Suriah memang bukan negara penghasil utama di timur tengah, akan tetapi untuk kawasan mediterania timur (Jordannia, Israel, teritorial Palestina dan Lebanon) Suriah adalah penghasil minyak mentah terbesar di kawasan tersebut.
Cadangan minyak Suriah tidak banyak. Menurut jurnal minyak dan gas, pada 2010 Suriah masih memiliki cadangan minyak sebanyak 2,5 miliar barel (400 juta m3). Tersebar 20 ladang minyak di gubernuaran Raqqa, Hasaka dan Deir Ez-Zour (DEZ).
Suriah memproduksi hampir 400.000 barel dalam sehari. Dari jumlah tersebut 90% minyak mentah di ekspor tujuan Eropa. Jerman, Itali dan Perancis memperoleh pangsa ekspor terbesar masing-masing 32%, 31% dan 11%. Sementara Belanda hanya 9%, Austria (7%), Spanyol (5%) dan negara lain (5%). Sisanya 10% untuk konsumsi dan cadangan minyak dalam negeri.
Seluruh ladang dan kilang minyak dari skala besar hingga kecil di 3 provinsi disebut di atas cuma menghasilkan 20 ribuan barel minyak mentah sehari. Ironisnya lagi, SDF (The Syrian Democratic Force) dukungan AS yang menguasai gubernuran Raqqa dan DEZ menguasai 11 ladang minyak utama yang mampu memproduksi minyak mentah sebesar 14.000 barel dalam sehari. Dari situ kita dapat ketahui ladang minyak yang dikuasai pemerintah Suriah di DeZ barat hanya 9 ladang dan cuma berproduksi 2000-an barel dalam sehari.
Bagaimana cara pemerintah Suriah mendapatkan minyak? Sebelum ISIS lenyap dari kawasan DEZ timur (kini dikuasai seluruhnya oleh SDF) pemrintah Suriah masih dapat memasok minyak dengan cara penyelundupan oleh ISIS dan petualang minyak dengan harga jauh di bawah pasar. Salah satu petualang utama yang dapat disebut lebih mirip pialang besar adalah perusahaan Qatirji Co pimpinan Mohammad Qatirji.
Menurut informasi pemerintah Suriah masih bisa memperoleh minyak dengan harga 30 dollar AS per barelnya. Tapi sejak SDF dukungan AS merebut kawasan tersebut pemerintah Suriah kepayahan mendapatkan minyak.
Upaya penyelundupan yang dilakukan penelundup langsung dibumi hanguskan oleh serangan tembakan pasukan AS dan SDF. Bahkan petualang SDF yang diketahui berbisnis minyak dengan pemerintah Suriah pun diganjar hukuman berat.
Selain cara tersebut selama perang berlangsung Iran sangat rajin menjual minyak ke Suriah. Kapal tangker Iran berlabuh di pelabuhan khusus di kota pelabuhan Baniyas yang strategis karena diapit armada laut Rusia di pelabuhan Tarsus sebelah selatan dan dikawal pangkalan udara Rusia di Latakia sebelah utara.
Tapi sejak ketegangan dengan AS meningkat upaya Iran mengekspor minyak ke Suriah menjadi sangat sulit dan nyaris berbahaya. Atas nama embargo ekonomi barat terhadap pemerintah Suriah maka siapapun termasuk Iran dilarang melaksanakan aktifitas ekonomi dengan rezim Suriah termasuk perdangangan jual beli minyak.
Meski dilarang Iran tak gentar. Beberapa kali tanker Iran datang dan pergi dengan harap-harap cemas dari dan ke pelabuhan Baniyas. Dan ketika persoalan Iran dan AS meruncing akibat berbagai hal (termasuk pemutusan sepihak AS dalam perjanjian Nuklir dengan Iran) AS (barat) menekan lebih kuat Iran.