Ancaman Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan akan membumi hanguskan pasukan suriah (SAA) di seluruh medan tempur fron di Idlib, Hama dan Aleppo bukan gertak sambal. Ratusan pasukan Suriah (SAA) dan milisinya telah jadi korban terutama dalam periode perang Februari 2020 saja.
Dalam periode Februari saja ribuan pasukan Turki (TSK atau TAF) dan milisinya telah dikirm ke dalam wilayah Suriah ke seluruh pos pemantau dan pos tambahan didalam wilayah Suriah.
Dukungan pasukan komando Turki dilengkapi Tank berat dan kendaraan lapis baja, howitzer artileri mutakhir serta roket jarak pendek telah membuat situasi makin mencekam, setidaknya bikin warga pada areal yang dikuasai pemberontak meninggalkan pemukiman mereka ke arah perbatasan Turki.
Akibat perkembangan signifikan dan makin vulgarnya Turki membela pasukan pemberontak membuat kekuatan pasukan pemberontak berubah drastis sejak awal Januari 2020 hingga saat ini (16-2-2020) saat tulisan ini sedang dibuat.
Sejak pengerahan kekuatan besar-besar Turki, ratusan pasukan Suriah dan milisinya telah jadi korban. Dua helikopter Suriah luluh lantak di udara akibat serangan manpad (rudal panggul anti pesawat) yang dilepaskan kelompok bersenjata pemberontak dalam sepekan terakhir bikin Rusia dan Suriah menghentikan penggunaan helikopter di atas medan pertempuran saat ini.
Selain mengerahkan kekuatan untuk menggetarkan lawan, Turki juga memainkan peran negosiasi besifat menekan. Informasi terkini Erdogan minta agar pasukan Rezim Assad dan milisinya agar keluar dari Idlib (Provinsi Idlib) secepatnya, sekaligus meralat target waktu yang ditetapkan sebelumnya hingga akhir Februari 2020.
Sebelumnya seberapa kali timbul ketegangan akibat cara dan gaya Rusia mendukung pasukan Suriah yang bukan saja memporak porandakan pertahanan milisi dukungan Turki tetapi juga menyasar ke kawasan pos pemantau hingga dianggap dapat membahayakan posisi tentara mereka di sana.
Kecewanya Turki pada Rusia sampai tidak tertahankan, beberapa kali menyikapi ketidak puasan pada langkah Rusia dengan membiarkan pasukan Rusia menjalankan patroli sendirian di kawasan fron utara.
Turki juga mengancam akan mundur dari perjanjian Sochi dan Nur Sultan atau Astana melihat implementasi perjanjian tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Ironisnya meski seperti itu kondisinya Turki berulang kali mengatakan tidak akan mengeluarkan posisi tentara mereka dari sejumlah pos pemantau di dalam wilayah Suriah.
Sebagaimana diketahui ada 12 pos pemantau Turki disetujui hasil perjanjian Astana. Kini dari 12 pos tersebut 7 pos telah terkepung seiring dengan jatuhnya kawasan dikuasai pemberontak ke tangan pasukan Suriah.
Dalam kondisi terjepit beberapa pemberontak berlindung ke pos pemantau Turki di tambah dengan pergerakan pasukan Turki tidak pada tempatnya hingga membuat pasukan SAA yang berada di kawasan Saraqib menyerang pos Turki dengan roket hingga menewaskan 14 personil Turki.