Hasto Kristiyanto Sekjen partai berlambang banteng dengan moncong putih atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) biasanya tampil elegan dan percaya diri dalam berbagai kesempatan. Sulit menemukan gambar wajahnya yang kusut ataupun loyo.
Lihatlah beberapa faktanya. Pada 7/4/2019 di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Negeri Lampung dan UIN Raden Intan Bandar Lampung Hasto mengasah nyali mahasiswa agar tidak loyo, "jangan pernah lelah mengejar prestasi," ujar pria kelahiran Yogyakarta 7 Juli 1966 itu berapi-api.
Pada 1/2/2019 dihadapan kader PDIP Kepulauan Riau (Kepri) berpesan agar all out berjuang demi partai. "Jangan pernah lelah berjuang, sampai pingsan bila perlu," mengutip pesan ketua umum PDIP.
Di kantor cabang PDIP Sukabumi pada 8/2/2019, Hasto tetap energik, "Ini harapan untuk kita membangun bersama-sama tanpa pernah kenal lelah. Yang kita perjuangkan bukan hanya Pak Jokowi dan KH Ma'ruf Amin, tapi masa depan Indonesia," ujar Hasto, saat itu.
Pada penutupan Rakernas PDIP 10 - 20 Januari 2020 lalu salah satu poin memantap rencana strategis PDIP yakni memperjuangkan perubahan aturan atau UU Pemilu tentang minimal ambang batas parlemen menjadi 5%. Hasto menyampaikan pesan ketum PDIP Megawati bahwa "partai harus semakin berdisiplin, partai menampilkan wajah ideal partai di tengah rakyat, partai tidak pernah mengenal lelah ketika membela rakyat," ujarnya seakan memang tidak pernah kelelahan.
Jelas Hasto tak pernah kenal lelah, jadi jangan berharap semangat Hasto bisa turun atau wajahnya terlihat kusam apalagi loyo. Pantas rasanya PDIP memilih tokoh satu ini duduk pada posisi strategis partai tersebut sebagai SEKJEN menggantikan Tjahjo Kumolo
Nama Hasto Krityanto pun kini semakin sering disebut-sebut terlebih saat kasus suap Harun Masiku semkain panas. Akibatnya kantor Sekjen PDIP tempat Hasto berbakti pun pernah coba digeledah oleh KPK untuk mencari barang bukti terkait masalah Harun Masiku.
Usaha KPK pada 9/1/2020 lalu tidak membuahkan hasil karena pihak PDIP mempertanyakan surat perintah kerja penggeledahan diterbitkan oleh Dewan Pengawas (Dewas) yang dulu pernah jadi polemik jadi penghambat kerja KPK ternyata "lupa" memberi surat kerja utnuk petugasnya yang akan menggeruduk "singgasana" Hasto.
Saat itu Hasto semringah, ia memberi keterangan bahwa memang ada orang KPK yang datang tapi tidak membawa surat perintah. "Kami tidak melarang asalkan ada suratnya," uajar Hasto saat itu.
Kini kasus Harun Masiku mulai mengkristal berwujud adanya orang dalam yang bermain di balik penentuan Harun sebagai anggota DPR RI melalui mekanisme Pergantian Aantar Waktu (PAW) ketimbang saingannya Reizky Aprilia yang seharusnya lebih berpeluang berdasarkan jumlah perolehan suara Pileg di dapil 1 Sumsel saat itu.
Soal panggilan KPK tampaknya Hasto telah siap karena memang ia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik terutama adalah potensi pertanyaan yang terkait dengan Harun. Perisapan itu telah berulang kali disampaikan Hasto bahwa JIKA dipanggil KPK ia akan memberikan keterangan sesuai keperluan.
Benar sekali. Jumat 24 /1/2020 Hasto memenuhi panggilan penyidik KPK. Di gedung Merah Putih itu ia dicecar 24 pertanyaan. Dia tidak memberkan apa saja ke 24 pertanyaan tersebut. Kepada awak media yang menunggunya ia mengatakan KPK menanyakan apa alasan dibalik penunjukan Harun ketimbang Riezky menggantikan almarhum Nazaruddin Kiemas.
Hasto menjelaskan "Ada semacam kedaulatan atau kebijakan khusus partai memilih kader terbaiknya dan ada presedennya untuk itu. Hal serupa juga terjadi saat PAW terhadap almarhun Sutradara Ginting," ujarnya.
Sekilas saja review. Pada mekanisme PAW terhadap almarhum S Ginting ketika itu PDI P menunjuk Irwansyah yang suaranya lebih rendah ketimbang saingannya Malawati yang memiliki jumlah suara 20.666 (urutan ke 2 setelah Sutradara Ginting yang meraup 29.413 suara dari dapil III Banten). Sementara Irwansyah sama sekali berada pada posisi tidak diperhitungkan.
Hasto memberi deskprisi begitulah gambaran kedaulatan Partai "Di situ ada pertimbangan strategis dari partai," ujarnya.
Meski Hasto telah menyampaikan kebijakan atau kedaulatan partai untuk memenangkan Harun melawan Riezky tapi ada bebrapa indikator agak sumir tamaknya diperlihatkan Harto, yaitu :
- PDIP memilih Harun karena adanya kedaulatan atau kebijakan khusus partai sebagaimana disebutkan di atas.
- PDIP memilih Harun karena ia memiliki kompetensi dalam International Economic Law
- PDIP memiih harun karena sangat sedikit orang Indonesia memperoleh bea siswa dari Ratu Inggris
Selain itu Hasto juga berbeda tampilannya dari biasanya energik dan tidak kenal lelah kali ini kesan wajahnya agak loyo. Sebelumnya berkali-kali Hasto mengatkan siap, siap dan siap memberikan keterangan sebagai saksi jika dipanggil tapi raut wajah Hasto kali ini memperlihatkan ekspresi lain. Sorotan matanya juga menandakan ada sesuatu yang dia pikirkan.
Pada momen (gambar dan video) lain Hasto tampak berusaha tenang tapi pancaran matanya sekali lagi tak mampu sembunyikan apa sesungguhnya sedang ia pikirkan.
Tampaknya Hasto sedang lelah memikirkan kemana perginya Harun hingga meninggalkan masalah buat Hasto dan partainya. Padahal pengorbanan Hasto untuk kader partai tidak diragukan lagi. Kabarnya ia juga jadi pengajar dan pemberi motivator untuk internal partai.
Dalam seminggu, ia menghabiskan lima hari untuk partai, sehari untuk keluarga, dan sisanya bersama rekan-rekannya. Tapi minggatnya Harun bikin wajah Hasto kini tidak terlihat antusias, kontras sekali dari biasanya. Mengapa? Hanya Hasto yang tahu.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H