Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memenuhi janjinya menjadi penerima vaksin yang pertama di Indonesia pada tanggal 13 Januari 2021. Janji itu pernah diucapkan pada sebuah acara jumpa vers virtual Rabu 16 Desember 2020 lalu. Dalam sebuah pernyataan ketika dia berkata "Saya ingin tegaskan lagi nanti saya yang akan menjadi penerima pertama, divaksin pertama kali," ucap Jokowi saat itu.
Kini dua hari telah berlalu, pasca vaksinasi itu Presiden Jokowi menilai vaksinasi itu tidak ada rasa sakit, "mirip seperti suntikan imunisasi di masa kecil dahulu," katanya.
Terlepas dari dampak apa yang terjadi pasca vaksinasi (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, disingkat KIPI) pertanyaannya adalah jenis vaksin apa sesungguhnya yang digunakan untuk Jokowi.
Berbagai sumber informasi media massa dan media online mengatakan bahwa Presiden Jokowi disuntik dengan vaksin buatan China, Sinovac.
Dari sebuah tayangan video "live streaming" juga memperlihatkan proses vaksinasi terhadap Jokowi di Istana Negara menggunakan vaksin Sinovac.
Dalam adegan sebuah video memperlihatkan 2 orang petugas Kesehatan Kepresidenan bersiap menyuntik Jokowi.
Lalu ia mengeluarkan sebuah botol dosis dan mencopot lapisan penutupnya. Sejenak kemduain ia menyedot isi vaksin tersebut ke dalam tabung suntikan lalui menyerahkan kepada dokter Kepresidenan, Abdul Muthalib.
Dari tampilan di botol vaksin itu TIDAK jelas terlihat tulisan "Sinovac" tetapi sangat jelas sekali terlihat dia dikeluarkan dari kotak yang bertuliskan "SARS Cov-2 Vaccine (Vero Cell), Inactivated.
Kotak dan botol vaksin yang terlihat itu memang tidak seperti yang umum terlihat di media selama ini yang didominasi oleh warna putih dan orange misalnya seperti contoh gambar di bawah ini.
Ada 4 macam buatan China yang telah lolos uji klinis tahap ke tiga, yaitu vaksin buatan CanSino Biological Inc; Sinovac; Sinopharm (Wuhan Institute of Biological) juga Sinopharm (Beijing Institute of Biological) dan Anhui Zhifei Longcom Biologic Pharmacy.
Meskipun banyak negara yang melakukan uji coba vaksin buatan China akan tetapi negara yang telah pasti memesan dan teken kontrak produk buatan China adalah : Indonesia; Turki, Uni Emirat Arab (UEA), Brazil dan Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diterbitkan oleh Launch and Scale SPEEDOMATER edisi 11 Januari 2021 memperlihatkan Indonesia merupakan urutan ke 4 besar dunia "pasar vaksin global". Urutan pertama adalah Uni Eropa; urutan ke dua (Amerika Serikat); ke tiga (India) dan ke empat (Indonesia).
Masih menurut sumber tersebut, Indonesia akan memborong aneka vaksin yaitu : 50 juta dosis vaksin buatan Oxford University dengan kode AZD 1222. Kemudian 150 juta dosis Novavax (Nvx co V2373); 125 juta dosis Sinovac (Coronavac); 60 juta dosis (Sinopharm) dan 20 juta dosis CanSino Biologis (Ad5-n Cov). Total rencana pembelian yang sudah dikonfirmasi mencapai 405 juta dosis. Sumber : Ini.
Dari daftar tersebut tidak ada tertera rencana pembelian terhadap produk buatan Pfizer, Gamaleya, Moderna atau vaksin buatan negara lain.
Malaysia jiran terdekat entah karena alasan apa justru memesan Pfizer sebanyak 12,8 juta dosis dan buatan Oxford University sebanyak 6,4 juta dosis.
Mengacu pada data sebelumnya lebih lawas, rencana pembelian vaksin China oleh Indonesia hanya sekitar 200 juta dosis saja, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini :
Selain Indonesia, negara lain yang telah setuju menggunakan Sinovac tapi seadanya saja adalah Bangladesh, Brazil, Chili, Mexico, Turki dan UEA. Tetapi dalam hal jumlah kapasitas volume pembelian Indonesia juaranya memborong vaksin buatan China dalam jumlah berlimpah ruah.
Sehari sebelum terlaksananya tonggak vaksinasi secara nasional, pada 12 Januari 2021, Menlu Retno Marsudi ditetapkan oleh WHO sebagai salah satu Co-Chair (ketua bersama) dalam COVAX AMC EG yakni aliansi antarnegara yang terlibat dalam pengadaan dan distribusi vaksin dengan negara-negara pendonor, bagi negara AMC.
AMC adalah negara yang memperoleh vaksin COVID-19 sebesar 20 persen dari populasi total negaranya.
Retno Marsudi bersama Menkes Ethipia (Lia Tedesse) dan Menteri Pembangunan Kanada (Ms. Karina Gould) menjadi ketua bersama Forum COVAX AM EG.
Tentu saja itu bukanlah "bonus"dari WHO atas prestasi Indonesia memborong vaksin Covid melainkan karena kepercayaan WHO memilih Indonesia sebagai salah satu pengurus aliansi Covax Vaccine.
Kini "genderang" vaksinasi nasional telah ditabuh. Jokowi telah menjadi orang pertama penerima vaksin. Pertanyaan lebih urgent dibalik itu adalah bagaimana menambah keyakinan masyarakat agar berbondong-bondong ingin divaksin.
Keraguan masyarakat masih ada terkait sumber atau bahan dasar pembuatan vaksin, dampak ke depan dan efektifitasnya.
Keraguan warga bisa bertambah JIKA publik vigur yang dipilih pemerintah ternyata tidak memberi contoh suri tauladan mencegah sebaran Covid-19. Bahkan ada yang sangat vulgar melanggar protokoler kesehatan pencegahan ciovid-19 lalu meminta maaf seperti permainan sinetron.
Andai saja publik vigur yang baru saja divaksin itu lalu terkena covid-19, apa kata dunia.. ehhh apa kata warga? Tindakan mereka itu jelas sangat kontra produktif dengan usaha kerja keras untuk meyakinkan masyarakat?
abanggeutanyo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI