Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sri Mulyani Kini Sering Muram, Kuatir Potensi Sistemik Jilid Dua atau Apa?

3 April 2020   10:42 Diperbarui: 3 April 2020   15:59 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Sumber kiri MediaIndonesia.com. Kanan TweNews.com. Digabung oleh penulis

Sri Mulyani Indrawati (SMI) tergolong telat masuk dalam sistem pemerintahan periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tetapi sejak kehadirannya kita dapat merasakan ada penambahan kekuatan pemerintah Jokowi.

Putaran kedua pemerintahan Jokowi  (2019 - 2024) SMI tidak tergoyahkan menduduki Menteri Keuangan dalam kabinet Indonesia Maju. Kepercayaan itu ikut menambah "jam terbang" SMI di Kemenkeu menjadi pejabat ke dua terlama menjabat di Kementerian Keuangan. Sampai saat ini hanya Profesor Ali Wardhana (Menkeu jaman Orba) yang mampu mengalahkan jam terbang SMI. 

Tokoh khraismatik Ali Wardhana pernah menduduki pos kemenkeu hampir 15 tahun (6 Juni 1968 - 19 Maret 1983). Belum ada pemecah rekor Ali Wardhana di Kemenkeu hingga saat ini. Bahkan jika SMI mampu finish hingga kabinet Indonesia Maju pada 22 Oktober 2024 SMI hanya mencatat jam terbang 127 bulan atau 10 tahun lebih 7 bulan.

Melihat gebrakan SMI pada putaran ke dua pemerintahan Jokowi semakin hari semakin menarik. Pada akhir 2019, SMI terlihat lebih agresif, keluar dari gawangnya mengingatkan ada pengelolaan dana yang salah oleh pemerintahan daerah pada beberapa bidang misalnya terjadinya dana siluman untuk desa  fiktif.

Di kalangan sesama menteri terlihat dominasinya berdasarkan pengaruh dan senioritas. SMI tergolong menteri yang dimanjakan oleh Presiden Jokowi. Hubungannya dengan wakil presiden, mantan wapres dan sesama menteri sangat baik dan berwibawa. Menteri baru seperti  "mas Menteri" Nadiem Makarim bahkan dibuat grogi olehnya, padahal SMI tidak mementingkan soal senioritas tersebut.

Faktor usia jelas membuat orang semakin tua, tetapi usia tua tidak menghalangi seseorang tetap semangat dan energik bagi seorang SMI. 

Bekerja berdasarkan pengalaman. Mengambil keputusan berdasarkan kebijakan dan berkolaborasi berdasarkan aturan, jelas membuat SMI tak terlalu pusing dengan faktor usia meskipun tampak raut lelah mulai terpancar di wajahnya.

Apa yang membuat SMI lelah tentu saja SMI sendiri yang mengetahui kata hatinya. Menebak kata hati SMI lebih sulit daripada mengukur dalamnya laut sekalipun palung Mariana di lautan Pasifik.

Tidak mampu kita menebak SMI yang cerdas itu. Segudang prestasi telah diraihnya termasuk yang terkini pada Januari 2020 lalu mendapat pengahrgaan sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di dunia tahun 2019 versi majalah Forbes.

Sebelumnya pada 2018 dan 2019 juga dua kali memperoleh pengakuan menteri terbaik dunia 2018 (The Best Minister in the World Award) di World Government Summit yang diselenggarakan di Dubai, Uni Arab Emirates (UAE).

Meskipun kita tak mampu menyelami relung hatinya tetapi dari sejumlah peristiwa ekonomi yang telah dan sedang memukul wajah ekonomi dan keuangan negeri ini kita dapat mengetahui apa yang menyebabkan SMI tampak murung meskipun berusaha tegar.

Tapi tak ada gading yang tak retak. Saat menerima penghargaan Menteri terbaik dunia 2018, Fadli Zon saat itu (2018) tidak yakin dengan prestasi SMI tersebut.  

Politisi lainnya, Mochamad Misbakhun dari Golkar pernah jadi anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, menilai SMI gagal dan mempertanyakan reputasi ibu bendahara negara itu. Sebabnya karena SMI dituduh gagal meningkatkan pendapatan negara pada Januari 2020.

Politisi ini juga mempertanyakan integritas SMI saat jadi pembicara acara Bank Dunia di Jakarta pada Kamis lalu (30/1) sempat curhat sakit perut mendengar janji kampanye Jokowi di Pilpres 2019 melihat janji-janji kampanye Presiden Jokwi.

Keraguan hampir sama datang dari politikus Gerindra, Kamrussamad mengkritisi tajam pernyataan Menkeu pada 2/4/2020 yang memprediksi perekonomian Indonesia berpotensi hanya tumbuh 2,3 persen atau dengan skenario terburuk akan terkontraksi hingga 0,4 persen karena imbas dari wabah virus corona.

Menurut Samad, skenario yang diprediksi Menkeu menandakan menteri terbaik di dunia itu telah gagal. “Menkeu telah memberikan pengakuan tentang kegagalan tim ekonomi Pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi,” ujarnya.

Tak tahulah apakah ke dua politisi itu telah membaca tanda-tanda kemunduran ekonomi secara nasional telah terjadi sejak pertengahan Juni 2019 dan semakin parah oleh pandemi Corona yang menyerang ke seluruh dunia sejak awal Januari 2020 yang juga telah ikut memperlemah perekonomian sejumlah negara seluruh dunia.

Dari fakta perekonomian yang sederhana itu kita bisa mengungkap mengapa SMI kini tampak lebih muram dari setahun lalu. Pukulan terhadap keuangan Indonesia yang diperagakan secara vulgar oleh spekulan di bidang keuangan dan mengecilnya pendapatan negara akibat gangguan ekonomi makro telah membuat bendahara negara itu tidak gembira.

Dalam kondisi demikian belanja rutin negara tidak dapat ditunda-tunda sementara pengeluaran dana sosial akibat pandemi Corona semakin membesar melengkapi kegundahannya. Lebih dari itu SMI sangat khawatir bakal kembali masuk pusaran sistemik jilid 2. 

Beberapa Bank mungkin akan bermasalah akibat dampak Corona. SMI telah mengeluarkan surat izin kepada Bank Indonesia melakukan bailout terhdap bank yang berpotensi sistemik akibat pandemi corona pada 1/4/2020 lalu.

Kepuasan, cibiran atau pujian tentu hal yang biasa bagi seorang pemangku jabatan karena itu adalah risiko jabatan. Biarkan perekonomian terus mengalir sambil memperkuat pertahanannya misalnya memperbaiki kebijakan yang menjadikan mata uang RI sebagai sorga dunia bagi spekulan investor asing serta deregulasi dalam kebijakan Sertifikat Berharga Negara dan lain-lain.

SMI tidak perlu khawatir berlebihan terjadinya sistemik jilid 2 dan tidak perlu juga hijrah lagi ke negeri paman Sam demi menghindari "paman-paman Dolit" di sini yang cuma mengharapkannya sebagai mesin ATM.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun