Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membungkus Harapan dari New Normal, Terserah Kalian?

28 Mei 2020   04:48 Diperbarui: 28 Mei 2020   23:10 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menyampaikan tanda-tanda berdamai dengan Covid-19 pada April 2020 lalu, akhirnya fase "New Normal" (kembali normal) tidak terelakkan lagi. Usai rapat kabinet terbatas pada 18 Mei 2020 lalu Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan permintaan Presiden Jokowi pada jajaran kementerian agar membuat strategi khusus bagi terlaksananya restart perekonomian.  

Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto langsung beraksi. Pada 20 Mei 2020 menerbitkan peraturan Menkes Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 terkait panduan pencegahan Covid-19 dalam rangka kelangsungan usaha di tengah pandemi Covid-19.

Seperti melakukan "tendangan pertama" pertanda dimulainya pertandingan sepakbola, Presiden Jokowi juga melakukan hal senada tanda mulainya persiapan New Normal. Presiden Jokowi didampingi pejabat negara terkait telah "meninjau" persiapan Summarecon Mall Bekasi pada 26/5/2020.

Pihak pengusaha dan warga menyambut positif rencana tersebut meskipun sudah jera melihat sejumlah rencana yang dibuat kadang tumpang tindih, uji coba, tidak ada kordinasi dan mungkin juga semacam coba-coba. 

Nada kekuatiran itu disampaikan oleh Anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Sudrajat. Menurutnya itu adalah langkah positif. "Akan tetapi diharapkan sosialisasinya menyatu antar kementerian . Aturan pelaksanannya harus jelas dan terpadu," ujarnya.

Seakan tak ingin tertinggal "kereta" Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy juga berjanji akan menyiapkan protokol tentang tatacara ibadah, restoran dan lainnya.

Di lain pihak, TNI dan Polri akan dilibatkan sebanyak 340 ribu personil sebagaimana disampaikan oleh Kabag Penum Polri, Kombes Ahmad Ramadhan. Sumber : Kompas.com

Pemerintah telah menetapkan Provinsi Jawa Barat, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Gorontalo dan DKI Jakarta untuk uji coba. Sementara itu sejumlah 25 kota dan kabupaten juga akan dilibatkan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Dokrpi
Dokrpi
Banyak pro dan kontra terkai pemilihan kota dan kabupaten "uji coba" tersebut di atas. Mengapa kota dan kabupaten itu yang dipilih? Terserah kalian sajalah, keluh sebagian warga.

Satu sisi pemerintah ingin segera bangkit menjaga perekonomian agar tidak tumbuh minus pada kwartal ke dua ini tetapi satu sisi lagi dihadapkan pada tudingan seakan-akan menerapkan strategi Herd Immunity yaitu menghentikan laju sebaran Covid-19 dengan membiarkan immunitas timbul sendiri dari dalam tubuh.

"Sebuah pembiaran sistemik agar masyarakat banyak yang terinfeksi," ujar Pandu Riono, pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia.

Di sisi lain, salah satu wakil rakyat paling tersohor dan politikus ulung Fadli Zon menyatakan memberikan julukan "Duta Mall Indonesia," untuk Jokowi.

Sementara itu pakar telematika dan manta Menpora Roy Suryo mengatakan pembukaan Mall bukanlah sesuatu yang urgent. Suryo bahkan mengingatkan agar sebaiknya Presiden menarik (cabut) dulu larangan di tempat beribadah.

Sebagian besar warga kurang peduli dengan kritikan itu karena lebih mementingkan menghidupi keluarganya mengais rezeki di tengah beban hidup semakin berat. Terserah kalian jugalah, ujar sebagian warga kepada para pengkritik.

Berdasarkan situasi dan kondisi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa New Normal (tatanan baru dalam Covid-19) itu tidak akan memberikan perubahan signifikan meskipun target minimalnya adalah terlaksananya restart perekonomian. karena sesungguhnya lesunya perekonomian masyarakat sama saja dengan saat Real Normal yaitu ketika Covid-19 belum jadi wabah, jauh sebelum virus corona "melarikan diri" dari Wuhan.

Ketika itu (semester-1 tahun 2019) tingkat pertumbuhan sektor manufaktur tumbuh hanya 3,7%, tapi tekecil sejak 2013.  Hal ini bisa jadi indikasi bahwa warga kehilangan semangat untuk mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi.

Sumber CNBC
Sumber CNBC
Daya beli masyarakat melemah tapi di sisi lain konsumsi pengeluaran untuk pemerintah sangat tinggi bahkan tertinggi sejak 2014. Menkeu Sri Mulyani mengakui tingginya belanja pemerintah pada semester 1/2019. Sumber : Kemenkeu.

Di tengah krisis Corona dan bertambah banyaknya penderita Covid-19 pemerintah menerapkan PSBB. Sebagian besar warga merespon dengan "terserah" kembali. 

Pelanggaran PSBB sangat massif terjadi dimana-mana. Warga berekonomi menengah ke bawah lebih memikirkan bayar sewa kontrakan dan kebutuhan pokok keluarganya. "Terserah kalianlah, mau tangkap tangkap lah, keluar cuma mau cari makan untuk keluarga," ujar  batin warga berusaha menahan air mata dimarahin petugas karena melanggar PSBB.

Kini pemerintah temukan solusi mengatasi masalah ini harus berawal dari New Normal. Ternyata inipun banyak kritik dan nada sumbang seperti disebutkan di atas. Boleh jadi pemerintah menilai "terserah kalian" kepada pengkritik dan menganggap " biarlah si Blacky menggonggong Khapilah berlalu..".

Tampaknya tagar Terserah Indonesia bukan saja untuk konsumsi kekecewaan tenaga kesehatan menyikapi rendahnya tingkat kepudulian warga dalam memutus rantai sebaran Covid-19 di tanah air, tapi bisa untuk konsumsi oleh siapapun dan untuk siapapun representasi kekecewaan dan putus asa.

Terkait dengan rencana new normal pun bisa juga disikapi "terserah kalian" oleh sebagian warga yang telah apatis. Menurut mereka new normal sama saja dengan saat real normal, tidak membantu mengatasi masalah. 

Oleh karenanya diharapkan pelaksanaan new normal ini harus terlaksana dengan super serius agar perekonomian warga bangkit kembali. Jangan sebaliknya, tumpang tindih, dadakan dan tidak terkordinir, kontradiktif dengan tujuan dan sebagainya terkesan utopis, bisa menimbulkan stigma "terserah kalianlah" semakin mengental.

Jika Pemerintah mampu menciptakan perekonomian masyarakat bergeliat kembali dan penderita Covid-19 turun secara signifikan maka  pemerintah akan meraih satu sukses lagi yaitu terhindarnya dari ancaman pertumbuhan ekonomi minus sekaligus meraih Treble Winner mengagumkan.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun