Masih segar dalam ingatan, 51 orang tewas dalam aksi teroris Brenton Harrison Tarrant (BT) dari dua masjid di kota Christchurch, New Zealand pada 15 Maret 2019 lalu.
Dampak aksi tersebut telah melahirkan simpati dunia khususnya warga Selandia Baru (New Zealanders) tepatnya dari warga kota Christchurch sendiri.
Simpati tulus ikhlas dalam berbagai bentuk telah ditumpah ruahkan warga Selandia Baru untuk umat muslim saat itu, seakan tidak mampu mengobati tersayatnya hati dunia pada aksi keji BT
BT memvisualisasikan aksi bejatnya secara langsung untuk mewujudkan (mimpi) manivesto "The Great Replacement" sebagaimana telah penulis sampaikan di sini.
Enam bulan setelah BT ditahan dalam penjara Auckland "luka" masyarakat dunia terasa membaik dan hampir pulih kembali. Meskipun pemerintah Selandia Baru terkesan lamban atau hati-hati melaksanakan proses penyelidikan tapi masyarakat Internasional khususnya warga muslim menunggu dan menghormati proses dan keputusan pengadilan Selandia Baru.
Masyarakat internasional tidak ingin memaksa tahu apa yang terjadi dibalik proses penyidikan rumit tersebut karena proses penyidikan terhadap BT -entah karena apa- tergolong sangat dirahasiakan pemerintah Selandia Baru.
Ketika masyarakat dunia menanti hasil proses penyidikan BT, yang tejadi malah sebaliknya. Masyarakat dikejutkan oleh peristiwa "jebolnya" sistim keamanan di penjara Auckland yang disebut-sebut sebagai salah satu penjara sangat tinggi tingkat keamanannya di Selandia Baru.
Penjara angker tersebut ternyata begitu "rapuh" untuk dijebol oleh seorang BT. Ia "menjebol" penjara itu hingga 6 kali dari 8 kali upaya meloloskan suratnya ke luar penjara.
Entah bagaimana BT mampu meloloskan suratnya hingga begitu banyak, salah satunya untuk "fans" nya "Alan," di Rusia. Akibatnya, Alan mengaku gembira karena suratnya beberapa bulan lalu ternyata mendapat balasan dari BT.
"Beberapa bulan lalu saya mengirimkan surat untuknya dan pada hari ini aku terima balasannya," ungkap Alan pada Chan4 sebagaimana dikutip dari newshub.co.nz edisi 5 Agustus 2019 lalu.
Salah satu isi suratnya menyatakan sikap belum merasa bersalah terhadap tindakannya saat itu. "Aku tidak dapat menjelaskan bagaimana perasaanku dan penyesalanku, karena itu (isi surat -red) akan dapat dijadikan sebagai bukti oleh petugas nantinya. Intinya aku tidak perduli pada diri ku sendiri, tapi aku khawatir tentang masa depan Eropa," tulisnya yang penulis artikan secara bebas dari sumber di atas.
Alan mempublikasikan ke Chan4 enam lembar notes tulisan tangan (surat) ditulis pensil dari BT. Alan juga memperlihatkan amplop resmi dari New Zealand serta tanggal ia terima surat tersebut. Aksi inilah yang "menampar" pemerintah New Zealand rasanya.
Menurut informasi BT telah mengirim 8 surat. Sebanyak 6 surat telah terkirim kepada orang (tujuan) yang sedang dirahasiakan. Hanya ada 2 surat yang belum sempat dikirimkan dan itu sudah ditahan oleh petugas keamanan Selandia Baru.
Penjara ini dikenal dengan sebutan "Paremoremo Prison" karena terletak di dataran tinggi Paremoremo, memiliki tingkat pengamanan tertinggi, mampu menampung 650 napi terdiri beberapa blok.
Pada salah satu blok (D) setiap napi dijaga oleh 3 sipir. Selain sebaran kamera CCTV yang optimal penjara ini dipagari tembok beberapa lapis untuk mencegah napi melarikan diri.
Menteri Pemasyarakatan Selandia Baru, Kelvin Davis mengakui kecolongan. Ada yang tidak beres dan telah terjadi kesalahan. Tapi ia mengakui surat yang lolos hanya 2 saja.
Meski demikian ia berjanji akan menangguhkan hak-hak surat Tarrant di masa akan datang. Ia juga menyampaikan telah menerima permohonan maaf dari pihak berkompeten dari "jebolnya" sistem keamanan di penjara ternama tersebut.
Masyarakat Selandia Baru tidak habis pikir bagaimana Tarrant dapat melakukan hal itu dari penjara yang terkenal keras dan paling tangguh di negara mereka.
Jurubicara oposisi di Parlemen. Davitt Bennet mempertanyakan bagaimana mungkin penjahat yang dituduh sangat kejam dalam sejarah Selandia Baru itu dapat berkirim surat di penjara yang memiliki tingkat keamanan paling maksimum di Selandia Baru. Benar-benar mengerikan bagi New Zealander, katanya.
Menanggapi hal itu, Perdana Menteri NZ, Jacinda Ardern menyatakan memiliki perasaan yang sama sedang dihadapi warganya. "Masalah tersebut telah dijelaskan oleh Menteri Pemasyarakatan. Davis telah menyatakan bersalah dan menyamampaikan permohonan maaf atas peristiwa tersebut," ungkapnya.
Di sudut lain, Hazim al-Umari dari Irak, orang tua Hussein yang jadi korban dalam peristiwa pembantaian Tarrant menilai bahwa pengadilan Christchurch sangat memprihatinkan.
"Sesuatu musti dilakukan untuk mengawal penjara dan mengamankan jalannya sidang," ungkap Umari mewakili alam bawah tidak sadar semua orang yang tanpa terasa hampir lupa pada Brenton Harrison Tarrant.
Al-Umari benar, ini adalah ujian BT untuk negara tersebut. Lolos surat saja sudah menampar wajah Selandia Baru apalagi lagi JIKA Tarrant sendiri benar-benar lolos dari penjara dan tiba di Rusia misalnya. Maka tindakan serius dari pemerintah Selandia Baru harus benar-benar ditingkatkan sebelum kekuatiran itu jadi kenyataan.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H