri di bawah tanah.
Roket jarak menengah (hingga mencapai 5o km) dapat mencapai pinggiran Tel Aviv. Dibuat atas bantuan Iran dan Rusia tapi dibuat di Gaza.
Roket jarak jauh (120 km) bisa mencapai Tel Aviv, Yerussalemm, bandara Ben Gurion dibuat atas bantuan teknologi Iran.
Bagaimana cara Iran atau Rusia mentransfer teknologi atau melatih membuat roket-roket berbiaya murah meriah kesannya remeh - temah tapi mampu "menghujani" posisi Israel dan membuat agak bingung sistem Iron Dome, akan dijelaskan pada artikel lainnya.
Pendek kata, untuk sementara konflik ini telah usai (sekali lagi) sesaat, karena seperti puluhan gencatan senjata lalu (terakhir gencatan senjata 2020) cuma dapat bertahan 1 tahun.
Dari konflik 2021 ini korban jiwa di pihak Palestina mencapai 232 orang termasuk 110 milisi Palestina tewas dan 1000 lokasi termasuk bagunan, gudang dan terowongan dihancurkan.
Sementara itu Israel mengalami 12 orang korban jiwa dan 5 ratusan terluka serta ratusan bangunan dan kendaraan yang rusak dan terbakar.
Orang Palestina menyambut gencatan senjata ini dengan kemanangan. Masjid-masjid melaui pengeras suara meneriakkan kemenangan. Ratusan orang palestina terlibat bentrokan kecil dengan petugas Israel di masjidil al-Aqsa merayakan "kendornya" Israel.
Meskipun banyak jatuh korban jiwa Palestina (merasa) telah mampu membuat teror sangat luar biasa kepada Israel. Teror ini diakui sebuah ancaman besar oleh Israel sebagaimana dikutip dari HAMAS CRIME.
"Rocket and mortar attacks by Hamas and other terrorist organisations were intended not just to kill and injure Israeli civilians, but to spread terror among the six million Israelis within their range," ungkap laporan di atas, sebuah penyelidikan intelijen Israel pada 2014 terhadap aksi Hamas.
Setelah gencatan senjata ini Israel putar otak bagaimana menghilangkan strategi Hamas dan aliansinya pada masa akan datang. Sayangnya di sisi lain Hamas dan kawan-kawannya berpikir bagaimana meningkatkan efektifitas dan intesitas lebih massif di masa akan datang.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H