Kedua, benar Jasa Raharja telah memberi kontribusi pada 2018 untuk negara sebesar 551,8 miliar rupiah?
Jika dua pertanyaan di atas dikorelasikan dengan Laporan Keuangan dan Laba Rugi 2019 yang terbitkan pada Maret 2020 lalu kita dapat temukan jawaban yang semakin "melebar" seperti terlihat informasi disebutkan di atas ternyata sebagai berikut :
Pada laporan 2018 (SR) disebutkan total Asset pada 2018 mencapai 15,2 triliun faktanya dalam laporan keuangan 2019 memperlihatkan juga posisi 2018 ternyata total Assetnya 13,9 triliun rupiah. Malah jika mengacu pada pernyataan Dirut sebelumnya total asset JR mencapai 45 triliun, kemana perginya 30 triliun lagi ?
Ada yang aneh juga dengan beban biaya beban pegawai dan pengurus 2019 mencapai 953 miliar. Mengacu pada laporan berkelanjutan 2018 yang diterbitkan pada Mai 2019 setebal 86 halaman ditandatangani Budi Raharjo Slamet (Direktur Utama) mencantumkan jumlah pegawai (2018) sebanyak 2.063 orang.
Satu hal lagi, kecepatan proses klaim atau realisasi penyelesaian santunan menurut laporan 2018 (SR) dalam jangka waktu 38 jam membaik dari 2017 memerlukan waktu 46 jam. Apakah faktanya demikian?
Faktanya seseorang dalam kolom "surat pembaca"menjerit ternyata urusan claim tidak semudah dalam teori. Pihak Kepolisian mengatakan surat dari Polisi tidak semudah itu terbitnya. Musti ikut sidang dulu sebagaimana titipan Jasa Raharja. Sumber : Detik.com.
Mungkin itu dulu, sekarang JR telah membuka jalur klaim online tetapi setelah ditelusuri mengharuskan pemenuhan syarat-syarat ketat yang sulit terkait dengan laporan pihak Kepolisian dengan jangka waktu beberapa bulan saja masa berlakunya.
Seorang Kompasianer menjelaskan bahwa Sustainability Report (SR) atau laporan berkelanjutan adalah laporan keberlanjutan yang bersifat nonfinansial yang dapat dipakai sebagai acuan oleh perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Berdasarkan itu, SR yang disajikan dan dibuatJR pada Mai 2019 itu jelas bertolak belakang dengan filosofi SR (4P) itu sendiri.
Mungkin ini adalah salah satu potret "budaya" mainstream BUMN yang hampir merata culture-nya khususnya dalam penyajian data dan laporannya.