Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Puluh Tentara India Tewas "Tawuran" dengan PLA di Perbatasan

18 Juni 2020   06:08 Diperbarui: 18 Juni 2020   06:16 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Indiatoday.in

Keseriusan China merestorasi kawasannya tidak main-main. Agresifnya China di Laut Cina Selatan (LCS) adalah salah satu bukti. Selain itu beberapa AL China beberapa kali melakukan provokasi terhadap Vietnam. Saat bersamaan China juga memancing emosi sejumlah negara Asean akibat bermanuver  arogan di perairan dekat pulau Paracel dan pulau Spratly serta dengan Indonesia di Natuna utara dan lain-lain.

Selain itu di perbatasan daratan, China juga menyimpan bara api sudah lama di sepanjang perbatasannya 22.116 km dengan 14 negara, termasuk India.

Perbatasan China dengan India membentang sepanjang 4.056 km, salah satunya berada di desa "Galwan Valley" kawasan pegunungan Kashmir dekat perbatasan Aksai Chin (dikuasai China) dan Ladakh, Kashmir (versi India).

Bentrokan paling berdarah dalam 58 tahun terakhir terjadi pada 15 Juni 2020 ketika satu rombongan pasukan India dipimpin kolonel Bikumalla Santosh bersama 19 orang anak buahnya tewas dalam "tawuran" dengan pasukan China (PLA).

Kawasan area kunng yang disengketakan Sumber : scmp.com
Kawasan area kunng yang disengketakan Sumber : scmp.com
Peristiwa terkini adalah pertikaian paling berdarah dalam 58 tahun terakhir di perbatasan sengketa ke dua negara. 

Ketegangan perbatasan ke dua negara berpenghuni urutan pertama dan kedua terbanyak di dunia itu  telah lama terjadi yakni sejak 1956 ketika PM. India saat itu J. Nehru mengklaim kawasan Aksai Chin sebagai kawasan India.

Pada 20 Oktober - 21 Nopember 1962 terjadi perang sengit  (Sino -Indian War) di dua fron (timur dan barat sepanjang 1000 km) perbatasan China - India. 

Dalam pertempuran 1 bulan saat itu India kalah total. Di kawasan barat China mengambil alih desa Chipchai, Aksai Chin. Sementara di fron timur alih desa Natula Pass, Sikkim). 

Pasukan andalan India, resimen Gurkha yang masuk dari utara dipukul mundur oleh artileri PLA yang melakukan taktik serangan cepat ke berbagai pos India termasuk memotong jalur komunikasi (Telelon) dan suplai logistik India. 

Dalam pertempuran 1 bulan itu India kalah telak dengan korban jiwa tentara sebanyak 1.383 orang dan 3.986 tertangkap. Sementara di pihak PLA 722 orang tewas dan 1.047 terluka.

Setelah itu terus terjadi ketegangan meskipun tidak terjadi peperangan. Dan hingga terjadi peristiwa berdarah di atas pada 15 Juni 2020 lalu. Serangkaian proses yang telah terjadi sebelum peristiwa tersebut meletus tercatat dari sumber Hindustantimes sebagai berikut :

5-6 Mei 2020. Kedua pasukan berjumlah 250 orang sedang berpatroli terlibat saling pukul di kawasan danau Panong Tso dekat Ladakh. Pasukan China membawa tongkat yang ditaburi paku menyerang pasukan India yang melemparkan batu ke arah PLA. Sejumlah tentara kedua negara terluka.

9 Mei 2020. Sebanyak 150 tentara kedua negara terlibat baku hantam di desa Naku La, Sikkim. Tujuh PLA dan 4 pasukan India terluka

19 Mei 2020. Kemenlu China menuduh India telah menghalangi Cina melakukan patroli di kawasan Line of Actual Control (LAC) yang terjadi di danau Pangong Tso sebelumnya dan meminta pemerintahnya melakukan tindakan pencegahan.

22 Mei 2020. KASAD India, Jenderal Manoj Mukund Naravane melakukan kunjungan ke markas besar di Leh untuk mengecek persiapan dan kesiapan Korps ke 14 di sana.

30 Mei 2020. Menhan, Rajnath Singh memastikan menyelesaikan konflik secara diplomatis tetapi tak akan membiarkan India terluka

 6 Juni 2020. Komandan Korps ke 14, Letjen Harinder Singh beriskusi di Loh dengan Mayjen Liu Lin, Komanda PLA wilayah Sinjian Selatan. Mereka membahas rencana membuat kawasan de-escalation.

9 Juni 2020. Militer China mengatakan telah menarik pasukannya dari 3 kawasan panas di kawasan Garis Kendali Aktual (LAC) dan meminta India melakukan tindakan yang sama di kantong yang disengketakan.

10 Juni 2020. Delegasi China dan India dipimpin setingkat Mayor Jenderal bertemu dalam putaran ke 4 di lembah Galwan dalam rangka pelepasan pasukan secara simbolis ke dua belah pihak.

12 Juni 2020. Delegasi China dan India bertemu lagi dalam putaran ke 5 membicarakan soal penarikan 8.000 PLA, Tank,Artileri, pembom tempur, pasukan roket  dan radar pertahanan udara di kawasan LAC tersebut.

15 Juni 2020. Pembicaraan ke lima terjadi di dua lokasi. Pertemuan di Galwan Valley di pimpin delegasi setingkat Brigjen. Sedangkan pertemuan di Hot Springs dipimpin setingkat Kolonel. Entah seperti apa cara dan sistem yang dilakukan oleh delegasi setingkat Kolonel itu disana terjadilah "konfrontasi fisik" alias baku hantam antara kedua belah pihak menyebabkan 20 tentara India tewas termasuk sang Kolonel. Selain itu sekitar 100 tentara kedua belah pihak juga mengalami luka-luka.

16 Juni 2020. Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan peristiwa itu menunjukkan sikap China mengubah status quo kawasan itu secara sepihak. "Meskipun India menginginkan perdamaian tetapi akan memberikan sikap yang pantas jika diprovokasi," teriak Modi dalam kondisi marah besar.

Menanggapi hal tersebut, Jubir Kemenlu China, Zhao Li Jian mengatakan peristiwa mematikan itu terjadi karena klaim India terhadap desa-desa di Ladakh Galwan.

Tampaknya ini adalah "tamparan" ke dua China ke arah India dan benar-benar sangat memalukan. 

Bagaimana India mengolah rasa malunya dan seperti apa Modi menyikapinya. Apakah India dan China akan berdialog lebih sehat kembali?

Apapun sikap India dalam dialog sehat setelah ini yang jelas  China berada pada posisi  jumawa, setidaknya memberi pesan pada India bahwa "Sino" sekarang bukan kelas kaleng-kaleng.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun