Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenali "Gen Unik" Ini, 5 Cara Meredam Marah

26 Mei 2019   20:30 Diperbarui: 26 Mei 2019   20:42 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengatasi marah. Sumber Gambar : hidayatullah.com

Tak perlu penulis menjelaskan lagi apa definisi marah dan dari mana asal muasal kata itu berasal pasti rekan pembaca budiman sudah tahu persis bahkan apa proses dan reaksi yang terjadi pada tubuh manusia terjadinya marah dan dampak terjadi marah itu sendiri pasti rekan pembaca juga sudah tahu tentuya.

Nah tulisan ini mengajak kita melihat dari sisi lain yaitu sebuah pertanyaan, "Marah Makhluk Apaan, tuh..!". Dari sana mungkin nantinya dapat membantu kita bagaimana seharusnya mengelola marah terutama pada saat bulan suci Ramadhan ini, tampaknya terlalu banyak orang sedikit-sedikit marah untuk hal-hal yang pada hari biasanya "datar-datar" saja. Aneh bukan?. Yuk kita kesana saja!

Setiap kita apakah pernah marah. Jika Anda pernah marah berarti manusia memang punya sifat marah cuma bedanya ada yang dapat mengendalikan ada juga yang gagal kendali malah patah arang dan menafikan penyesalan di kemudian hari.

Setiap orang pun berbeda kemampuan dalam mengelola marah. Contoh kasus berikut.

Seseorang dalam kategori sama-sama pensiunan Polisi dan (sebut saja) sama-sama cuma menikmati gaji pensiun dan dalam kondisi sehat wal afiat keduanya. Suatu ketika Polisi A sedang mengemudi di jalan raya tau-tau ditabrak oleh becak motor dari belakang. 

Mobil peyot di belakang. Dan ketika ditanya ke penarik beca, katanya "SIM belum bisa ditebus gak punya uang. KTP baru dicopet semalam. Uang tinggal 15 rebu sisa ngisi bensin barusan. STNK udah 3 tahun gak bisa bayar. Isteri sedang hamil besar persiapan bersalin makanya modar nyari uang sana-sini gak kelihatan mobil di depan dikira gabus.."

Suasana kejadian tengah hari dan kebetulan pensiunan polisi itu sama-sama tidak sahur tadi pagi karena kejar tayang nulis THR Ramadhan, misalnya.

Apa sikap pensiunan polisi yang satu?

Sebut saja namanya, Pak Kumis. Bayangkan, sambil menunjuk ke arah batang hidung penarik becak.. "Apppaa..? Enak saja kau, sudah tidak ada uang bawa  ugal-ugalan lagi, ngebut kayak pebalap. Udah gini nyembah-nyembah minta maaf tidak ada uang. Tidak bisa..kau harus ganti rugi atau ....., mau ini?"

Maaf pak saya benar-benar gak punya uang pak..

Singkat cerita, akhirnya yang terdengar suara gedabhak gedebhuk.. prak...entah siapa yang terjadi tak usah diceritakan lagi, pasti pembaca sudah tau arahnya.

Penarik beca pun ngeloyor pergi tampak meringis, entah karena sakit atau pura-pura kesakitan padahal ketawa.

Di tempat lain, seorang mantan polisi sebut saja namanya "Pak Jenggot." Mengalami kejadian persis sama dengan di atas. 

Dengan rasa terkejut dan marah ia keluar (turun) dari mobilnya. Apa reaksinya mendengar penjelasan penarik beca di atas?

"Ohhh begitu.. hmm.. Jadi bagaimana..? O begitu ya...  sambil manggut-manggut "curhatan" abang becak.. Ya sudah lah kalau begitu. Lain kali jangan seperti itu lagi ya. Jangan ngebut-negebut kasihan nyawamu gak bisa lihat istrimu melahirkan nanti gemana..ya..?

Tukang becaknya dan Pak Jenggot salaman, lalu ngeloyor pergi dengan senyum kemenangan..

Dari dua contoh di atas, bukankah setiap orang bisa marah dan berbeda-beda cara mengelola marahnya?

Pertanyaannya adalah mengapa yang satu orang bisa  dan seorang lagi tidak bisa, padahal dalam kondisi sama dari sisi ekonomi, usia, pekerjaan, penghasilan dan disiplin kedua kasus di atas dalam situasi dan kondisi parameter yang sama tapi mengapa seseorang mampu mengelola amarahnya sedangkan yang lain tidak?

Jawabnya adalah karena antara satu orang dengan yang lain berbeda karakter gen marahnya. Dalam karakter bawaan pak Jenggot dan pak Kumis membawa gen  bawaan tersebut seperti kita yang disebut The dopamine and cAMP regulated phosphoprotein 32 kDa  (DARPP 32), atau dikenal juga sebagai PPP1R1B. (Bagi rekan yang ahli dibidang ini mohon tindak lanjuti dan kembangkan informasinya di sini  pdfs.semanticscholar )

Ada tiga tipe gen tersebut diberi kode TT, TC dan CC.  Ketiganya mempengaruhi perasaan seseorang secara bertingkat, sebut seorang peneliti Martin Reuter dari Universitas Bonn beberapa tahun lalu.

Gen inilah yang bekerja pada pak Kumis secara dominan. Sedangkan pada pak Jenggot gen ini juga ada tetapi tidak bekerja dominan sehingga ia tidak mudah tersulut emosi. 

Karakter pak Kumis langsung mendominasi alam pikirannya dengan pikiran berbunyi  "sialan.. main tabrak aja ini orang..."  Sedangkan pada Jenggot kalimat semacam itu tidak muncul karena pertanyaan yang terlintas di benaknya adalah "astaghfirullahalazimmm" atau "my oh my.." atau "aduh maaak.." atau apalah lainnya ditambah kalimat bertanya "ada apa ya kok bisa nabrak.." Beda, kan?

Apakah tidak adil kita dilahirkan sebagai manusia yang memiliki gen DARPP 32 itu? Tentu tidak karena semua manusia memiliki gen unik tersebut cuma beda kelasnya ada kelas TT, TC dan kelas CC (entah mana yang urutan tertinggi sampai terendah semoga ada rekan pemabaca yang ahli bidang ini bisa membantu menerangkan).

Kedua kita dibekali cara menurunkan kadar emosi atau bahkan mengusir emosi dengan berbagai cara dan ilmu baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umu,

Dalam ilmu agama khususnya agama Islam, ada beberapa cara menekan marah (emosi) yaitu :

  1. Mengucapkan istighfar, A-'UDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIIM.
  2. Diam dan jaga lisan. Kata nabi "Jika kalian marah, diamlah.." (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
  3. Ambil posisi lebih rendah. Kecenderungan orang marah adalah mengambil posisi lebih tinggi dari pengertian sikap dan pendapat.Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
  4. Ingat hadis ini ketika marah : "Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani).
  5. Segera berwuduhu atau mandi. (Mungkin saja jika peristiwa itu terjadi di jalan tentu tak sempat mandi dan wudhu maka ke 4 (dari 5) cara mengatasi di atas dapat membantu kita mengatasi marah, emosi diubun, ubun hingga melakukan aksi macam termasuk menggampar tukang beca)

Jika dikaitkan dengan maraknya aksi marah yang terjadi akhir-akhir ini khusus saat demo 21-22 Mei 2019 lalu banyak diantara rekan, tetangga, saudara, sanak famili, teman sekantor atau siapapun yang terpancing marah akibat terhasut fitnah atau hal-hal yang tidak diketahui sebab musabnya dengan pasti seharusnya ke 5 cara di atas dapat mengatasi emosi kita sehingga tidak bertindak emosional dan anarkis.

Dengan mengenal sosok "gen unik" tadi setidaknya lain kali kita bisa hati-hati jika dipancing emosi oleh peristiwa seperti dialami pak Jenggot dan pak Kumis di atas oleh rekan sejawat dan handi taulan kita seperti pada peristiwa 21-22 Mei yang lalu.

Semoga bermanfaat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun