Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kenaikan Iuran BPJS di Tengah Krisis Corona, Ini Masalahnya

13 Mei 2020   16:14 Diperbarui: 15 Mei 2020   00:02 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu sebabnya warga yang bergantung hidup pada masa normal melalui hutang meminta reschedule utang. Itu juga sebabnya warga berharap ada keringanan dalam membayar iuran listrik dan PDAM dan mungkin pajak-pajak lainnya pada masa sulit pandemi Corona saat ini.

Gambaran disebutkan di atas BUKAN berarti mengakomodir karakter manja dan mental malas bergantung pada bantuan, toh segala  bantuan itu juga merupakan program pemerintah dari jaman dulu hingga kini.

Oleh karenanya terobosan Presiden membatalkan keputusan MA dan menerbitkan aturan iuran kenaikan BPJS Kesehatan yang baru mestinya disikapi juga dengan arif dan bijaksana. Bukankah Presiden Joko Widodo dikenal paling perduli pada masalah warga pinggiran, kaum papa dan berpenghasilan rendah?

Mengapa idealisme Presiden Joko Widodo (perhatian) terhadap kaum menengah ke bawah justru paling dominan di negeri ini kini seperti tergerus oleh kepentingan lain? Bisa jadi banyak hal dan sebab dibalik keputusan itu misalnya membantu kondisi pemasukan negara yang kian tersengal-sengal akibat krisis Corona.

Negara terpaksa melupakan Anggaran Pendapatannya karena mendapat pukulan dari krisis Corona, bahkan yang terjadi adalah pengeluaran, pengeluaran dan pengeluaran hingga waktu yang belum jelas. 

Jika kondisi minus pertumbuhan ekonomi terjadi lagi dalam kwartal ke dua tahun ini bisa dipastikan negara bakal terjadi resesi. Beberapa pakar ekonomi bahkan mengkhawatirkan terjadinya depresi jika kondisi minus pertumbuhan berlarut hingga pada kwartal ke III tahun ini.

Mungkin itu sebabnya Presiden dan tim ahli ekonominya memeras otak bagaimana memperoleh pendapatan untuk negara dalam krisis corona ini. Salah satu cara paling cepat adalah menarik iuran dari warga misalnya menambah beban iuran BPJS.

Tetapi meningkatkan iuran warga dalam masa kirisis  corona seperti ini bisa jadi buah simalakama. Kebijakan itu bisa jadi pukulan balik untuk pemerintah apa lagi MA telah membatalkan rencana menaikkan iuran BPJS sebagaimana disebutkan di atas.

Lalu bagaimana pemerintah harus menggerakkan roda pemerintahan jika cadangan devisanya sudah kandas dan PDB nya minus dua kwartal berturut-turut?

Pemerintah harusnya melakukan penghematan, tidak jor-joran menghamburkan dana untuk kesehatan menghadapi wabah corona seperti panik menghadapi musuh yang tidak kelihatan dalam berperang. 

Pemerintah harus lakukan efisiensi dengan memangkas praktik koruptif dan bisnis dalam "proyek" pengadaan alkes dan aneka bantuan di level pusat hingga kabupaten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun