Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Floyd dan Persoalan Belum Selesai di Minneapolis

30 Mei 2020   22:25 Diperbarui: 1 Juni 2020   09:07 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan keamanan Nasional Minnesota dan pengunjuk rasa di Minneapolis. Gambar kiri : NYTPost dan gambar kanan : minnpost.com. Digabung oleh penulis

Hingga saat tulisan ini dibuat, kerusuhan di kota Minneapolis terus membara. Pemerintah (Gubernur) Minnesota TIm Walz telah meminta kepada Minnesota National Guard menerjukan pasukannya. Hasilnya, hari ini 1.700-an pasukan kemanan termasuk dari satuan 34th Red Bull Infantry Division telah diterjunkan guna mengatasi amukan warga.

Penerjunan pasukan keamanan nasional kali ini dalam mengatasi kerusuhan di Minneapolis mengingatkan kisah hampir sama yang terjadi pada 16 Mei 1934 tapi mulai marak pada 20 Mei hinnga berakhir 3 bulan setelahnya yaitu pada 21 Agustus 1934.

Saat itu awal kerusuhan berasal dari mogoknya serikat pekerja kota Minneapolis dengan pihak pasar. Alhasil pihak serikat pekerja meminta seluruh truk pembawa bahan-bahan melakukan mogok kecuali memasok langsung ke Grosir, bukan kepasar.

Pemogokan pada 16 Mei 1934 itu menjadi adu kekuatan dua kelompok yaitu warga buruh sebagian sopir truk pro buruh dan warga biasa kota Saint Paul dan Minneapolis (kelompok Teamster Local 574) dengan pebisnis, supermarket dan peguasa pasar (Citizens Aliance) didukung oleh polisi dan petugas keamanan.

Akhirnya pertikaian itu berlarut-larut sehingga pemerintah Minnesota minta pada pasukan keamanan nasional Minnesota menerjunkan pasukannya membantu kelompok Citizens Alliance. 

Pada 20 Juli 1934 tejadilah  peristiwa "Jumat Berdarah," ketika sejumlah polisi yang menembak pro Teamster, mereka menyerang sopir truk yang dikawal polisi dan petugas keamanan membongkar muatan di sebuah pasar Saint Paul. Petugas keamanan melepaskan tembakan. Hasilnya, 67 pemerotes terluka dan dua diantaranya John Belor dan Henry Ness akhirnya tewas.

Kejadian itu langsung membuat warga semakin murka pada polisi, petugas keamanan dan petugas pasar. Pada 24 Agustus seratusan warga kota turun ke jalan melepas kepergian "sang martir" Henry Ness dan John Belor. Mereka meneriakkan tuntutan pengadilan terhadap "The Bloddy Mike" kepala polisi kota  Minneapolis saat itu.

Presiden Franklin D. Roosevelt saat itu (AS masih dalam great depression) mengadakan negosiasi dengan Gubernur Minnesota dan melakukan koordinasi dengan kelompok pengusaha serta pasukan keamanan nasional (yang berkepentingan tersendiri juga dari kelompok Citizens Alliance). 

Pada akhirnya dicapai kesepekatan, sebagian besar tuntutan Teamster Local dipenuhi. Sejak saat itu pertikaian di pasar, di jalan antara Citeizen Alliance, polisi dan pasukan keamanan nasional dihentikan. Tetapi itu terhenti setelah sejumlah fasilitas milik pengusaha  Citizens Alliance terbakar termasuk ribuan orang terluka dan hancurnya sejumlah fasilitas selama 3 bulan kerusuhan tersebut.

Peristiwa kali ini terjadi ditengah situasi memburuknya ekonomi AS dan dunia akibat pandemi Covid-19 dan tampaknya telah memancing perhatian Donald Trump bagaimana menghentikannya.

Peristiwa 86 tahun silam itu hampir diperingati setiap tahun. Dalam literatur yang penulis temukan peringatan terakhir dilakukan oleh 200-an orang pada 2015 di Minneapolis diikuti oleh cucu perempuan Henry Ness (Gail Martinson).

Dua cucu Hendry Ness merayakan peringatan
Dua cucu Hendry Ness merayakan peringatan
Kini kisah hampir serupa menyeruak kembali di Minneapolis dan Saint Paul. Dilihat dari karakternya peristiwa 86 tahun silam dengan yang terakhir hampir sama, yaitu :
  • Tanggal kerjadiannya nyaris bersamaan meskipun durasinya belum diketahui sejauh apa dan kapan peristiwa 2020 ini akan berakhir
  • Obyek yang dirusak dan dibakar juga sama yaitu fasilitas supermarket dan bangunan bisnis milik pengusaha Citizens Alliance serta fasilitas umum seperti SPBU bahan bakar, showroom, pabrik, bank serta kendaraan polisi.
  • Sama-sama melibatkan Polisi dan pasukan keamanan nasional Minnesota
  • Penembakan Henry Ness terjadi di perempatan jalan 215 South Eighth Street, Saint Paul menjalar ke Minneapolis. Sementara itu kematian George Floyd menjalar dari Minneapolis dan menjalar ke Saint Paul.

Funeral of Henry Ness, a striker killed during the strike, in front of strike headquarters at 215 South Eighth Street, Minneapolis, 1934. Source :mnopedia
Funeral of Henry Ness, a striker killed during the strike, in front of strike headquarters at 215 South Eighth Street, Minneapolis, 1934. Source :mnopedia
Jika dilihat pada beberapa kemiripan peristiwa antara peristiwa Hennry Ness dengan kasus terkini yang menimpa George Floyd tampaknya masalah yang terjadi saat ini BUKAN persoalan pelanggaran HAM dan  diskriminatif semata tapi adalah sisa-sisa benih pertikaian 86 tahun silam yang tidak terselesaikan secara tuntas.

Tidak tuntas karena tidak jelas hukuman seperti apa dijatuhkan terhadap kepala Polisi "the Bloody Mike" saat itu. Tidak ada literatur menjelaskan adanya hukuman terhadap Mike kepala polisi kota Minneapolis saat itu.

Ditinjau dari statistik tingkat kemiskinan 2018, Minnesota BUKAN negara bagian paling miskin se AS. Posisinya sedang-sedang saja dari 50 negara bagian. Dalam hal negara berpenghasilan tinggi pun Minnesota berada dalam kelompok menengah. Akan tetapi disparitas antara yang miskin dan kaya sangat jauh. Kaum kulit hitam dan hispanica taraf hidupnya rata-rata mereka sangat menyedihkan.

Penguasaan pusat bisnis dan pemberian kemudahan untuk kelompok Citizen Alliance masih terjadi hingga saat ini sehingga menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi. Coretan di sejumlah bangunan oleh pemerotes pada saat ini dengan frase "Poor" (Kemiskinan) sangat banyak terlihat di mana-mana.

Tampaknya persoalan kali ini BUKAN sekadar peristiwa tewasnya George Floyd dengan cara bar-bar di tangan 4 polisi MPD tetapi lebih jauh dari itu  yakni sisa bara api lama yang "belum selesai." 

Kesenjangan ekonomi dan sosial serta minimnya lapangan kerja ditambah lagi situasi memburuknya kehidupan akibat Covid-19 telah mengemas kematian Floyd sedemikian rupa menjadi momentum menumpahkan seluruh keluh kesah warga.

Tapi sayangnya reaksi diperlihatkan warga juga tak kalah bar-bar. Padahal masalah seperti itu juga terjadi dihampir seluruh dunia. Jadi sudah cukup, Minneapolis yang tenang kini sudah sangat terluka. Semoga Floyd telah pergi dengan damai.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun