Teknologi dunia kesehatan telah berupaya memusnahkan satu wabah virus ke wabah virus lainnya yang mengancam umat manusia. Tetapi tampaknya manusia BELUM sepenuhnya mampu memerangi "makhluk halus" sejenis virus meskipun telah mampu membuat senjata nuklir luar angkasa sekalipun.
Faktanya, setelah virus satu dihancurkan muncul lagi virus yang lain hingga hadir virus Sars-Cov-2 (Covid-19) sejak Desember 2019 membuat seluruh dunia kini terasa ikut membara membayangkan keganasannya.
Meski BUKAN virus lebih mematikan dari virus yang pernah ada tetapi Virus Corona punya karakter yang sedikit lebih kuat daya tahannya bahkan kelicikannya dibanding para saudara-saudaranya dan sepupunya yang terakhir Sars-Cov-1.
Sejumlah penelitian telah memperlihatkan virus Corona ternyata mampu bertahan di udara tempat ia berinkubasi selama beberapa jam lamanya. Dan di dalam aerosol pun ia masih bisa bertahan hidup, sebagaimana dilaporkoan oleh NEJM.Org edisi 17 Maret 2020 lalu berdasarkah hasil riset tim ahli di AS.
SARS-Cov-2 atau Covid-19
Sesungguhnya virus ini termasuk dalam "keluarga besar" virus SARS-Cov. Corona Virus pertama sekali ditemukan pada 31 Desember 2019. Kabur dari sebuah laboratorium di Wuhan, China virus tersebut telah "mampir" di hampir 150 negara di dunia.
Ada juga mendapat yang mengatakan virus ini berasal dari Kelelawar yang melewati peralihan sebelum hinggap ke manusia. Tingkat kematiannya tidak sampai 4% dari jumlah terinfeksi di seluruh dunia.
Menurut laporan WHO no. 62 sebanyak 295 ribu ribu orang telah terinfeksi dan tingkat kematian mencapai hampir 13 ribu orang (per 23/4/2020).
Para ahli pun berlomba-lomba mencari solusinya termasuk menemukan anti virusnya dan karakternya. Terkait karakternya mungkin kita dibuat tercengang melihat betapa bandelnya Coronavirus ini dibanding sepupunya. Virus Corona masih mampu "gentayangan" lebih lama di dalam kondisi dan tempat tertentu dibanding Sars-Cov-1.
Hasil penelitian terhadap Sars Cov-2 (Covid-19) dan Sars Cov-1 menggunakan cairan aerosol pada suhu 21-23 derajat Celsius di sejumlah permukaan benda-benda memberi kesimpulan dan perbandingan sebagai berikut :
- Pada Karton : Sars Cov-2 (Covid-19) mampu bertahan 24 jam, sementara Sars cov-1 hanya bertahan 8 jam
- Pada Plastik : Sars Cov-2 mampu bertahan 72 jam. Sars Cov-1 bertahan 48 jam
- Pada Tembaga : Sars Cov-2 mampu bertahan 4 jam, tetapi Sars Cov-1 mampu bertahan hingga 8 jam
- Pada Stainless Steel : Sars Cov-2 mampu bertahan 72 jam. Cov-1 bertahan 48 jam
- Sars-Cov-2 dan Sars-cov-1 sama-sama mampu bertahan dalam aerosol selama 3 jam
Kesimpulan lainnya adalah antara Sars-Cov 2 dan Sars-Cov-1 hampir punya kesamaan dalam hal stabilitas masa hidupnya. Tetapi yang membedakan antara keduanya adalah karakter epidemiologis virus Corona sangat dipengaruhi faktor yang lain, misalnya sebaran melalui orang yang terlihat tanpa gejala.
Sekadar mengulangi kembali, Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, serta faktor-faktor yang dapat memengaruhi keadaan tersebut.
Mengacu pada temuan terkini dan dikaitkan dengan upaya disinfektan secara massal dilakukan di seluruh tempat hingga menggunakan mobil tanki pemadam kebarakan dan pertamanan, pertanyaannya adalah :
- Apakah aerosol disinfektan yang disemprotkan pada berbagai fasilitas umum itu telah memenuhi kadar standarisasi yang tepat guna
- Berapa lama tempat-tempat tersebut harus di disinfektan kembali agar virus Corona yang masih membandel di udara dan dipermukaan sejumlah objek tidak akan diganti oleh virus lain yang dibawa oleh berbagai sumber pembawa virus.
Diluar hasil penelitian tersebut,uji tes corona pun ternyata harus dilakukan minimal 2 kali. Setelah uji ke dua negatif barulah seseorang dapat dinyatakan bebas dari virus Corona. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam siaran persnya Selasa sore 24/3/2020.
Berdasarkan hasil penelitian di atas memperlihatkan virus Corona masih bisa bertahan beberapa jam hingga beberapa hari meskipun sudah dilakukan disinfektan, sebuah laman khusus John Hopkin University (JHU) pada edisi 20/3/2020 merekomendasikan solusi yang perlu juga kita adopsi, yaitu :
- Bersihkan dan disinfektan benda-benda yang banyak bersentuhan dengan orang
- Hindari kontak dekat di depan umum
- Sering cuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah pulang berpergian dari manapun
- Jaga jarak dengan orang lain di tempat umum minimal 2 meter
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H