Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cerdas Berutang Bukan Cerdas Menebar Janji

31 Juli 2019   17:03 Diperbarui: 31 Juli 2019   17:09 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi kolase penulis. Sumber: murdancerdas.blogspot.com

Sekecil apapun setiap orang di dunia ini pasti pernah berhutang (utang) berwujud uang maupun jasa. Meski sama-sama utang tapi utang uang atau barang lebih dianggap serius sedangkan dalam bentuk jasa hal itu masih dianggap biasa-biasa. 

Selain dalam dua bentuk di atas, utang juga termasuk janji. Termasuk dalam katagori janji ini adalah pembayaran kerjasama yang belum cair karena alasan-alasan klasik yang menurut kacamata pihak pembayar "belum cukup syarat," atau "sedang diproses," atau "akan dibayar bertahap dengan catatan ini dan itu," dan lain-lain.

Orang yang berutang dalam istilah perbankan disebut "Debitur." Debitur yang tidak mampu membayar utang dalam bentuk uang dan properti disebut debitur bermasalah. Pihak bank akan melakukan penyitaan sesuai perjanjian.

Orang yang berutang melalui individu pun sesungguhnya disebut debitur, tapi jarang disebut disebut istilah tersebut. Bahasa pasarannya adalah penghutang. Biasanya yang dipinjam itu berbentuk uang, barang dan jasa.

Banyak kasus terjadi debitur tidak dapat memenuhi janjinya dengan sengaja maupun tidak sengaja. Disebut dengan sengaja  karena ia (mereka) memang sudah punya niat untuk menipu walaupun terjadinya beberapa bulan kemudian.

Sedangkan debitur yang tidak sengaja menahan utang adalah dalam proses penggunaan pinjaman ternyata realisasi output tidak sesuai dengan ekpektasi atau rencana.

Namun demikian apapun sebabnya, pada siapapun berutang dan katagori apapun jenisnya peristiwa tidak mampu membayar utang pelan-pelan berubah arah menjadi curiga, sentimen negatif dan lama-lama menjadi cacian lalu berbuah hinaan.

Apapun sebab tidak mampu (tidak mau) melunasi utang posisi orang berhutang (debitur) menjadi terhina. Sekeras apapun hati dan niat jahat debitur tidak mau melunasi hutang jika ditagih pasti merasa terganggu was-was dan timbul rasa terhina. 

Ketika utang sudah sudah menumpuk sementara debitur cuma dapat memberikan janji, harapan semu dan alasan klasik tentu saja hal itu menjengkelkan. Pihak yang menerima janji  (kreditur) merasa juga merasa terhina setelah berkali-kali menagih tanpa hasil sementara pihak yang berhutang (memberi janji) tak kalah sengit malah melawan karena justru merasa dihina.

Dalam beberapa kasus saling merasa terhina itu menimbulkan masalah baru yakni tindakan kekerasan bermuatan kriminal katagori rendah  sampai tinggi berupa ancaman, pemukulan, penganiayaan, dan kekerasan hingga pembunuhan. 

Dengan demikian walaupun kreditur merasa terhina akibat tidak terealisirnya janji-janji pelunasan namun uniknya sekarang ini timbul gejala pihak debitur lebih merasa terhina. 

Pihak debitur terlihat seolah-olah "pasang" urat anti malu. Saraf malunya seakan-akan sudah mati, tetapi yakinlah nurani dalam lubuk hati terdalamnya masih merasa terhina.

Jadi jelaslah sudah kegiatan hutang itu sesungguhnya lebih banyak mengandung janji-janji yang tidak terealisir sangat -sangat bikin kecewa. Oleh karena itu ada pepatah mengatakan "Berhutang dapat memutuskan persahabatan."

Lalu bagaimana jika kita benar-benar butuh dana dan menuntut harus berhutang (jadi debitur)? Persiapkan kerangkanya sebagai berikut:

  • Lihatlah skala prioritas utang itu untuk apa. Skala prioritas nomor pertama tidak? Dan sudah berapa lama menunda skala prioritas itu
  • Lihatlah sumber pembayarannya dari mana. Harap dicatat sumber yang realistis yang telah menghasilkan dan akan menghasilkan hingga beberapa periode pelunasan itu ke depan.
  • Lihatlah bunganya sebesar apa
  • Lihatlah individu atau lembaga pemberi pinjaman atau utang itu sekelas apa? Apakah individu penghisap darah atau individu atau lembaga yang menerapkan sistem bunga sewajarnya
  • Gunakan dana tersebut untuk kepentingan dan tujuan pinjaman, jangan sekali-kali dipakai untuk tujuan pribadi.
  • Konsisten berusaha semaksimal mungkin membayarnya dengan bekerja cerdas dalam mengolah uang pinjaman. 

Jika kita lakukan langkah di atas dan ternyata kita memang "terlilit" oleh utang itu tapi memang ada niat serius untuk membayar pasti kelihatan itikad baik kita pada kreditur atau pihak pemberi bantuan, meskipun kewajiban kita melunasinya tetap terus terjadi.

Dalam posisi kreditur pun kita musti berhati-hati menyalurkan bantuan, pinjaman uang atau barang. Banyak sudah ditemukan tulisan berupa tips menghindari memberi bantuan pada ciri-ciri orang lembaga tertentu yang tidak dapat disebutkan satu per satu pada artikel ini.

Dengan penjelasan di atas kiranya dapat memberi pelajaran pada kita bahwa usahakan hidup tidak berhutang atau terlilit hutang. Namun jika kondisinya mengharuskan maka beberapa pedoman di atas kiranya dapat membantu. 

Cerdas Berutang adalah cerdas bagaimana melunasi utang atau menepati janji, bukan cerdas mengelak saat ditagih. Untuk mengulur waktu beragam alasan muncul ke permukaan bumi dari masalah kecebong disambar petir hingga taifun di laut Cina selatan pun disampaikan yang tak perlu kita dengarkan saat menagih utang.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang terbebas dari utang. Lepas dari jeratan utang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun