Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Wow, Ada "Racun" di Balik Penghapusan Like di Instagram

12 November 2019   23:42 Diperbarui: 13 November 2019   11:49 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari akun ofisial instagram 12 Desember 2019

Apapun alasan dibalik pro, kontra dan kebijakan IG dalam menghapus tombol like tersebut perlu kita lihat sejenak apa kaitannya antara gangguan kesehatan mental yang disebutkan dengan jumlah perolehan 'likes" dalam sebuah media sosial misalnya di IG yang sedang kita bahas ini.

Benarkah apa yang dikhuatirkan Kim?

Seorang profesor dari New York University, Adam Alter, memaparkan, dampak psikologis (sensasi) dari ketergantungan likes di IG  (atau medsos lainnya) yaitu tumbuhnya rasa percaya diri dan kesenangan. Alter menilai, sensasi tersebut sama dengan menggunakan narkoba.

"Begitu Anda minum obat, minum alkohol, merokok, seperti itulah racun Anda ketika mendapat like di media sosial, semua pengalaman itu menghasilkan dopamin, yang merupakan bahan kimia yang berhubungan dengan kesenangan," kata Alter . Selengkapnya dapat simak di businessinsider edisi 25 Maret 2017.

Sebuah penelitian lain hampir sama memperlihatkan konsentrasi dimedsos cenderung lebih fokus pada teman ketimbang lainnya. Dalam laporan Joanne Orlando, salah satu peneliti dari Western Sydney University mengatakan media sosial membuat mereka para pengguna lebih dekat dengan teman (78%), mendapat informasi (49%), dan terhubung dengan keluarga (42%).

Apakah "racun" yang bikin ketagihan atau terganggunya kesehatan mental penggunanya itu bikin  bos IG memutuskan melenyapkan tombol mini tersebut? Atau adakah alasan lain yang lebih bersifat ekonomis?

Tak tahulah mana yang benar. Hanya waktu sajalah yang akan membuktikan apa maksud sesungguhnya dibalik menghilangkan sebuah tombol yang kecil mungil tapi bikin ketagihan luaaar biasa itu.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun