Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Aksi 21-22 Mei 2019 Layu Sebelum Berkembang

27 Mei 2019   09:57 Diperbarui: 27 Mei 2019   19:12 4728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut analisa penulis ada beberapa "selling point" sebagai faktor sukses berjalannya aksi mahasiswa dan reformasi pada saat itu dibanding aksi 22 Mei 2019, yaitu :

  • Agenda gerakan mahasiswa yang selaras dengan Reformasi (atau sebaliknya)
  • Gerakan Mahasiswa kompak hampir seluruh tanah air
  • Sasaran demo yang jelas, gedung DPR RI, DPRD Tkt 1 dan 2 hampir seluruh tanah air pada saat itu
  • Memburuknya kondisi politik dalam negeri
  • Peranan Polisi dan TNI khususnya berubah dari kontra menjadi pro gerakan
  • Peranan menteri kabinet Soeharto berubah dari pro Soeharto menjadi kontra Soeharta
  • Peranan Wartawan dalam dan luar negeri meliput dan memberi dukungan informasi dan semangat bagi pendemo sangat tinggi

Dibandingkan dengan aksi 22 Mei 2019 maka yang terjadi adalah sebaliknya. Meski kita tahu topiknya juga berbeda (Protes hasil Pilpres) tapi apa daya ribuan informasi hoaks menentang paslon 01 bernada pecah belah dan sentimen keagamaan telah menebar kemana-mana sehingga topik protes hasil pilpres itu sudah berubah mirip dengan rencana reformasi dan gerakan rakyat menggulingkan Presiden hasil pemilu dan maaf, seakan-akan perang jihad.

Topik penolakan hasil pilpres telah tidak selaras lagi karena mengarah pada perpecahan ummat, bangsa dan negara. Dan oleh sebab itu pula "selling point" atau nilai jual dalam aksi 22 Mei 2019 sangat berbeda dengan selling point Reformasi 21 Mei 2019. Adapun "selling point" gerakan 21 Mei 2019 antara lain adalah :

  1. Agenda aksi menolak hasil pilpres telah bercampur dengan issu keagamaan dan ras.
  2. Tidak ada dukungan Mahasiswa atau gerakan mahasiswa
  3. Sasaran Demo Gedung Bawaslu dan KPU serta asrama Polisi
  4. Peranan Polisi menentang tetap tinggi dari awal sampai akhir
  5. Peranan TNI menentang tetap tinggi dari awal sampai akhir meski coba dipecah dengan Polisi oleh provokator
  6. Peranan kabinet kerja sangat solid, terutama kerjasama antara Menkopolkam, Menhankam dan Kapolri serta Pangab sangat solid sekali ke jajaran masing-masing.
  7. Peranan wartawan mengkondusifkan situasi sangat tinggi, tidak pro Pendemo
  8. Peranan warga masyarakat terutama di daerah kurang mendapat sambutan menarik
  9. Peranan media sosial sangat tinggi. Meski ada yang benar tapi sangat banyak yang diputar balikkan faktanya membuat orang yang tidak paham makin tenggelam dengan ketidak tahuannya, sebaliknya yang paham semakin gusar atau antipati dengan konten hoaks di Medsos

dokpri abanggeutanyo
dokpri abanggeutanyo
Dari perbandingan dua peristiwa di atas maka aksi 22 Mei 2019 dapat dikatakan layu sebelum berkembang. Titik beratnya adalah pada peran Mahasiswa, Issu yang saling bertabrakan, Soliditas TNI Polri dan Wartawan serta sikap warga masyarakat di daerah maupun di ibukota kurang antusias atau antipati pada gerakan tersebut.

Meski aksi-aksi kecil masih terus terjadi hingga kini akan tetapi secara politis dan psikologis aksi tersebut telah dipadamkan atau dikalahkan. Pihak mengaku pendukung 02 atau mendompleng 02 dipaksa menempuh cara diplmatik yaitu jalur prosedural dan hukum.

Dunia internasional telah banyak memberikan dukungan politik melalui ucapan selamat untuk presiden terpilih Jokowi. Maka berdasarkan hal itu tak ada kata lagi selain mengatakan bahwa aksi 22 Mei 2019 memang garing. Layu sebelum berkembang.

Banyak sekali media internasional telah mengakui pemerintah berhasil memadamkan aksi. 

Borok-borok dan provokator di balik aksi yang awalnya dikira bersih oleh sebagian pendukungnya kini berubah menjadi tangisan dan penyesalan dengan wajah tertunduk dan memelas.

Dengan fakta ini seluruh elemen dan tokoh masyarakat, politkus dan pemerintah selayaknya kini dapat bergandengan tangan kembali fokus membangun Indonesia yang lebih baik, termasuk mengadopsi idea-idea positif dari pemrotes, karena dari pihak pendemo pun tetap ada sisi baiknya perlu diadopsi oleh pemerintahan Presiden Jokowi.

Selamat berdamai dan sapa Indonesia lebih baik di segala bidang..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun