Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Angin Topan Sinisme Belum Goyahkan Andi Taufan dan Stafsus Milenial

15 April 2020   16:52 Diperbarui: 15 April 2020   17:17 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andi Taufan Garuda Putra salah satu staf khusus presiden kini "berkibar-kibar" diantara 7 milenial Staf Khusus Presiden (SKP). Andi Taufan kini muncul seolah-olah membangunkan masyarakat Indonesia dari tidur panjang dan hampir terlupa dengan kabar mereka.

Sejak diperkenalkan oleh Presiden Jokowi pada 12/11/2019 meskipun gugup atau grogi mereka berusaha tampil dengan gaya khas milenial, santai dan manja tapi punya segudang terobosan sesuai bidangnya masing-masing.

Pada mereka pemerintah berharap hadirnya gagasan dan program-program cemerlang untuk kebutuhan generasi milineal dalam mewujudkan salah satu janji kampanye pemerintah Jokowi yaitu menuju revolusi Industri generasi ke 4 atau "Industri 4.0." 

Sejak dilantik atau diperkenalkan pada publik telah muncul aneka keraguan yang dilontarkan berbagai pihak terhadap stafsus milenial tersebut. Fahri Hamzah menilai keberadaan mereka tidak menjawab persoalan sesungguhnya yang dihadapi bangsa ini.

Made Tony Supriatma peneliti dari ISEAS mengatakan penunjukan itu tak lebih dari pencitraan murahan pemerintahan Jokowi.

Sejumlah politkus menilai negatif pengangkatan tersebut karena dianggap sangat mubazir dan menghamburkan anggaran negara. Demikianlah sejumlah tanggapan negatif menghujam ke arah 7 stafsus milenial tersebut.

Empat dari Tujuh orang Stafsus milenial tersebut mempunyai aplikasi startup. Pada saat itu Direktur Charta Politka, Yunarto Wijaya menduga bakal terjadi benturan kepentingan "conflict of interest" pada 4 staf milenial tersebut.  

Meskipun ada yang berpendapat positif dan memberi dukungan semangat tetapi tampak kesan ragu-ragu di dalamnya. Pengamat lain engingatkan Presiden agar membuat job description dan job specification terlebih dahulu sebelum menetapkan orangnya seperti dilontarkan Partaan Daulay, wakil Sekjen PAN ketika itu.

Tapi apapun keraguan itu ke 7 stafsus milenial terus berpacu melawan waktu dan bertekat membungkam keraguan. Ibarat 7 anak kancil bersenjata lengkap  mereka dilepas di alam liar mereka menuju posisi masing-masing siap menghadapi ganasnya medan politik di negeri +62 ini.

Lama tak ada kabar berita tentang mereka atau mungkin tidak ada yang mengekspos apa telah mereka lakukan. Tiba-tiba 5 bulan setelah diperkenalkan mucul berita tentang Andi Taufan Garuda Putra sang CEO Amartha yang (diperkirakan) mempunyai kekayaan di atas 500 milyar melakukan terobosan yang ternyata membuat blunder yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama Andi Taufan mengirim surat berkop Sekretariat Kabinet RI. Surat itu merupakan permohonan agar para camat mendukung edukasi dan pendataan kebutuhan alat pelindung diri (APD) demi melawan wabah virus corona ( Covid-19) yang dilakukan oleh perusahaan pribadi staf khusus milenial itu, yakni PT Amartha Mikro Fintek (Amartha). Sumber : Kompas.com.

Sumber : cektkp.id
Sumber : cektkp.id
Jika menilik apa yang tersirat dari surat Andi Taufan tersebut di atas kita dapat menarik beberapa indikasi, yaitu :
  • Surat bernomor 003 itu memperlihatkan dalam kurun waktu 5 bulan atau setara dengan 150 hari Andi Taufan hanya menerbitkan 3 surat. Meskipun surat bukanlah satu-satunya indikator aktifitas tetapi surat (apapun jenisnya) memperlihatkan ada sesuatu yang bentuk kerjasama atau bertukar informasi dengan pihak lain. Di sini menandakan Andi Taufan masih sepi gagasan atau ide.
  • Surat tersebut ditujukan pada bapak / ibu Camat seluruh Indonesia. Ranah yang "dicaplok" Andi Taufan adalah ranahnya Kemendagri. Seyognya nya Andi berkoordinasi dengan kemendagri dengan meminta paraf atau persetujuan atau tembusan. Koordinasi dengan kementerian memang diperbolehkan dalam aturan.
  • Surat itu berisi 2 pokok bahasan yaitu tentang Edukasi Covid-19 dan Pendataan kebutuhan APD puskesmas di kecamatan masing-masing. Ini memperlihatkan mode otomatis naluri bisnis seorang Andi Tufan memanfaatkan peluang yang ada dengan mengerahkan petugas lapangan Amartha.
  • Surat Andi Taufan tidak melalui proses administrasi sekretariat negara dengan tidak ada stempel sekretariat dan tidak ada paraf sekretariat negara. Tampaknya Andi Taufan mengukur kedalaman psikologis Camat se Indonesia dengan mengedapnkan superioritas lebel stafsus Presiden.
  • Surat tersebut tampaknya lahir dari idea dan diskusi dengan oknum di Kementerian Desa PDTT  memanfaatkan kucuran dana raksasa untuk bidang kesehatan khususnya dalam "perang" melawan Corona. Meskipun Menteri Kemendes menolak dikaitkan namun pak Menteri perlu selidiki lebih mendalam siapa tokoh dibalik layar di kementeriannya yang membuat komitmen dengan Andi yang langusng melakukan "over lapping" ke jantung pertahanan Kemndagri di setiap tiang gawang para camat seluruh Indonesia.

Angin topan telah membawa mutan sinis dan skeptis bukan saja terhadap Andi Taufan tapi juga terhadap stafsus milineal yang lain semakin jauh dipercaya kemampuan mereka.

Berbagai macam opini minor menjurus membuli kini menghujam mereka. Ada yang menilai sikap itu tidak dapat ditolerir seperti diungkapkan Hinca Panjaitan, Sekjen Partai Demokrat.

ICW meminta Presiden memecat stafsus Presiden karena menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi

Ombudsman RI minta agar Presiden meninjau ulang keberadaan stafsus Presiden karenan keberadaan mereka bisa jadi blunder dalam pemerintahan.

Isyana dari Partai Solidaritas Indonesia meminta agar Andi Taufan mengundurkan diri.

Komisioner Bidang Penelitian dan Dokumentasi Komisi Informasi Pusat (KIP) Romanus Ndau menjelaskan saatnya melakukan evaluasi dan perampingan staf presiden.

Tapi apakah tekanan "angin topan" itu mampu menggoyahkan pendirian Presiden Jokowi?  Hingga saat ini TIDAK ada tindakan memecat Andi Taufan tetapi sumber di Istana Negara mengatakan "..yang besangkutan telah mendapat teguran dan meminta maaf atas kesalahannya," ujar Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral Adian seperti dikutip dari CNN

Apapun bentuk keputusan Presiden Jokowi terhadap Andi Taufan dan stafsus milenial pasti ada pertimbangan khusus di balik keputusan yang tidak dapat dilihat dari bentuk keraguan publik semata tetapi ada yang lebih jauh dari itu. Misalnya tentang maksud dan tujuan pembentukan tim tersebut terkait dengan pencapaian revolusi industri generasi 4.0 atau mungkin ada yang lebih strategis dari itu. wallahualam.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun