Ketika itu Tjahjo Kumolo masih menjabat sebagai Mendagri. Dalam sebuah program pengentasan korban ganja memberikan pernyataan menggentarkan jiwa, "Ganja terbaik kualitasnya di dunia dari Aceh. Gimana cara mengatasi masalah ini," ujarnya sebagaimana dikutip di sini.
Mungkin itu ucapan pejabat negara yang belum tentu tahu kualitas ganja, mari kita lihat pendapat ahlinya. Seorang editor dalam rubrik klik dokter di steemkr.com ternyata juga mengatakan hal serupa. "Setiap daerah mempunyai kualitas ganja yang berbeda tapi ia akui ganja Aceh yang terbaik," ujar wanita editor kesehatan di laman tersebut tanpa merinci apa sebabnya.
Jika ditanya sama yang tahu-menahu soal ganja di Aceh pastilah katanya ganja Aceh yang terbaik kualitasnya.Tapi benarkah ganja Aceh itu memang terbaik soal kualitasnya?
Menurut laman Herb.co edisi 14 Agustus 2019 menurunkan artikel 10 negara yang memiliki kualitas ganja terbaik di dunia dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Urutan rangkin terendah (10) sampai terbaik (1) adalah : India, Spanyol, Afrika Selatan, Uruguay, Kanada, Jamaika,Australia, Afghanistan, Belanda dan AS.
Herb adalah salah satu toko online terbesar menjual aneka produk turunan ganja (hemp dan marijuana) yang bermarkas di San Francisco, AS. Meskipun baru memulai bisnisnya sejak 2014 pasti punya alasan yang kuat menurunkan beritanya tentang urutan produk ganja terbaik di dunia disebutkan di atas.
Tidak ada nama ganja Aceh di sana (mewakili Indonesia). Artinya tampaknya ganja Aceh bukan yang terbaik di dunia atau setidaknya tidak masuk dalam katagori 10 besar dunia.
Berdasarkan sumber di atas ganja Aceh ternyata TIDAK masuk katagori ganja berkualitas dunia tapi opini serentak menilai ganja Aceh adalah yang terbaik di dunia. Opini ternyata megalahkan data dan fakta rangking ganja terbaik dunia.
Profesor Musri Musman seorang peneliti ganja Aceh juga termasuk yang menilai ganja Aceh produk yang terbaik. Ia mengatakan ganja yang tumbuh di bumi Aceh tergolong jenis Cannabis Ruderalis. Sama seperti Cannabis Sativa dan Cannabis Indica.
Tetapi profesor tersebut mengakui pendapatnya bukan dari hasil penelitian melainkan berdasarkan aneka literatur yang ia baca. Masalahnya sangat sulit memperoleh lahan ganja untuk penelitian..
Profesor Musri memberikan paparannya tentang aneka manfaat ganja dalam acara wacana Legalisasi Ganja di Aceh. Dalam pertemuan disebuah lokasi di Aceh Besar itu juga dihadiri elemen dari Lingkar Ganja Nusantara (LGN), tokoh ilmuan, tokoh masyarakat dan pemuda serta para pemerhtai ganja.
Aneka ulasan dan pendapat pro dan kontra dibicarakan di sana dari soal pandangan ilmiah budidaya ganja dan kandungan untuk kesehatannya, meningkatkan perekonomian masyarakat, meningkatkan kualitas pangan hingga dimensi aturan hukumannya.
Diskusi yang dilaksanakan pada 31/1/2020 itu sesungguhnya reaksi atas saran Rafli salah satu anggota DPR RI asal Aceh dari Partai PKS saat menyampaikan aspirasinya ke Menteri Perdagangan, Agus Suparman sehari sebelumnya, pada 30/1/2020.
Melalui Kemendag, Rafli meminta pada pemerintahan Jokowi agar melegalkan ganja di Aceh. Alasannya ganja bisa jadi komoditas ekspor, lahannya banyak di Aceh.
Selama ini persaoalan ganja sengaja dikondisikan sebagai ancaman nomor 1 (Rafli menyebutnya sebagai konspirasi Global). "Ganja dibuat no 1 bahayanya, nartkotika lain dibuat nomor sekian. Padahal yang paling sewot (gila-red) masuk penjara itu bukan orang ganja," ujarnya semangat seraya menambahkan bersedia cari lahan ganja nanti jika usul beliau disetujui Presiden.
Sejumlah negara telah melegalkan menghisap dan menggunakan ganja (beserta turunan produknya) untuk berbagai keperluan secara terbuka dan ada juga secara terbatas. Negara yang telah melegalkan antra lain : AS (sebagaian negara), Belgia, Belanda, Kanada, Inggris, Estonia, India, Jepang, Kanada, Meksiko, Norwegia, Pakistan, Portugal, Rumania, Swedia dan lain-lain.
Jika harga sawit atau karet anjlok petani membiarkan buah jatuh atau karet meleleh sendiri. Harga ekspor textil jatuh bisa dijual di dalam negeri. Begitu juga kopi, ikan, batubara dan lainnya harga ekspor jatuh masih bisa dijual murah di dalam negeri. Tapi kalau itu terjadi pada ganja, siapa dan kemana mau dibawa? Mudah, ya dibakarlah! Apanya dibakar (Uhuk, uhuuk, batuk jadinya)
Pernahkah yang mulia anggota Dewan kita yang satu itu memikirkan potensi masalah seperti ini? "Ekspor ganja tidak semudah dalam hayalan boos ku," Mungkin itukah sebabnya PKS melakukan klarifikasi bahwa itu bukan suara partai? Tak tahulah.
Artikel ini tidak menulis lagi sisi manfaat dan bahaya ganja agar tidak mewakili kepentingan tertentu. Tentang hal tersebut pernah penulis tuangkan dalam artikel sebelumnya di Kompasiana pada edisi 8 Juli 2012.
Apakah pemerintah Jokowi akan luluh dan kemudian meluluskan usulan wakil rakyat kita satu itu, hanya nurani rekan pembaca budiman dan nurani masyarakat Indonesia yang mampu menilainya.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H