Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anti Klimaks Lelang Motor Ala M. Nuh dan Bamsoet, Bukan Koplak Biasa

22 Mei 2020   15:48 Diperbarui: 22 Mei 2020   15:47 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Sumber : Iopong.com. Diedit dan ditambahkan oleh Penulis

M. Nuh yang lahir di Jambi pada 19 Maret 1974 itu  bekerja serabutan alias buruh lepas apa yang bisa dikerjakan untuk mendapat rezeki hari ini untuk dimakan hari ini. 

Banyak pengamat atau penulis menilai kisah lelang ala M. Nuh asal Jambi itu adalah sebuah prank (Joke) atau gurauan, lawak - lawak atau banyolan. akan tetapi menurut penulis lebih dari itu yakni bukan koplak biasa tetapi pesan olok-olok.

Meski M. Nuh mengatakan pada Polisi tidak tahu arti "lelang" atau mengira cuma dapat hadiah akan tetapi jika ditelusuri lebih mendalam itu adalah cara orang-orang seperti M. Nuh memperolok-olokkan acara membeli barang mahal di tengah suasana dan kondisi orang-orang hidup serba kesusahan..

"Pengusaha" asal Jambi itu pasti sudah mengikuti acara itu dari ke menit awal hingga tiba saatnya dia dimenit terakhir memasukkan tawaran, artinya sedikitnya pasti sudah tahulah "gambaran" lelang itu seperti apa, apalagi pembawa acara mengatakan setelah itu uangnya ditransfer senilai tawaran. Jadi bukan seperti orang mendapatkan hadiah.

M. Nuh memilih menyikapinya dengan memperolok-olok orang-orang berduit banyak sedang membahas sebuah motor sederhana tapi dengan harga selangit (meskipun ada tanda tangan presiden di sana dan dananya untuk disumbangkan pada penanganan Covid-19).

Alam bawah sadarnya secara otomatis melawan hal-hal di depan matanya yang menurutnya tidak peka, tidak paham atau tidak berempati pada situasi dan kondisi serba susah sedang dialami banyak orang di tengah sulitnya memeroleh penghasilan dan rezeki saat pandemi Covid-19 ini.

Beda halnya dalam situasi normal, lelang apapun untuk kegiatan amal dan sosial pada umumnya orang sangat paham meskipun ada juga yang berhayal macam-macam.

Pesan lainnya adalah refleksi ke dalam  agar pada masa akan datang agar benar-benar profesional sedetail mungkin. Dalam sebuah acara besar, dihadiri orang penting dan dikelola oleh penyelenggara yang meriah dan biaya berlimpah tetapi hasilnya antiklimaks, hanya menyisakan kelucuan, keheranan bercampur kebodohan tidak perlu terjadi lagi.

Tepat sekali sikap Polisi melepas M. Nuh karena dia tidak menipu dan merugikan siapapun, cuma beri pelajaran bagaimana mengemas acara lelang yang baik dan berempati saat situasi pelik seperti saat ini.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun