Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pesan Serius KRI Nanggala-402 agar Tidak Jadi Korban pada Kasel Lain

22 April 2021   01:29 Diperbarui: 1 Juni 2021   22:03 5119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti pesawat terbang, kapal laut, kereta api dan transportasi darat, kapal selam pun tak luput dari kecelakaan jika terjadi faktor pemicu kecelakaan yang menyebabkan kapal selam rusak bahkan bisa tenggelam. Ini yang terjadi pada kapal selam KRI Nanggala-402.

Mengacu pada batasan tahun 2000 hingga 2020 tak kurang 23 kapal selam (submarine) militer dan non militer terlibat kecelakaan akibat berbagai sebab. 

Dari jumlah tersebut setidaknya 4 (empat) kapal selam (Kasel) militer telah tenggelam secara dramatis di beberapa lokasi pedalaman laut dunia dalam 20 tahun terakhir, yaitu:

  • Kapal selam bertenaga nuklir Class Oscar-II yang diberi nama  "K-141 Kurs" tenggelam di laut Barents pada 12 Agustus tahun 2000 menewaskan 141 orang kru-nya.
  • Kapal selam Ming-361 milik angkatan laut China bertenaga diesel tenggelam di laut Kuning pada 25 April 2003 menewaskan seluruh 70 kru di dalamnya.
  • Kapal selam INS Shindhurhaksak bertenaga diesel, Kilo - Class  milik angkatan laut India dua kali kecelakaan. Pada 2010 hanya terbakar dan dapat diperbaiki. Peristiwa kedua terjadi pada 14 Agustus 2013 ketika di atas permukaan laut akibat kesalahan pengisian torpedo dalam sesi pelatihan. Sebanyak 18 pelaut tewas sementara hanya 3 pelaut berhasil menyelamatkan diri sesaat kapal selam akan tenggelam akibat faktor kelalaian manusia.
  • Kapal selam milik angkatan laut Argentina yang diberi nama ARA San Juan TR-1700 Class, bertenaga diesel bekas Jerman tenggelam pada 15 Nopember 2017 menewaskan seluruh 44 kru pada kedalaman 904 meter di sebuah sudut laut Atlantik.

Gambar KRI Nanggal 402. Sumber gambar: Gelora.co
Gambar KRI Nanggal 402. Sumber gambar: Gelora.co
Total kerugian akibat tenggelamnya kapal-kapal tersebut sangat besar mengingat sebuah Kasel musti dibuat dengan kualitas khusus dan berteknologi tinggi guna menghadapi tekanan di dalam air dan mampu berkomunikasi pada posisinya di  dasar laut, dan tentunya ini berbiaya tinggi.

Namun yang lebih mahal di balik itu adalah nyawa puluhan bahkan ratusan prajurit di dalamnya yang (bayangkan) sedang berusaha menyelamatkan diri dari sebuah bilik yang terbakar ke kompartemen penyelamatan. Sayangnya di sana pun mereka terkunci dan lemas sendiri akibat kehabisan oxigen dan terlambat ditolong.

Sulit membayangkan ketika satu per satu prajurit meregang nyawa dalam kondisi kecelakaan kapal yang mereka awaki. 

Mungkin itu adalah risiko tugas sebagai abdi negara dalam menjalan tugas menjaga teritorial laut negara termasuk dalam melaksanakan latihan atau training salah satu simulasi perang.

Namun jika melihat pada beberapa penyebab kecelakaan yang membuat kapal selam itu tenggelam dalam peristiwa terakhir ada beberapa kesamaan yaitu: Sedang melaksanakan latihan dan berpatroli seperti yang terjadi pada Kasel KRI Nanggal-402 yang sempat dinyatakan hilang itu.

Kapal Selam Kursk sedang latihan menembak torpedo ketika itu. Di dalam ruang torpedo terjadi kebocoran berupa tumpahan cairan torpedo yang memicu kebakaran. Kemudian diikuti sambaran api yang membesar hingga menyebabkan ledakan besar dalam kapal menewaskan 118 orang seketika dan akhirnya 23 lainnya meninggal dunia di dalam kompartemen belakang dan terkunci di sana selamanya.

Ming-361 sedang melaksanakan latihan di kawasan Changsand Island. Kapal selam itu tenggelam karena kesalahan mekanik yakni mesin diesel penggerak "menguras" oksigen dalam kapal. Lalu, Ming-361 berusaha naik ke permukaan segera mungkin namun apa daya tangki - tanki udaranya masih terisi air hingga akhir gagal naik ke permukaan ditambah lagi mesinnya tidak lagi bekerja.

Sementara itu Armada Republik of Argentina (ARA) San Juan-465 yang sedang berpatroli rutin mengalami gangguan kelistrikan. Entah seperti apa mekanismenya gangguan listrik itu memicu ledakan pada kapal hingga mengandaskan kapal selam dengan bobot saat menyelam 2.336 ton tersebut.

Beberapa kapal selam lainnya mengalami kecelakaan meski tidak tenggelam hanya memerlukan perbaikan jika masih dapat diperbaiki. Beberapa sebab kecelakaan pada kapal selam terjadi karena:

  • Faktor kesalahan manusia (kru kapal selam)
  • Kebakaran pada kapal akibat gangguan listrik dan sebab api lainnya
  • Gangguan mekanik pada mesin pendorong 
  • Gangguan pada tangki udara atau airnya
  • Terjadi pengembunan dan  masuknya karbondioksida ke dalam kabin kapal
  • Gangguan tekanan udara dan suhu dalam kabin
  • Gangguan sistem navigasi
  • Gangguan pada energi, baterai dan sebagainya

Kapal Selam Indonesia

Indonesia mempunyai 5 kapal selam (Kasel) militer. Dua unit class Cakra dan 3 unit class Nagapasa. KRI Nanggala 402 adalah class Cakra buatan Jerman 1978.

Pada 21 Oktober 1981 Nanggala 402 diresmikan penugasan perdananya oleh Pangab (saat itu) Jenderal TNI Mohammad Yusuf di Dermaga Ujung Surabaya.

Tugas terakhirnya selesai latihan gabungan Latopslagab pada 4 Mei 2004. Setelah itu diperbaiki dan ditingkatkan kemampuannya bekerjasama dengan perusahaan Korea Selatan  Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co, perusahaan raksasa Korea Selatan.

Sejak 2015  Nanggala 402 bertugas kembali di pangkalan Armada Timur dalam berbagai tugas. 

Semoga kapal ini dapat ditemukan kembali tanpa insiden apapun. Dugaan penyebabnya masalah pada electric pump dan baterai, sebuh instrumen paling krusial pada kapal selam ini sebetulnya.

KRI Nanggala 402 yang dijuliki "monster laut" bermesin Diesel Electrik buatan Siemen Jerman ini punya baterai seberat hampir 25% dari total berat apung kapal.

Kita berharap tidak terjadi peristiwa tragis pada pelaut kita seperti kisah-kisah dramatis di atas. 

Pada saat artikel ini dibuat kabarnya masih berusaha muncul ke permukaan dengan sisa baterai yang ada dan dibantu 2 kapal selam AL lainya.

Namun demikian apapun kondisinya di balik peristiwa penting ini adalah "pesan" dari Nanggala-402 itu sendiri bahwa masalah kesehatan kapal selam kita musti diperhatikan dengan serius agar tidak jatuh korban sia-sia pada tentara pelindung dan penjaga laut kita.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun