Namun demikian, jika petugas berkomitmen tinggi menjalankann tugas negara dan demi kepentingan yang lebih luas maka apapun fenomena menyedihkan di atas terpaksa diabaikan, bahkan keluarga sendiri pun dilarang pergi - pulang mudik.
Tetapi JIKA masih menerapkan konsep sederhana dan tidak kreatif membuat sekat peredam dan sekat utama serta di dukung jumlah personil memadai bisa jadi tugas negara dan lebih luas tujuannya itu tidak atua kurang membuahkan hasil apabila pemudik bakal menerabas bagaikan banjir bandang atau banjir akibat tanggul jebol di mana-mana.
Tentu kita tidak berharap terjadinya kemungkinan dan contoh pelanggaran disebutkan di atas meskipun cepat atau lambat pasti itu bisa terjadi terutama menjelang "menit-menit terakhir" penyekatan menjelang Idul Fitri.
Berdasarkan sifat alami runtuhnya sebuah tanggul lebih disebabkan oleh meningkatnya tekanan debit air meskipun juga ada yang disebabkan ulah manusia.
Jika diumpamakan, debit air berlimpah dekat sebuah tanggul sama dengan meningkatnya arus pemudik pada satu titik penyekatan maka bagaimana petugas memperkuat tanggul agar tidak roboh sama halnya bagaimana petugas penyekatan memperkuat titik penyekatan agar tidak jebol oleh pemudik.
Tanggul diperkuat dengan menambah kekuatan tanggul, memperlancar DAS dan membuat tanggul buatan serta mencegah warga merusaknya maka memperkuat titik penyekatan pun musti meniru cara memperkuat tanggul.
Pos penyekatan diperkuat dengan penambahan personil tapi distribusinya mengacu pada usaha mengurangi energi arus seperti pada teori Revetmen dalam pembuatan tanggul.
Di depan pos sekat utama musti dirikan pos penyekatan 'aba-aba" dengan sedikit personil saja (mungkin 7 orang) hanya bertugas memberi aba-aba saja, melarang, mengimbau dan sejenisnya. Setelah itu, 50 meter di belakangnya terdapat pos penyekatan utama dengan jumlah personil gabungan setidaknya 30 orang.
Melalui artikel ini kita berharap pemudik taatilah peraturan pemerintah apapun persepsi kita masing-masing dibalik keputusan tersebut. Ambil positifnya saja bahwa hal itu dilakukan untuk mengurangi sebaran dan lonjakan Covid-19 setelah mudik lebaran.
Kata orang tua dahulu, "pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna." Artinya setiap tindakan atau perbuatan itu hendaknya dipikirkan dahulu baik-baik sebelum dikerjakan agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.
Masih terngiang-ngiang peribahasa lama di atas. "Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna."