Jika ada perlombaan gonta-ganti nama paling banyak pada sebuah Departemen atau Kementerian mungkin kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bisa jadi salah satu pemenangnya.
Menurut catatan, kementerian yang pertama sekali dipimpin Ki.Hajar Dewantara pada 19 Agustus 1945 ini setidaknya sudah 7 kali bongkar pasang ganti nama, antara lain sebagai berikut :
- Departemen Pengajaran (1945--1948)
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1948--1955, 1956--1999)
- Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1955--1956)
- Departemen Pendidikan Nasional (1999--2009)
- Kementerian Pendidikan Nasional (2009--2011)
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2011--2021)
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2021--sekarang)
Menjelang 76 tahun usianya sudah banyak "makan" asam garam tentang dinamika pendidikan. Kadang dituntut berbaur dengan kepentingan politik kadang idealis bahkan ada masanya tak mau dikulik-kulik.
Kini dua kementerian (Menristek/BRIN dan Kemendikbud) merger jadi satu. Nomenklaturnya menjadi Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi meniliai mengapa merger dua kementerian itu terjadi. Jelas untuk efisiensi dan efektifitas, selain itu mungkin Presiden (pemberi kuasa) kurang puas atas pencapaian nilai yang sangat jauh dari harapan atau sangat melenceng dari tujuan kementerian itu dibentuk.
Anggaran biaya sebuah lembaga kementerian jelas sangat besar yang ditanggung oleh negara setiap tahun anggaran. Jika sebuah kementerian dinilai tidak memberi kontribusi signifikan, tidak sesuai dengan filosofi, fungsi dan tujuan kementerian jelas menuai tanda tanya besar. Nasibnya sangat riskan, bisa dilebur (bukan terkubur).
Jika itu dilebur jangan kesal ada pejabat dicopot jabatannya. Jangan sakit hati digantikan pejabat dari tetangga sebelah. Jangan ngerumpi pejabat berusia "kemarin sore" memimpin senior dan lain-lain pemberontakan batiniah.
Presiden Joko Widodo kini mempercayakan nomenklatur baru itu kepada Nadiem Makarim, bukan pada sosok lain. Padahal beberapa hari sebelum "reshuffle unik" ini terjadi telah santer berita seakan-akan Nadiem bakal terhenti langkahnya kali ini.
Banyak analisa berkembang Nadiem akan terpental dari barisan kabinet Indonesia Maju. Survey IPO menempatkannya sebagai urutan teratas menteri yang bakal tergusur, adalah satu diantara survey yang mungkin dapat membentuk opini publik.
Banyak juga yang mengungkit-ungkit "dosa-dosa" Nadiem karena beberapa kebijakan yang dianggp kontroversial. Perminataan maaf Nadiem seakan tak cukup menetralisir pengkondisian sebelum ia benar-benar terpental dari kabinet.
Akibatnya banyak yang menduga Nadiem bakal kembali ke "markas" Decacorn-nya yang semakin moncer sejak dia masuk dalam Kabinet Indonesia Maju yang super keras tantangannya.