Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Baru Terima dari Rusia, Turki Arahkan S-400 untuk Tujuan Misterius

12 Juli 2019   06:33 Diperbarui: 13 Juli 2019   10:24 2043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : ft.com dan zerohedge.com

Beberapa bulan sebelum sistem S-400 tiba di Turki telah ada peringatan-peringatan dan ancaman barat (AS) berupa penerapan sanksi baru terhadap Turki jika tetap membeli atau menerima sistem S-400 Rusia. 

Dalam pandangan barat dan AS (NATO) salah satu alasannya adalah sistem S-400 itu (istilah NATO : SA 21 Growler) dapat menganggu atau mengancam teknologi pesawat tempur siluman F-35 NATO.

Entah benar alasan tersebut tapi Turki bergeming, tidak mau kalah gertak, melalui Menteri Luar Negeri, Mevlut Cavusoglu, pada 13 Juni 2019 merespon dan mengatakan bahwa Turki siap membalas setiap sanski barat atas pembelian sistem S-400 dari Rusia.

Di satu sisi Turki sedang dalam tensi tinggi dengan barat atas keputusannya menerima sistem S-400 tapi di sisi lain entah karena pertimbangan apa Turki malah memasang sistem S-400 yang baru tiba seminggu lalu itu di provinsi Shaliurfa (sepanjang 910 km) langsung di perbatasan Suriah bagian utara dan Turki bagian selatan. 

Sebuah lagi akan dipasang di provinsi Hatay, juga dekat perbatasan Suriah yang justru relatif dekat ke arah pangkalan udara Rusia di Hymeimim, Latakia, Suriah.

Penempatan dua unit sistem S-400 di dua kawasan rawan itu menimbulkan tanda tanya apa arah strategi Turki terhadap barat juga terhadap Rusia sendiri "tuan" pembuat S-400 tersebut.

Salah satu portal berita Turki, Milli Gazette edisi 11 Juli 2019 malaporkan 2 unit (dari kontrak 4 unit) sistem S-400 telah tiba minggu lalu (tanpa menulis tanggal dan waktunya). 

Sumber lainnya mengatakan baterai S-400 yang dirancang untuk menghancurkan pesawat, rudal jelajah dan balistik yang memiliki kecepatan 4,8 km/ detik dalam jangkauan 400 km pada ketinggian maksimum 60 km itu akan ditempatkan di pangkalan udara Akinci Airbase dekat Ankara.

Apakah Turki menyimpan "sesuatu" dibalik pembelian S-400, hanya Turki yang lebih tahu. Akan tetapi seorang kolumnis untuk The Jerussalem Post, Seth Franzman menilai bahwa  sesungguhnya Turki menginginkan S-400 itu BUKAN karena butuh untuk mempertahankan wilayah udaranya melainkan untuk mempengaruhi peranan Rusia di Suriah. Sumber :  ahvalnews.com. 

Sumber itu bisa saja tendensius untuk tujuan tertentu. Akan tetapi beberapa analisa lain melihat ada motif tersendiri dibalik upaya Turki membeli S-400 buatan Rusia yaitu sebagai ekspresi kekecewaan Turki terhadap Uni Eropa yang belum meloloskan Turki masuk dalam entitas UE. 

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa pembelian itu adalah sikap balas dendam Turki terhadap AS yang menahan-nahan persetujuan pembelian pesawat empur siluman mutakhir F-35. 

Selain itu sanksi NATO atas penggunaan Tank buatan Jerman Leopard 2A4 digunakan Turki untuk menumpas perlawanan Kurdi Suriah di kawasan Suriah utara dekat perbatasan Turki juga ikut menambah akumulasi kekecewaan Turki terhadap barat. 

Sikap terang-terangan berpihaknya AS pada kelompok perlawanan Kurdi Suriah (YPG/YPD/SDF) dengan bantuan militer dan finansial serta pelatihan secara massif ikut merobek suasana kepercayaan Turki terhadap AS.

Jika benar apa yang disebutkan Milli Gazette tampaknya S-400 Turki itu nantinya akan bertugas melumpuhkan lawan uniknya yakni "tuan" pembuatnya sendiri Rusia (dan aliansinya). Setidaknya misil itu akan menjadi momok bagi pesawat tempur Suriah yang bisa jadi ditembak jatuh karena dituding membahayakan pos pemantau Turki atau masuk ke kawasan penguasaan Turki di Suriah utara.

Jika strategi itu tujuannya dapat dikatakan sesungguhnya Rusia tidak dianggap teman sejati oleh Turki bahkan yang terjadi adalah Turki bermain sandiwara teramat manis pada Rusia sehingga mampu sabar menerima tikaman demi tikaman Turki sangat halus nyaris tak terlihat, melengkapi sejumlah "tikaman" pernah ada terahadap Rusia.

Beberapa hal terpenting beberapa tahun terakhir dari sejumlah kasus "tikaman" Turki terhadap Rusia pernah terjadi adalah :

  1. Tertembak jatuhnya sebuah Su-24 Rusia di perbatasan Turki - Suriah oleh sebuah F16 Turki pada 24 Nopember 2015 lalu yang menewaskan pilotnya ketika terjun payung ditembak oleh pemberontak Suriah dalam payung FSA di darat.
  2. Berikutnya pembunuhan didepan umum terhadap Andre Karlov, Duta Besar Rusia untuk Turki yang dilakukan dihadapan publik oleh salah satu Polisi Turki berpakaian sipil di sebuah tempat pameran di Ankara, Turki pada 19 Desember 2016. Mevlut Mert Altnta  menembak mati Karlov dengan sebuah pistol dengan gagah berani.
  3. Pertemuan berantai Astana tentang Suriah menghasilkan sejumlah kesepakatan dan ketidak sepakatan. Kesepakatan yang menguntungkan Turki antara lain adalah memberi hak pada Turki membuat 12 pos pemantau Turki di sepanjang buffer zona antara wilayah yang dikuasai pasukan Suriah (SAA) dan pemberontak atau pasukan pembebasan Suriah (dalam payung FSA) dari Aleppo, ke Hama dan Latakia dan Idlib. 

Posisi pos pemantau Turki tersebut kini terbukti seperti memberi semacam"hak" pada Turki memasok dengan leluasa aneka peralatan tempur, komunikasi, logistik dan milisi termasuk milisi Hay'at Tahrir al-Sham (HTS dahulu Al-Nusra Front) secara massif hingga jauh ke dalam wilayah Suriah mendekati perbatasan kota Hama.

Kini tensi hubungan Turki dengan barat khususnya AS sedang "meninggi" akibat tidak bersedia menghentikan kerjasama pengadaan sistem S-400 dan diancam sanksi baru yang belum disebutkan seperti apa oleh barat atau AS. 

Di sisi lain strategi penempatan S-400 di kawasan perbatasan Turki selatan dan Suriah utara juga menimbulkan tanda tanya sangat besar. Kesannya selain mengancam tuan pembuat sendiri (Rusia) juga untuk memberi pesan serius terhadap Israel yang justru seperti sedang pamer "mainan barunya" berupa kehebatan F-35 siluman terknologi teranyer generasi ke 5 dihadapan Turki.

Sementara itu sejumlah analis mengatakan Turki tidak memerlukan sistem anti rudal terintegrasi seperti itu karena berbagai alasan salah satunya adalah sebagai anggota sesungguhnya NATO mampu memfasilitasi sistem perlindungan menyeluruh seperti itu untuk anggotanya jika diperlukan seperti yang dipasang di Polandia.

Apakah Rusia tidak khawatir sistem S-400 itu akan disalah gunakan arah penggunaannya atau teknologinya misalnya bisa jatuh ke "tangan" kelompok teroris, tentu Rusia telah mempertimbangkannya matang-matang. 

Akan tetapi apa dan kemana arah strategi Turki sesungguhnya dibalik pembelian sistem S-400 tersebut masih belum dapat ditebak dengan pasti. Jadi mari kita simak saja perkembangannya..

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun