Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Papua Nugini Paling Perkasa Hadapi Covid-19

27 Mei 2020   13:20 Diperbarui: 9 Juni 2020   14:44 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti tak mau ketinggalan kereta, Perdana Menteri PNG saat ini, James Marape beberapa hari lalu mengumumkan telah mempersiapkan anggaran untuk membangun 22 RS lebih modern lagi disetiap provinsinya mulai tahun depan (2021) hingga selesai pada tahun 2025 dalam perayaan kemerdekaan ke 50 PNG.

Terkait dengan pencegahan dan penangana Covid-19 tindakan pencegahan telah dilakuan, antara lain menutup akses bagi pelancong ke PNG. Menuup perbatasan dengan Indonesia pada 30 Januari 2020. 

Sejak 16 April pemerintah mengeluarkan aturan jam malam (20.00 - 08.00); melarang pertemuan publik, membatasi pertemuan orang maksima hanya 4 orang; melarang angkutan umum dan penerbangan sipil; melarang penjualan alkohok dan pinang; melarang klub malam dan perjudian; klub olahraga dan acara keagamaan dan kegiata belajar mengangajar hingga 5 Mei 2020.

Tempat pencucian tangan dibuat dimana-mana secara gratis di tempat umum, sekolah, kantor dan rumah ibadah.

The Guardian.com edisi 30 April 2020
The Guardian.com edisi 30 April 2020

Pada 4 Mei 2020, juru bicara penanganan Covid-19 nasional PNG, Dr. Paison Dakulala mengatakan semua kasus serangan Covid-19 pada PDP telah pulih. Akan tetapi Paison beberapa jam lalu saat tulisan ini dibuat justru mengkhawatirkan peningkatan kasus Covid-19 di Papua Barat (tetangganya) yang kini justru meningkat pesat.

"Sampai saat ini tidak ada kematian karena tim kesehatan dan pasukan keamanan kami berada di perbatasan memastikan transmisi Covid-19 tidak boleh terjadi," ujar Dr. Pasion..

Meski demikian bukan berarti tidak ada kendala penanganan Covid-19 di PNG. Meneks PNG, Jelta Wong yang baru dilantik pada Nopember 2019 lalu mengakui ada 8 masalah utama di negerinya dalam menangani Covid-19 yaitu pengiriman sample ke Australia karena PNG belum mempunyai alat dan tenaga ahlinya. Pengiriman 1.150 sampel pada 24 April 2020 lalu semuanya telah kembali dengan hasil negatif. Sumber : The Guardian.

Masalah lainnya adalah hanya ada 700 dokter untuk menangani Covid-19, terlalu kecil tampaknya. Hal ini diperburuk lagi oleh kondisi hanya tersedia 3000 tempat tidur untuk pasien corona benar-benar mengkhawatirkan. Lebih mengerikan lagi ternyata PNG hanya memiliki 15 Ventilator, "artinya 1 ventilator berkeja untuk 600 ribua orang" ujar Wong.

Dalam segala kelebihan dan kekuarangannya ternyata kasus Covid-19 di negeri dengan PDB 20,6 miliar USD dan berpendapatan perkapita 3.626 per tahun ini ternyata masih perkasa menghadapi Convid-19. Padahal dahulu PNG adalah negara ke 4 paling tinggi se Asia Pasifik terjangkit HIV/AIDS.

Dalam upaya meningkatkan taraf hidup, pendidikan dan kesehatan agar lebih modern, 80% dari hampir 9 juta warga PNG banyak menetap di desa. Mereka memegang erat kultur tradisi termasuk dalam bidang kesehatan. Tidak jelas apakah pengaruh tradisional ini yang membuat kesan seolah-olah PNG tampak perkasa hadapai Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun