Pada awal 2017 di Banda Aceh, dalam rangka kunjungan kerja tim Kompasiana dipimpin kang Pepih Nugraha untuk sebuah acara nangring Kompasiana bersama Bank Indonesia di kota "Serambi Mekkah" sempat hadir ke lapak usaha saya pada malam yang mulai sepi pengunjung saat itu.
Bersama kang Pepih ada bang Isjet dan kalau tidak salah mas Nurul dan seorang lagi lupa namanya. Seorang lagi ada kompasianer senior dan kawakan dari Aceh Tengah, bapak Syukri Muhammad Syukri.
Di lapak dagangan sederhana itu saya ngobrol dengan bang Isjet dan lainnya sementara kang Pepih bermain catur melawan pak Syukri diselingi ngopi "bubuk kopi" Gayo spesial yang sengaja dibawa pak Syukri.
Hasil pertandingan dadakan ketika itu kang Pepih menang atas pak Syukri dalam permain 2 ronde.
Melihat pak Syukri kalah saya yang merasa lebih kuat dari pak Syukri gantian melawan kang Pepih. Hasilnya, saya babak belur "disiksa" kang Pepih hingga raja saya digiring ke area asal kang Pepih pada ronde pertama.
Masih penasaran, saya sambung ronde ke dua. Hasilnya lebih menyedihkan. Saya kalah lebih cepat melalui serangan Bliztkrieg bergelombang hingga masuk ke perangkap "elephant Trap." Dua Gajah kang Pepih di bantu Mantri menghentikan perlawanan saya yang makin modhar rasanya usai permainan itu.
Tak apalah banyak menimba pengalaman dari "master" kang Pepih. Hingga kini masih terkenang oleh saya peristiwa berharga tersebut. Setiap melihat atau membaca artikel kang Pepih sedikitnya terlintas pengalaman di atas.
Dari sana saya belajar dan mengakui bahwa bakat alam saja TIDAK cukup untuk meningkatkan kemampuan bermain catur. Musti belajar teori demi teori secara simultan dan memperkaya diri dengan menguasai beberapa teori serangan.
Itu sebabnya ketika Dedy Corbuzier mengajak Grand Master Wanita (GMW) Indonesia Irene K. Sukandar dan Dadang Subur (pemilik akun Dewa Kipas di Chess.com) bermain jenis permainan catur cepat (Chess Speed) di Podcast-nya sudah tergambar oleh saya dari awal pastilah ini pertandingan yang tidak seimbang.
Tanpa bermaksud menyepelekan kekuatan "Dewa Kipas" permainan catur cepat tak cukup sekadar jam terbang saja melainkan perlu teori, konsep dan strategi yang dapat dipelajari secara ilmiah.
Secara ilmiah artinya "Sesuatu bersifat keilmuan, memenuhi syarat kaedah ilmu pengetahuan. Jadi teori dalam bermain catur itu sifatnya keilmuan, bisa dipelajari dan bersifat universal tentu saja bagi yang membutuhkannya.
Faktanya memang seperti sudah diduga, Dewa Kipas "terkelupas" di tangan GMW, dia kalah telak 3-0.
Apa kata Dewa usai kekalahan tersebut? Dia berjiwa besar meskipun terbersit pernyataan pembelaan lazimnya orang terpaksa terima kekalahan. "Saya tidak biasa dengan main catur 10 menit, saya melakukan blunder," ujarnya merefleksikan alasan kekalahan dan sebetulnya masih bisa.
Banyak orang merasa telah bisa menjadi pebalap setelah mampu membawa motor atau mobil sekian lama dengan beberapa jenis arena. Mereka mungkin bisa jadi pebalap tapi pebalap seadanya jika tidak memiliki ilmu terkait balapan.
Banyak juga orang merasa pandai bernyanyi setelah merasa bagus bernyanyi di pentas Keyboard atau Karaoke meskipun tidak menguasai teknik olah vokal, tangga nada dan teknis pernafasan dan lainnya. Mereka mungkin bisa jadi penyanyi tapi hanya jadi penyanyi alami dan mungkin seadanya.
Orang-orang merasa pandai bermain gitar tetapi banyak menjadi pemain gitar seadanya karena tidak mengusasai teknik bermain gitar secara teoritis.
Bermain catur pun ada teorinya untuk pemula hingga piawai lalu meraih predikat dari level terendah hingga mencapai level tertinggi "Grand Master" (GM). Irene telah mendapatkan salah satunya yakni GMW (Grand Master Wanita).
Saya tidak tahu gelar apa yang pernah didapatkan Dewa Kipas dalam standarisasi Indonesia apalagi Internasional. Mungkin saja ada tapi saya tidak tahu apa saja. Tapi menurut pengakuan Percasi, Dadang Subur minim prestasi. Dari penulusuran Daftar Rating Nasional (DRN) PB Percasi ada nama Dadang S berada pada ranking 2021. Apakah Dadang S itu adalah Dadang Subur, belum jelas.
Permainan catur banyak ragamnya, ada Catur Klasik, Catur Cepat, Catur Jawa bahkan Catur karo yang sedikit berbeda permainannya dari Catur pada umumnya. Masing-masing permainan tersebut dibedakan lagi dalam beberapa model Catur Buta, Catur Tandem, Catur Kilat, Catur Daring, Catur Estafet dan lain-lain.
Kini banyak cara bagaimana mempertajam keahlian bermain catur. Sekolah Catur pun sudah ada di tanah air, salah satunya milik mantan GM legendaris Indonesia, Utut Adianto.
Di dunia internet juga banyak ditemukan cara meningkatkan kemampuan bermain catur mulai dari dasar pemula hingga tingkat mahir.
Kekalahan dari permainan catur biasanya karena lengah, salah langkah, masuk jebakan atau lupa. Memang seperti itulah permainan catur pastinya ada jebakan untuk mengecoh lawan. Setiap langkah ketika bermain catur pasti punya tujuan untuk mematikan lawan
Kita memuji penyelenggara dan kedua insan catur di atas setidaknya telah berhasil menyita fokus dan perhatian banyak orang tentang cara bermain catur.
Selain itu orang akan semakin tahu bahwa bermain catur itu tidak cukup kemampuan alami tapi musti di asah lagi secara simultan dan berjenjang.
Jangan sepenuhnya berharap pada keajaiban untuk menang. Jadi jika ada yang ngajak bertarung musti periksa dulu kapasitas CC kita miliki. Jika kendaraan lawan berkapasitas 2400 liter musti dilawan dengan kapasitas yang sama, baru seimbang dan ada harapan untuk menang.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H