Deforestasi di Brazil (Brasil) telah biasa dan telah lama terjadi baik legal amupun ilegal. Lahan hutan digunduli untuk tujuan kontra produktif dengan pelestarian alam, misalnya pembangunan perkotaan, pabrik, komplek perumahan, peternakan, perkebunan sayuran dan sebagainya. Dan itu telah terjadi sejak ratusan tahun lalu.
Tetapi deforestasi yang terjadi pada masa inkubasi corona virus sejak Januari 2020 lalu hingga kini sangatlah luar biasa. Kecepatan penggundulan hutan melebihi kecepatan serangan Covid-19 tulis CNN.
Sumber lain, NYT Times mencatat penjualan Buldozer salah satu alat penting dalam deforestasi meningkat pesat (200%) selama periode Januari - April 2020 di Brazil.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Institut Nasional untuk Penelitian Luar AngkasaBrasil (INPE) deforestasi hutan Amzon atau disebut juga "Amazonia" saat ini (2020) adalah yang terburuk sejak 2007 atau 13 tahun lalu.
Sebuah alat sistem pemantau (DETER) yang memetakan kawasan defeorstasi seantero Brasil mencatat rekor mengerikan. Hutan Amazon telah berkurang sebanyak 464 Km (464.000 meter) hampir 10 kali luas Manhattan, AS pada April 2020 saja. Jika dihitung dalam setahun terakhir sampai 30 April 2020telah berkurang 9.320 km persegi.
Dampaknya tidak jauh dari bencana kemanusiaan karena untuk tujuan deforestasi biasanya lahan itu dibakar lebih dahulu. Proses pembakaran di hutan Amazon pada 3 bulan pertama 2020 saja mencapai 800 km persegi, lebih tinggi 51% dari periode sama tahun 2019 lalu. Sumber : Mongabay.com edisi 18 Mai 2020 lalu.
Mungkin terlalu dini mengatakan meningkatnya penderita Covid-19 terkait dengan sejarah pembakaran hutan paling merusak di Brasil saat ini, akan tetapi fakta telah memperlihatkan semakin banyak orang mengalami gangguan pernafasan pada bulan April 2020 terkait pembakaran hutan tersebut.
Pada bulan April 2020 saja orang meninggal dunia meningkat 51% akibat gangguan pernafasan seiring dengan meningkatnya pembakaran hutan secara massif di kawasan hutan hujan Amazon di jantungnya Brasil.
Hingga hari ini 14 Juni 2020, Brasil telah menjadi negara kedua dunia tertinggi Covid-19 setelah AS. Sebaran corona virus dalam 7 besar negara bagian adalah : Sao Paolo 162.600 orang; Rio de Jenairo 75.970; Ceara (73.883); Para (64.500); Maranhao (55.700) dan Amazonas (54.005) serta Pernambuco (43.004).
Rio de Janairo berpenduduk lebih 6 juta orang tidak dalam kawasan pembakaran lahan deferostasi. Tetapi kawasan lainnya termasuk bagian pedalaman Sao Paolo adalah kawasan cekungan hutan Amazon menjadi target pembakaran lahan setiap tahunnya.
Penulis belum dapat menyajikan informasi sejauh apa masing-masing negara bagian di atas kebakaran hutannya berkorelasi secara langsung dengan jumlah korban covid-19.
Jadi kesimpulannya soal bakar membakar hutan d Brasil bukan hal yang baru akan tetapi pembakaran di 2020 ini adalah yang terburuk jika tak pantas disebut mematikan dalam 13 tahun terakhir. Ironisnya, pembakaran terburuk itu terjadi dalam 4 bulan terakhir saat meningkatnya pula penyebaran penyakit Covid-19 seantero Brasil, menjadikan negeri Samba pada ranking ke dua terparah di dunia setalah AS.
Hasil penerlitan sumber di atas mengungkapkan fakta periode Januari - April 2020 terjadi peningkatan orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan akibat pembakaran hutan.
Melihat sebaran Covid-19 lebih banyak di kawasan dalam cekungan hutan amazon yang terbakar bisa jadi ada kaitannya maraknya pembakaran hutan dengan meningkatnya jumlah penderita gangguan pernapasan dan meningkatnya juga penderita covid-19.
Belum ada kesimpulan resmi otoeitas terkait Brasil tentang adanya kaitan antara keduanya, akan tetapi mengacu pada kaitan pemakaran lahan dengan meningkatnya orang-orang mengalami gangguan pernapasan sangatlah banyak bisa jadi suatu saat akan mengarah ke sana JIKA pembakaran lahan deforestasi tidak juga berhenti.
Semoga kondisi ini dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia yang juga kerap jadi sasaran mafia deforestasi hampir setiap tahun. Jika itu terjadi pada masa seperti ini tent jadi masalah besar yaitu bencana kemunusiaan di negara kita seperti Brasil.
Sebaiknya dan sepantasnya pemerintah melalui Polhut dan BNPB atau Polisi Khusus dan petugas keamanan segera Cegah Tnagkal (cekal) dini. Melakukan Cekal dari awal akan lebih efisien daripada melakukan pengendalian ketika bencana (kemanusiaan) telah terjadi.
Kalau sudah ramai baru ribut cari pelaku. Setelah ketemu disebut pelaku "Karlahut." Diperlihatkan ke publik tertangkap setelah itu tak tahu rimbanya seperti apa, tetapi korban sudah jatuh di mana-mana.
Semoga kali ini tidak akan terjadi lagi.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H