Intinya adalah Istana Negara saja sudah menyatakan tidak ada masalah dengan pernyataan Agnes kenapa kita jadi ngenes (nyesek) mendengarnya?
Sebagai bangsa Indonesia kita wajar mempertanyakannya pernyataannya Agnes tapi tidak dapat memvonisnya tidak nasionalis, sampai terasa menyesakkan dada rasanya.
Sebagai alternatif kita dapat saja menyebutnya egois dan tidak konsisten. Egois karena sejak lahir dan meniti karir dari penyanyi cilik hingga sukses jadi penyanyi top berawal dari bawah di negeri ini. Sebuah acara "Tralala-Trilili" jadi saksi betapa Agnes memulainya dari masa kecil hingga Go Internasional.
Penulis dan seorang anak pernah harus berdesakan beli karcis untuk menikmati piawainya Agnes sebagai penyanyi populer saat itu 2006 di sebuah hotel bintang 4 di Pekanbaru.
Duta bangsa apakah yang dimaksud Agnes? Bangsa campuran antara Cina, Jepang dan Jerman? Tapi bangsa dan negarakah itu, sementara ia berbicara sebagai duta Indonesia di hadapan pemimpin negara dan bangsa Indonesia. Bukankah itu artinya Agnes tidak konsisten?
Jadi betul kata Moeldoko, jangan digoreng-goreng. "Kalau egois iya," ujarnya.
Masih ada cara lebih bijaksana "menghukum" seorang artis atau penyanyi tidak nasionalis. Untuk memberi efek jera sebaiknya tidak dicaci maki di media sosial melainkan tidak membeli lagunya, tidak mendengarkan lagunya, tidak menonton videonya dan tidak perlu menulis apalagi mengundangnya mengisi acara pertunjukan.
Nasionalisme perlu dijaga tapi hindari "goreng menggoreng" soal itu , bikin popularitas yang digoreng justru tambah harum. Pembawa acara "Tralala-Trilili" itu merasakannya, ia makin kesohor sementara yang ngenes makin nyesek aja rasanya.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H