Ironisnya lagi adalah disebut oleh Fahri Hamzah bahwa kader PKS berpindah ke parpol barunya "TIDAK SEDIKIT." Jika dijabarkan kalimat Fahri memiliki makna bersayap, yaitu "Banyak" atau "Lebih dari Satu." Fahri mengakui membentuk partai tersebut sebagai wujud kekecewaannya pada PKS yang (kini) dipimpin Sohibul Iman. Menurutnya, banyak kader PKS tidak berkembang di partai tersebut selama ini.
Mengacu pada pernyataan Fahri di atas parpol Gelora lahir dari bibit perpecahan dalam tubuh PKS yang telah lama bersemayam di sana dari faksi Kesejahteraan yang awalnya dimotori oleh duet Fahri Hamzah dan Anis Matta (mereka menyebutnya "Presiden PKS").
Selain itu, faktor kekecewaan Fahri Hamzah terasa kental di balik lahirnya jabang bayi Gelora tersebut." Apa boleh buat, kan? Teman-teman merasa stagnasi di partai lama. Karena kebuntuan pikiran ya kita coba pakai akal sedikit saja, katanya.
Kompas.com menjelaskan parpol ini adalah transformasi dari ormas yang disebut Garbi atau Gerakan Arah Baru Indonesia. Ada 5 tokoh dibalik lahirnya partai Gelora, yaitu : Fahri Hamzah (sosok utama); Anis Matta (pendukung); Deddy Mizwar; Hadi Mulyadi dan Triwisaksana (mantan wakil ketua DPRD DKI 2009-2019 : dua periode).
Berdasarkan fakta dan data di atas, sanggupkah Fahri Hamzah menggerakkan partainya nanti melewati syarat ambang batas agar dapat lolos ke "Senayan?"
Entah darimana dasarnya Fahri Hamzah menilai Gelora akan mampu melewati ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold minimal 4% dari jumlah suara sah secara nasional.
Jika Gelora hanya memiliki taktik "mencuri" pangsa pasar PKS tanpa ada perubahan sama sekali secara fundamental dibanding PKS maka kader PKS tidak akan mungkin mengubah haluannya ke parpol pimpinan Fahri Hamzah itu.
Apalagi FH pernah meninggalkan kisruh di partai induknya. Selain itu kader PKS pasti dapat mencium aroma ambisius para mantan pejabat tinggi PKS yang masih berambisi menikmati gemerlapnya dunia politikus.
Jika tidak ingin masa depannya suram, harus ada perubahan fundamental yang membedakan Gelora dengan PKS. Tetapi masalahnya tetap ada yaitu figur FH sesungguhnya tidak lebih populer dibanding Anis Matta dan Dedy Mizwar yang lebih santun dan adem rasanya.
Jika tidak lolos bahkan tidak diikut sertakan dalam Pemilu 2024 jangan salahkan siapa-siapa. Berarti tidak rezeki namanya, sebab dari niatnya saja seperti ingin "melucuti" partai induknya sendiri.