Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Singkatan dan Istilah Dunia Corona, Antara Bingung dan Perlu

27 Maret 2020   10:47 Diperbarui: 14 Juli 2020   22:30 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi : Ngefly.com. Diedit oleh Penulis

Akhir-akhir ini semakin ramai saja singkatan - singkatan terkait "dunia Corona"  termasuk virus dan penyakit yang dibawanya (Covid-19). Kita paham tujuan itu adalah untuk menyingkat orang menyebut dan menunjukkan sesuatu terkait isu dunia Corona yang juga sedang melanda negeri kita saat ini.

Terkait dunia corona, beberapa singkatan yang baru muncul (muncul kembali) di berbagai media massa adalah :

APD.  Singkatan dari "Alat Pelindung Diri."  Sebagian orang mungkin sudah tahu bahwa yang dimaksud dengan alat pelindung diri adalah perlengkapan dibutuhkan tenaga medis dan pegawai di rumah sakit serta pemakaman yang berhubungan dengan pasien terinfeksi virus Corona. Perlengkapannya meliputi masker, baju hazmat dan sarung tangan dan alat perlengkapan penyemprotan disinfektan.

WFH. Sebagian orang juga sudah tahu bahwa itu adalah singaktan dalam bahasa Inggris "Work From Home" alias bekerja dari (di) rumah. Sebuah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dan perusahaan swasta untuk mempekerjakan tenaga kerjanya dari rumah. Gunanya untuk mengeliminir serangan virus corona dan terjangkit penyakit Covid-19.

PDP, adalah singkatan dari Pasien Dalam Pengawasan. Yaitu orang yang mengalami gejala demam tinggi lebih dari 38 derajat celcius atau memiliki riwayat demam, ISPA, dan pneumonia, baik ringan maupun berat.

ODP, adalah singkatan dari Orang Dalam Pemantauan. Yaitu seseorang mengalami gejala demam lebih dari 38 derajat celcius atau memiliki riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia (sesak napas). Selain itu juga termasuk seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara telah terjangkit virus corona pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala padanya.

Sebelum terjadi krisis Corona sebagian orang (termasuk penulis) belum paham betul beberapa hal tentang corona seperti: cairan desinfektan (disinfektan); cairan antiseptik; Covid-19; SARS Cov-2; Isolasi; Karantina; Suspect; Lock down; Social Distancing; Pandemi; Local Transmission; Imported Case dan sebagainya. 

Kini istilah-istilah tersebut mulai dipahami oleh masyarakat melalui literasi yang diperkenalkan oleh berbagai media informasi dan media sosial serta pejabat berkompeten dalam narasi informasi misalnya jubir Corona Nasional. Achmad Yurianto.

Akan tetapi disamping memperkenalkan istilah-istilah tersebut kini juga muncul singkatan (akronim) tampaknya terasa membingungkan. ADP, BDR, PDP, ODP dan mungkin menyusul singkatan-singkatan lainnya adalah singkatan dalam bahasa Inggris dan Indonesia. 

Hadirnya singkatan-singkatan baru pernah juga membuat presiden Jokowi bingung. Ketika itu presiden berulang-ulang menyebut Kistilah KPBU dan mengakui tidak mengetahui kepanjangannya. "Ini singkatannya kok ya? KPBU? Kadang-kadang sulit. Apa ini kepanjangannya?" kata Presiden Jokowi di Istana Negara, 17/2/2017. Sumber : ini.

Meskipun tujuannya bagus tetapi singkatan yang membingungkan dapat menjadi literasi yang buruk untuk masyarakat, apalagi mengandung arti hampir mirip dengan yang lain. Oleh karenanya sebaiknya singkatan yang membingungkan diubah menjadi istilah yang berlaku universal saja ketimbang singkat menyingkat dimana-mana.

Kemudian singkatan PDP, intinya adalah pasien sedang demam dan punya riwayat penyakit pernafasan atas dan Pneumonia.  Orang mungkin bisa menghafal singkatannya PDP tapi lama-lama bisa jadi disebut "Pedepe." (Lama-lma bisa marah "ibu itu" nanti, dikira meledekin partainya, hehehhe).

Jadi untuk orang yang terkena gejala seperti di atas sebut saja istilah umumnya, "Suspect"  untuk gejalanya atau "suspected" untuk menduga orangnya. Untuk apa cari-cari istilah yang menghilangkan makna meskipun mudah untuk dihafal. Untuk apa tambah ribet dengan istilah - istilah yang menghilangkan makna.

Potensi munculnya istilah baru dalam dunia Corona akan semakin banyak dan itu TIDAK jadi masalah karena istilah itu juga dipakai dalam dunia medis, berlaku pemahaman universal. Yang jadi sorotan adalah singkatan-singkatan. Hindari menggunakan singkatan membingungkan.

Istilah penyakit saluran pernafasan di Spanyol punya istilah yang sama dengan di Indonesia. Penjelasan sebab penyakit diabetes di Uruguay juga punya penjelasan yang sama dengan di Indonesia termasuk singkatan dalam bahasa Inggrisnya, abbreviations (shortening, Contractions, Initialism dan lain-lain).

Potensi timbulnya singkatan baru ke depan akan sangat terbuka lebar. Contohnya sebagai berikut :

  • Alat Bekas Pelindung Diri, jadi "APBD." Kenapa tidak sebut "Sampah" saja, karena musti dibuang setelah dipakai.Benda-benda itu tidak higienis lagi untuk dipakai.
  • Alat Bantu Pernapasan  disingkat ABP. Sebut saja ventilator atau untuk membedakannya sebut saja respirator
  • Bilik  Pencegah Penularan virus Corona  bakal disingkat BPPVC, kenapa tidak disebut saja SarsCovid Booth. "Wow, itu terlalu kebarat-baratan mas. Kita kan Indonesia," ujar seseorang. Baik, sebut saja Bilik Disinfektan. Jangan disingkat "BD" bisa timbul pertanyaan lagi "BD atau DBD?" 

Pihak berkompeten diharapkan memperkenalkan istilah-istilah baru tentang Corona tetapi tidak membuat singkatan-singkatan yang mirip karena membingungkan. 

Masyarakat mengapresiasi setinggi-tingginya kerja badan nasional penanggulangan bencana (corona) memerangi musuh kita bersama melebihi sekadar urusan singkatan dan istilah-istilah. Tetapi membantu masyarakat mengenal dunia corona dengan singkatan-singkatan membingungkan sebaiknya dieliminir sedemikian rupa.

Seorang kompasianer Vita Priyambada pernah mengkritisi penggunaan singkatan yang membingungkan hingga menimbulkan istilah bersayap atau ganda dalam media. Tetapi artikel yang dibuat pada 24 Juni 2015 di sini tidak menggugah para buzzer berhenti menggunakan akronim tersebut. Walaupun tampaknya sia-sia tetapi Vita telah menyampaikannya.

Mungki senada dengan di atas, artikel ini disebut lelucon tak apalah. Begitulah mengkritisi para ahli untuk membantu masyarakat bisa lebih cepat memahami literasi istilah khususnya tentang corona dalam topik artikel ini.

Mungkin saja ada juga yang mengatakan "mas aja yang binung, eehhh bingung. IQ nya kurang 120,  kami tidak." Kalau sudah begitu, yo wes, rapopo, hehehee.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun