Mungkin sudah ada 300-an kali jumlah serangan Israel terhadap posisi Iran di dalam berbagai kawasan Suriah. Beberapa serangan bahkan mengarah langsung pada posisi pasukan Suriah (SAA) sejak 2014 ketika perang Suriah baru berusia 3 tahun.
Atas dasar hadirnya pengaruh Iran membantu pemerintahan Bashar al- Assad di dalam perang Suriah membuat Israel merasa terganggu. Atas dasar merasa terganggu keamanan nasionalnya Israel melakukan aneka seranganmelalui peluncuran misil, roket dan meriam dari perbatasannya hingga peluncuran misil dan bom dari pesawat tempurnya.
Tak terhitung berapa ratus sudah nyawa milisi Iran dan pasukan Suriah jadi korban serangan Israel, begitu juga dengan sejumlah gudang senjata, pusat peluncuran misil, baterai misil anti pesawat tempur dan fasilitas militer hingga -tuduhan- laboratorium senjata kimia tak habis-habisnya luluh lantak oleh Israel.
Di pihak lain Israel hanya kehilangan sebuah pesawat tempur yang tertembak jatuh misil anti pesawat udara sejenis S-200 pada Februari 2018 silam. Selain itu seratusan misil Israel juga hancur di udara dilumpuhkan oleh misil anti misil Suriah.
Serangan udara terkini Israel menyasar kembali bandar udara internasional Damaskus dan distrik Al-Kiswah sebuah depo persenjataan di pinggiran Damaskus menjelang subuh pada 21 Juli 2020 lalu.
Serangan kali ini termasuk sangat massif dan menimbulkan perlawanan sistem pertahanan udara Suriah dengan sangat reaktif melontarkan misil anti misil ke arah udara Jordania dan Dataran Tinggi Golan arah datangnya serangan Israel.
Bisa ditebak alasan Israel melakukan serangan yaitu masalah Iran, Hizbollah dan menganggu keamanan nasional Israel.
Tidak ada kejelasan siapa saja korban dalam peristiwa tersebut. Korban baru diketahui publik 2 hari setelah itu. Sebanyak 5 orang petempur asing tewas termasuk pentolan Hizbollah Ali Kamel Mohsen yang dimakamkan di kawasan Lebanon dengan acara sangat sakral dan ramai. Ratusan iring-iringan kendaraan mengiringi Mohsen ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Pada hari yang sama setelah peristiwa tersebut, beberapa jam kemudian Suriah melalui milisi Hizbollah yang bermarkas di sekitar desa Chadder, Quneitra melepaskan sejumlah mortir ke arah desa Givat Htisacott, Majdal Shams sebuah kota kecil dekat perbatasan dataran tinggi Golan yang dikuasai Israel.
Beberapa kawasan gedung dan kendaaran sipil yang sedang melintas kawasan tersebut mengalami kerusakan akibat tembakan Hizbollah (Suriah).
Meskipun serangan itu tidak menyebabkan pasukan Israel tewas atau terluka tetapi tampaknya perlawanan itu sangat serius dalam pengamatan militer Israel. Kawasan udara di atas dataran tinggi Gollan pun dinyatakan "Tertutup" untuk jangka waktu 11 hari sejak 21 Juli 2020.