Ketika Lukman Hakim Saifuddin serahkan jabatan Kemenag pada Fahrul Razi pada 23/10/2019 saat itu Lukman juga menyerahkan sebuah dokumen berisi 8 Bab yang disebut "Memori Jabatan" berupa garis besar (haluan utama) yang telah dijalankan, sedang dijalankan dan akan dijalankan kedepannya (sisa program) masa kepemimpinan Lukman.
Dalam sambutannya saat itu Fahrul Razi mengatakan dokumen itu akan mempermudah memimpin kementerian tersebut dengan sisa program menteri sebelumnya. Ia juga mengakui merasa bersukur dapat menggantikan Lukman di Kemenag karena memperoleh dokumen "memori jabatan" menurutnya sangat menarik tersebut.
Salah satu program dalam dokumen tersebut berisi tentang program tentang pandangan Moderasi Beragama yang diperkenalkan oleh Lukman sejak 2015 berisi tentang upaya mengentaskan ekstriisme (kanan - kiri), radikalisme, ujaran kebencian, fitnah, keretakan hubungan ummat beragama dan lain-lain.
Moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat yakni memahami dan menjalankan ajaran agama tidak dengan cara esktrim (kanan - kiri) sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Kemenag di sini.
Moderasi Beragama inilah yang menjadi fondasi utama (landasan) program Kemenag di bawah kepemimpinan Fahrul Razi sebagai Menteri Agama RI sejak dilantik secara massal dalam pelatikan Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Joko Widodo pada 23/10/2019 lalu.
Tanpa basa-basi Fahrul Razi pun terjun dalam blantika politik di salah satu kementerian tergolong paling ganas dari sejumlah kementerian yang ada. Fahrul yang sebelumnya paling banyak mendapat desas-desuskan kontroversial (sebelum dilantik) dalam perjalan waktunya memang tercatat terlibat beberapa pernyataan kontroversial.
Kontroversial dimaksud di sini bukan parameter baik atau buruk tetapi adalah tindakan yang mendapat sorotan hangat dan tajam dalam masyarakat. Beberapa diantaranya adalah :
- Kursus Pranikah untuk calon pengantin dalam bentuk "Binwin."
- Rombak buku Agama khususnya mereduksi mutan konten khilafiah
- Larangan Cadar dan Celana cingkrang
- Rekomendasi SKT (Surat Keterangan Terdaftar) ormas FPI
- Pendaftaran Majelis Taklim
- Sertifikasi Dai
- Mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru
- Pemulangan mantan ISIS dari luar negeri, dan lain-lain.
Mungkin saja semua hal disebutkan di atas adalah sisa platform Menteri Agama sebelumnya dan kerangka utama Menteri yang sekarang dalam mewujudkan landasan "Moderasi Beragama" sebagaimana disebutkan di atas. Fahrul memperlihatkan sosoknya yang sebenar-benarnya sangat jelas untuk mewujudkan cita-cita Moderasi Beragama.
Fahrul yang awalnya berharap jadi Menkopolkam (menggantikan Wiranto) musti menempati posisinya di Kemenag yang "angker" tersebut dan artinya ia harus menjalankan program sisa kemenag sebelumnya di samping menjalankan programnya sendiri. Akibatnya Fahrul sering menerima sorotan tajam dalam mewujudkan program-programnya, contohnya seperti disebutkan di atas.
Wakil komisi III DPR RI, Ace Hasan Syadzily mengatakan Fahrul seharusnya mampu menghargai perbedaan pandangan saat menanggapi kasus celana cingkrang dan cadar. "Soal itu tidak perlu diatur berlebihan," ujar politisi Golkar tersebut.
Sementara itu Yandri Susanto ketua komisi VIII DPR RI dari PAN mengingatkan Fahrul agar berhati-hati melontarkan pernyataan karena justru dikhwatirkan menyinggung seseorang (sekelompok orang-red).
Meskipun secara fungsional pihak yang paling bertanggung jawab dalam penunjukan itu adalah Nur Kholis Setiawan, Dirjen Kemenag (mengaku karena tanpa filter mengajukan ke Menteri) tetap saja Fahrul Razi kembali jadi bahan sorotan tajam atas keputusan konyol tersebut.
Penunjukan Muhammadiyah Amin (Dirjen Bimas Islam) juga sebagai pelaksana tugas Bims Khatolik (rangkap jabatan) telah terjadi berbilang bulan sejak Bimas Khatolik sebelumnya, Eusabius Binsas pensiun sejak Juli 2019 lalu. Sejak itu, Muhammadiyah Amin merangkap jabatan mengisi posisi tersebut hingga mencuat ke permukaan dua hari lalu.
Pantas Muhammadiyah Amin yang telah berkarir di Kemenag hampir 30 tahun tersebut akhinya jatuh sakit beberapa bulan terakhir. Meskipun belum diketahui apa jenis sakitnya tapi dapat dibayangkan ada beban psikologis dialami oleh alumnus S3, Kajian Islam, UIN Syarif Hidayatullah, 2003 itu. Betapa berat "pajk Haji" berpangkat pembina utama golonganIV/e ini menjalankan tugas ganda termasuk mengurusi masalah ummat Katolik yang sesungguhnya tidak diketahui secara detail oleh yang bersangkutan.
Jika mengacu pada masa jabatan Fahrul Razi dilantik sejak 23/10/2019 berarti Muhmmadiyah telah mengemban tugas gandanya hampir 6 bulan, padahal ia telah merangkap tugas tersebut sejak 9 bulan lalu. Terlalu lama membiarkan Muhammadiyah menangani bidang tersebut.
Barulah kemarin Selasa 11/2/2020 Kemenag berjanji akan menunjuk pejabat khusus baru yang menangani Bimas Katolik sebagaimana diugkapkan Nur Kholis seraya meminta maaf pada publik atas semua kekhilafan tersebut.
Fahrul perlu melakukan pengamatan ke dalam (internal) agar suatu saat TIDAK dibuat terperangah melihat ada pejabat Kemenag ternyata memiliki tentakel mencengkeram zona nyaman masing-masing di setiap sendi.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H