Kesetiaan pengawal Raja Arab Saudi tidak dapat disangsikan lagi kualitasnya pada monarki Arab Saudi, seperti telah diperlihatkan super bodyguard Raja Salman bin Abdul yaitu Mayor Jendral Abdulaziz al-Fagham.
Al Fagham telah mengabdi 15 tahun untuk monarki Arab Saudi sejak mengawal Raja Abdullah bin Abdulaziz al-Saud (hingga meninggal pada 23 Januari 2015) dan berlanjut pada masa Raja Salman 23 Januari 2015 - 28 September 2019.
Apapun dilakukan Al Fagham yang telah menjanjikan hidupnya untuk melindungi dan mengawal keselamatan para Raja. Selama 15 tahun matanya senantiasa mengawasi dengan cermat tanda-tanda ancaman yang mengarah pada Raja yang dikawalnya sebelum pada akhirnya tewas pada Sabtu malam 28/9/2013 akibat ditembak rekannya sendiri dalam percekcokan yang sedang diselidiki asal-asulnya seperti apa.
Sosok tersebut pada awalnya viral saat mendiang Raja Abdullah diberangkatkan dari Istana kerajaan. Saat itu sosok al-Fagham jadi buah bibir tentang profesinya, tentang kesetiaannya bahkan tentang kegagahannya dan loyalitasnya.
Sosok tersebut juga sempat viral ketika rombongan Raja Salman berkunjung ke Indonesia pada 1/3/2017, Al Fagham senantiasa mengawal Raja Salman kemanapun mulai dari mengawal, menuntun, memapah, memegang tongkat, memasang sepatu, mengangkat jubah dan apapun yang tidak perlu dilakukan oleh Raja Salman.
Salah satu yang merasakan betapa sigapnya Al Faghan adalah Mukhlis Hanafi, penerjemah "dadakan" yang dipakai Kementerian Agama saat kedatangan Raja Salman 2017 lalu. Dalam sebuah lift di di gedung DPR pada 2/3/2017 harusnya memuat 4 orang itu terpaksa digunakan bertiga, yaitu Setya Novanto, Raja Salman dan ajudannya, Al Fagham.
Meskipun lift muat berempat dan Setnov meminta Mukhlis ikut bersamanya dalam lift (mungkin kuatir ditanya macam-macam oleh Raja) tapi dengan sigap sang "punggawa" Raja mengusirnya. Mukhlis tidak diizinkan masuk lift, mungkin karena alasan keamanan potensi beban lift bertambah atau ada alasan lainnya yang hanya diketahui oleh Al Fagham.
Beberapa kali Al-Fagham menimbulkan decak kagum pemirsa televisi dan yang melihatnya langsung ketika beraksi saat Lift di bandara Moskow macet Al Fagham langsung memapah Rajanya.
Dia tidak membiarkan siapapun kurang berkompeten mendekati Raja yang dikawalnya. Ia sangat responsif dan mampu "membaca" apa saja kebutuhan Raja saat membutuhkan bantuan.
Sederet latihan dan kursus sepesial pengamanan kelas wahid dunia telah dirasakannya. Salah satunya adalah pelatihan di rsiemen khusus The Saudi Arabian National Guard (SANG), pasukan khusus Kerjaan. Chris Harmer dari Instutute for Study War mengatakan SANG adalah salah satu angkatan bersenjata (resien) paling powerfull di timur tengah.
Itulah sosok Al Fagham yang pada hari ini dikabarkan ditembak mati oleh rekannya.The Guardian.Com menjelaskan bahwa penembakan itu terjadi akibat perselisihan pribadi yang terjadi di kota Jeddah. Pembunuhnya ditembak tewas oleh pasukan keamanan yang menyebabkan lima petugas keamanan lainnya mengalami luka tembak.
Diberitakan saat itu Al Fagham mememenuhi undangan Turki al-Sabti, salah satu kerabatnya di Jeddah. Tidak lama setelah tiba di rumah itu datanglah seseorang bernama Mamdouh al-Ali. entah apa mereka perbincangkan keduanya lalu terlibat pertengkaran.
Kemudian Ali keluar rumah itu dan kembali lagi membawa senjata dan menembak sang "Punggawa Kerajaan." Setelah itu Ali menolak menyerahkan diri pada petugas keamanan yang mengawal Fagham. Tembak menembak terjadi dengan pengawal Al Fagham hingga melukai beberapa orang termasuk salah satu pekerja rumah tangga berkebangsaan Filipina di rumah itu.
Al Fagham sendiri akhirnya tewas di Rumah Sakit beberapa jam setelah dirawat,sebagaimana diberitakan oleh Thearabweekly.com beberapa jam lalu saat tulisan ini sedang dibuat. Matanya tertutup selamanya setelah mengabdi pada Raja selama 15 tahun.
Langkah, rezeki, pertemuan dan maut (kematian) adalah urusan yang Maha Kuasa, hanya ia yang tahu kapan tiba saatnya. Namun secara intelijen kematian Al-Fagham sangat dipertanyakan, kesannya mengapa sangat "mudah" al-Fagham tewas?
Peristiwa terjadi di luar jam kerja pengawalan terhadap Raja. Tampaknya peristiwa itu terjadi malam atau tengah malam sebelum dinihari di kawasan perumahan elite di Riyadh.
Sangat mengherankan Al Fagham tidak membawa pengawal meskipun untuk urusan keluarga di tengah meningkatnya eskalasi politik timur tengah dan ketegangan dengan Iran akibat serangan terhadap pangkalan minyak Abqaib.
Penembaknya adalah salah satu anak dari Dr. Mishaal Mamdouh Al-Ali. Beliau adalah salah satu anggota Dewan Syura Saudi. Beliau telah menyampaikan permohonan maaf kepada kerajaan dan keluarga Al Fagham dan menyatakan perbuatan anaknya adalah sangat berbahaya.
Pembunuhan Al Fagham dipertanyakan dan dikaitkan kemana-mana, seperti diungkapkan oleh dailymail.co.uk edisi 30 September hari ini. Ada apa dibalik pembunuhan Al Fagham?
Apakah ada perselisihan antara pengawal Raja Salman dengan sanga pangeran putra mahkota Mohameed Salman bin Salman (MBS)? Terlalu jauh ke sana meskipun tidak tertutup kemungkinannya sebagaimana pernah dilansir oleh media Iran.
Menurut sumber tersebut, upaya pembunuhan terhadap Al Fagham telah direncanakan sejak 5 bulan yang lalu. Mohammed al-Moasare salah satu pembangkang Arab Sadui yang kini menetap di London mengatakan kemungkinan akan terjadi pembunuhan terhadap sang "punggawa" keamanan Raja Salman tersebut, sebagaimana dikutip dari en.farsnews.com edisi 29 September 2019.
Mungkin itu sumber dari media Iran, Syiah, musuh Arab Saudi bisa saja membumbui kondisi. Yang jelas sudah tiba saatnya kematian itu tiba menjemput seseorang dengan cara berbeda-beda.
Sang "punggawa" keamanan kerajaan yang dielukan di medsos Saudi sebagai "The Guardian Anggel " itu telah menghadap Khaliq selamanya, meninggalkan kesan positif tentang kesetiaan. Tentu saja meninggalkan rahasia apa dibalik pembunuhan terhadap dirinya.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H