Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon Diganjar Bintang Mahaputera, Sindiran atau Pengakuan?

11 Agustus 2020   15:22 Diperbarui: 11 Agustus 2020   23:07 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan informasi Kompas.com, syarat khusus untuk memperoleh pengahrgaan bintang Mahaputera adalah :

  • Berjasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara 
  • Pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial politik, ekonomi, hukum, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan beberapa bidang lain yang besar manfaatnya bagi bangsa dan negara
  • Darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional dan internasional

Berdasarkan gambaran tersebut apakah Fadli Zon telah memenuhi syarat dan kriteria disebutkan di atas? Tentu saja pemerintah dalam hal ini Setneg dan Presiden yang lebih tahu. Semoga pemberian itu obyektif dan sebuah tulus ikhlas tanpa maksud tendensius apapun misalnya "menampar" wajah Zon dengan penghargaan alias merebut simpati Zon dari lawan jadi kawan.

Akan tetapi melihat pada tingkah polah Fadli Zon fenomenal dan kontroversial selama ini yang sarat muatan benci atau nyaris menghina Presiden secara terbuka tampaknya pemberian penghargaan kepada Fadli Zon lebih bersifat sindiran ketimbang ketulusan. 

Tendensi ini diperkuat lagi dengan pemberian yang sama juga diberikan pada rekan kentalnya Fahri Hamzah yang setali dua uang atau nyaris sama tipekal perangainya dalam mengkritisi hampir seluruh kebijakan pemerintah dari sisi yang sangat berseberangan jika tak pantas disebut meremehkan.

Jika pemerintah Jokowi menghambur-hamburkan pemberian gelar Mahaputera (dan lainnya) dengan pertimbangan politis maka suatu saat nanti makna pemberian gelar itu akan sirna, bisa dianggap hal-hal yang biasa saja selain beraharap "benefid" atas hadiah dibalik penghargaan tersebut.

Secara kuantitatif jumlah penerima penghargaan Mahaputera hingga 2019 baru 841 orang, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia jelas sekali sangat tidak berarti prosentasenya, hal ini memperlihatkan betapa ekslusifnya penghargaan tersebut karena menjadi orang-orang yang eksklusif alias pilihan diantara ratusan juta rakyat Indonesia.

Masih banyak putra dan putri Indonesia yang memenuhi syarat khusus disebutkan di atas pantas dan berpeluang mendapatkan ganjaran bintang Mahaputera. Tetapi pemberiannya diharapkan tulus dan obyektif sehingga maknanya tetap sakral dan bernilai tinggi (termasuk hadiahnya).

Semoga ada diantara pembaca bisa mendapatkan penghargaan tersebut pada kesempatan akan datang sambil terus berbuat kebajikan pada bidang-bidang yang Anda tekuni.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun