Ancaman seperti itulah bikin AS tidak bisa lelap dalam tidurnya melihat Turki bak gadis manis yang manja sedang merengek minta perhatian. Jika tidak diperhatikan gadis manja penuh pesona itu akan pindah ke lain hati yakni pemuda ganteng dan bertanggung jawab, Rusia.
Mirip makan buah simalakama dan demi menjaga kehormatan mitranya (SDF) rombongan AS dipimpin utusan khusus AS untuk masalah Suriah, James Jeffrey mengadakan pertemuan maraton dengan Turki sejak 2 Agustus hingga berakhir 6 Agustus dengan detail keputusan yang belum jelas.
Persetujuan secara umum yang dikutip dari berbagai media adalah:
AS setuju bekerja sama dalam pusat komando operasi pada koridor zona aman akan tetapi tidak setuju dengan pola join operasi seperti di Manbij.
Setuju memberi akses demiliterisasi sedalam 5 Km dan kemudian tambahan sedalam 9 Km lagi tapi harus bersih dari senjata berat Turki. Dengan demikian total kedalaman yang disetujui AS adalah 14 Km (sumber: reuters.com edisi 7 Agustus 2019).
Turki sumringah! Hampir separo yang diminta Turki disetujui AS. Tak disangkal Erdogan mengatakan itu adalah kemenangan politik bagi negaranya. Tampaknya Turki sangat puasa dengan prestasi tersebut meski memperoleh hampir 50% saja dari target negosiasinya dengan catatan AS komit dengan apa yang dijanjikannya. Dengan kata lain selama AS tidak menertawai kesungguhan "gadis cantiknya" Turki.
Entah sedang berbunga merayakan kemenangannya, Erdogan pun melepas pernyataan yang kontan bikin mata Putin berbinar yakni bersumpah tidak mengakui Crimea sebagai bagian dari Rusia. Erdogan mengatakan hal itu di hadapan presiden Ukraina baru terpilih, Volodymyr Zelenskiy dalam kunjungannya hari Kamis ke Turki (sumber: themoscowtimes.com).
Apapun ke depannya yang penting saat ini Erdogan merasa kembali menoreh sejarah yakni mampu "melumpuhkan" AS dengan kepiawan politik dan diplomasinya tanpa perlu perang.
Iran, Rusia dan AS telah jadi "korban" siasat atau stretegi tokcer Turki yang cerdik tapi kuat. Konon terhadap negara lain tampaknya Turki akan memainkan kepiawaian yang sama dalam segala bidang dalam mempengaruhi negara lain. AS telah merasakannya. Semoga tidak dengan kita?
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H