Meyakini hal itulah membantu Sari mampu tabah dan menanam semangatnya. Di usianya yang telah tidak muda lagi Sari tidak berpikir apapun selain fokus pada meneruskan tanggung jawab pada anak-anaknya saja sebalum ia pun pada suatu saat nanti bakal menyusul Eko, suaminya.
Sari istri Eko tak menyerah pada nasib. Berbekal sisa terakhir cincin dan gelangnya serta kerabunya dijual untuk modal membuka usaha penjualan kue basah di rumahnya. Berkat bantuan tetangga dan saudara yang membantu keuangan Sari bisa melangkah demi selangkah hingga telah berjalan 9 bulan lamanya.
Kadang terlintas di benaknya jika Eko masih ada tentu Ekolah yang bertugas menggeser dan mengatur meja dan tenda dagangannya... Kadang tetesan air matanya tak terasa mengalir di pipinya yang sesungguhnya masih cantik itu.
Sebentar lagi Idul Fitri datang menyapa.. dapatkah anda bayangkan betapa Sari dan anaknya merasa merasa kehilangan kehangatan seperti ketika Eko masih ada.
Pesan moral pada Cerpen Fiktif ini adalah : Mari kita sama-sama berbagi rasa, mungkin ada tetangga atau saudara dan kenalan kita sedang mengalami nasib seperti tokoh sari di atas, mengapa kita tidak mengurangi penderitaannya dengan berbagi sedikit saja. Hal itu akan membantu keteduhan keluarga Sari meskipun tak mampu menghadirkan lagi tulang punggung dan pahlawan mereka : Eko Satrio Piningit.
Salam renungan
Catatan: Mohon maaf jika nama tokoh-tokoh fiktif di atas mirip atau sama dengan nama anda rekan pembaca..