Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Kadar Demo Anti-Rasis di Papua

13 Juni 2020   18:33 Diperbarui: 13 Juni 2020   20:21 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pengunjuk rasa Papua mengangkat tangan mereka saat rapat umum menyerukan kemerdekaan di Jayapura, Papua,16 Oktober 2008. (Foto: Reuters/Oka Daud Barta)

Separatisme dan rasisme adalah dua bidang yang berbeda latar belakang dan pengertiannya. Speratisme adalah sebuah gerakan politis damai memisahkan diri atau sekelompok orang  atau bangsa dari suatu wilayah yang lebih besar. Sedangkan rasisme adalah adalah suatu sistem yang mempercayakan satu ras tertentu lebih superior dari ras lain dalam mengatur atau menguasai ras lainnya.

Seperatisme kadang mengadopsi anti rasis sedangkan rasisme belum tentu bertujuan seperatis seperti demo anti rasial (rasisme) yang melanda AS sejak 25 Mei 2020 lalu. Meski sangat anarkis jadi demo paling powerful dalam demo anti rasis se AS dalam 1 abad terakhir tetapi demo itu BUKAN seperatis.

Apa yang membuat sekelompok orang atau wilayah melakukan separatisme tentu banyak alasannya, sama halnya mengapa orang atau sekelompok orang melakukan demo merasa diperlakukan rasialis.

Seperatisme sedang terjadi dimana-mana pada saat ini. Meskipun berbeda tempat tetapi pada umumnya mempunyai beberapa kesamaan alasan, yaitu : Aneksasi dengan cara tidak sah; Propaganda orang-orang didalam dan luar negeri untuk memperoleh keuntungan politik hingga mengakhiri dominasi politik dan tidak berbagi hak istimewa secara egaliter, dan lain-lain.

Diskriminasi rasial terjadi karena perbedaan perlakuan ras superior terhadap ras lain dalam berbagai bidang misalnya perbedaan layanan kesehatan, lapangan kerja, kesejahteraan, hak berpolitik, kesetaraan dalam hukum dan lainnya. Perlawanan orang-orang terhadap diskriminasi itu disebut anti-rasial. Demonstrasinya disebut demo anti - rasial.

Sesungguhnya apapun dapat dijadikan obyek alasan, akan tetapi selayaknya alasan tertentu untuk tujuan tertentu, sama dengan menggunakan alat tertentu untuk tujuan tertentu. Perumpaannya, seekor kerbau hanya sanggup membajak seribu meter persegi sawah dalam sehari, tetapi sebuah traktor pertanian akan mampu membajak lebih luas dari seekor kerbau..

Terkait dengan gerakan demonstrasi di Papua dan Papua Barat yang memanfaatkan issu George Floyd sebagai demo anti rasial sesungguhnya itu bertujuan bagus yaitu meningkatkan kesadaran kita semua (pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia) agar tidak menganggap enteng, rendah atau hina orang Papua dalam hal apapun.

Dalam berbagai artikel sebelumnya, Penulis sangat menjunjung tinggi nilai budaya ,sejarah dan orang-orang Papua. Mengagumi Papua dengan setulus hati. Pengalaman berteman dengan orang Papua pada masa lalu juga sangat istimewa dan membanggakan.

Mengacu pada beberapa contoh demo akhir-akhir ini yang mengatasnamakan demo anti rasisme tampaknya demo-demo anti rasisme itu musti dilihat kemurniannya. Demo anti rasisme tidak lagi murni jika sudah disusupi atau ditunggangi oleh unsur seperatisme atau sejenis dengannya.

Berikut beberapa contoh sikap dan demo (katanya) anti rasisme untuk melihat sejauh apa tingkat keasliannya.

Pada 9/6/2020, di Asutralia terjadi unjuk rasa anti rasisme. Dalam sebuah acara solidaritas terhadap George Floyd seorang mahasiswi asal Papua, Cindy Makabory dalam kesempatannya berorasi mengungkapkan simpatinya pada Floyd dan merasakan diskriminasi itu terjadi di Indonesia. Dia bercerita singkat tentang pengalaman seorang mahasiswa asal papua yang diperlakukan polisi tidak manusiawi pada bulan Juli 2016 di Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun