Sehari setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan penarikan pasukannya dari kawasan yang dikuasai Syirian Democratic Force (SDF) di Suriah utara sejumlah pesawat tempur Angkatan Udara Turki (TuAF) langsung bereaksi bagaikan anak panah terlepas dari busurnya pada 8/9/2019.
Skema serangan Turki bersifat konvensional, dimulai mobilisasi pasukan dan peralatan tempur ke perbatasan secara besar-besaran sepanjang 420 km perbatasan bagian timur.
Kemudian peluncuran sejumlah drone dan pengintaian melalui pesawat tempur terhadap lokasi-lokasi strategis SDF (termasuk YPG di dalamnya dan PKK tetangganya).
Serangan dimulai dengan sejumlah tembakan mortar pada 8 Oktober 2019. Setelah itu serangan udara terhadap kawasan dekat Semalka Border untuk memutuskan jalur logistik dari Kurdi Irak ke Kurdi Suriah disegi tiga perbatasan (Irak, Suriah dan Turki). Kemudian dilanjutkan dengan serangan artileri menghujani posisi stragegis SDF dekat perbatasan.
Hingga kini belum terlihat gerak maju pasukan darat Turki ke kota manapun di dalam kawasan dikuasai SDF. Walaupun demikian penumpukan pasukan darat dan kendaraan tempur di kota Akcakale semakin banyak membuat warga Kurdi Suriah sangat cemas.
Dalam pernyataannya sebelum serangan, Presiden Erdogan menyampaikan 4 misi ingin dicapai dalam operasi "Peace Springs" yaitu menjaga keamanan nasional Turki, penempatan pengungsi Suriah, integritas wilayah Suriah, dan Perang melawan Daesh (ISIS).
Di balik misi tersebut kita dapat melihat ada 4 (empat) strategi Turki dibalik intervensinya ke dalam wilayah Suriah yang baru saja ditinggal oleh AS tersebut, yaitu:
Strategi pertama adalah membentuk kawasan safe zone sepanjang 420 km dengan lebar (kedalaman) sejauh 32 km. Kawasan itu disebut-sebut untuk menampung 2 jutaan pengungsi Suriah yang saat ini seakan-akan jadi beban Turki menghadapi pengungsi Suriah dengan segala aspek sosial dan kemanusiaan di dalamnya.
Beberapa analis meragukan langkah tersebut karena sangat tipis harapan menyatukan 2 juta pengungsi (pada umumnya suku Arab) ke dalam kawasan suku Kurdi. Asimilasi itu berpotensi menimbulkan masalah baru yang lebih rumit suatu saat nanti.
Dalam kawasan "Safe Zone" atau buffer zone ala Turki tersebut nantinya diharapkan melalui berbagai milisi atau grup bersenjata dukungan Turki dapat menjadi penyeimbang SDF. Potensi serangan teroris ke dalam kawasan Turki dapat ditekan sedemikian rupa